https://malang.times.co.id/
Berita

Kostrad dan Mahasiswa UB, Jalin Kolaborasi dalam Menjawab Krisis Lingkungan di Singosari

Selasa, 29 Juli 2025 - 15:08
Kostrad dan Mahasiswa UB, Jalin Kolaborasi dalam Menjawab Krisis Lingkungan di Singosari Mahasiswa UB, Warga dan Kostrad usai diskusi mengenai krisis lingkungan di Singosari.

TIMES MALANG, MALANG – Di tengah barak-barak gagah Divisi Infanteri 2 Kostrad, pertemuan tak biasa terjadi. Bukan rapat strategi militer, melainkan dialog mendalam tentang sampah, seni, dan masa depan lingkungan Candirenggo, Singosari.

Yang duduk di ruang rapat utama tak hanya para perwira tinggi. Di situ hadir pemuda kampung yang mengolah limbah menjadi karya, pengurus TPS yang saban hari bergelut dengan bau menyengat, dan mahasiswa dengan selembar data di tangan.

Salah satunya Lintang Gurat Jingga, mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, anggota Kelompok 21 MMD UB. Ia hadir sebagai jembatan, menyampaikan suara masyarakat kepada TNI.

Suara Rakyat di Markas Militer

Lintang berdiri di hadapan jajaran pimpinan Divif 2 Kostrad, termasuk Komandan Brigade Infanteri 18/Trisula, Letkol Inf Risa Wahyu Pudji Setyawan, B.S., M.Han., atas arahan langsung Panglima Divif 2 Kostrad, Mayjen TNI Susilo, S.I.P.

Bukan hanya angka yang ia paparkan jenis residu, volume harian, keterbatasan ritasi tapi juga kisah tentang saat TPA Randuagung ditutup dan warga Candirenggo harus bergulat sendiri dengan krisis sampah.

“Permasalahan sampah di Candirenggo bukan semata teknis ritasi, tapi menyangkut pemberdayaan masyarakat saat sistem tak hadir. Kami hadir untuk menciptakan ruang agar suara warga terdengar dan difasilitasi,” tegas Lintang, Rabu, (23/07/2025).

Diskusi ini juga menjadi ruang terbuka antara masyarakat dan negara. Andi, perwakilan Paguyuban TPS Candirenggo, menyampaikan langsung bagaimana warga selama ini menghadapi tantangan pengelolaan sampah.

diskusi-2.jpg

“Saya mewakili paguyuban TPS Candirenggo. Kami tahu sulitnya menyelesaikan persoalan ini. Tapi hari ini kami percaya, kolaborasi lintas lembaga jadi jalan awal untuk pengelolaan yang berkelanjutan,” ujarnya.

Sementara itu, Adit, seniman muda dari Gang Sumber RW 8, menghadirkan pendekatan berbeda. Ia memperlihatkan potensi sisa insinerasi yang bisa diubah menjadi patung dan ornamen seni.

“Ini melibatkan semua elemen masyarakat. Kami ingin mengubah sisa pembakaran menjadi karya, bukan hanya abu,” katanya.

Kedua suara ini menandai satu hal: bahwa solusi kerap tumbuh dari akar, bukan dari meja birokrasi.

Tempat Ini untuk Rakyat

Usai diskusi, para peserta diajak meninjau langsung pengelolaan sampah di kawasan Divif 2 Kostrad. Mayjen TNI Susilo turun langsung mendampingi, memperlihatkan teknologi Insinerator Wisanggeni, sistem pemilahan, dan ruang edukasi lingkungan.

“Kami, TNI, hadir mewadahi masyarakat. Alat ini, Insinerator Wisanggeni adalah karya anak bangsa. Bisa dijadikan laboratorium pengelolaan sampah ke depan,” ujar Mayjen Susilo.

Asisten Teritorial Divif 2 Kostrad, Kolonel Inf Indra Hirawanto, S.Sos., menegaskan bahwa semua fasilitas yang dibangun memang didedikasikan untuk rakyat.

“Divif 2 Kostrad di bawah pimpinan Bapak Mayjen Susilo menjadi pionir dalam memerangi sampah. Ini bentuk pelayanan kami sebagai prajurit TNI bangga melayani rakyat,” tegasnya.

Inisiatif Kolaboratif Berbasis SDGs

Tak ada dokumen ditandatangani hari itu. Tapi lahir kesepahaman. Bahwa sampah dari TPS Candirenggo akan diolah di Divif 2 Kostrad melalui skema: Insinerasi terkontrol, Daur ulang residu menjadi karya seni dan Edukasi lingkungan secara rutin.

Langkah ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), di antaranya: SDGs 4 untuk Pendidikan Berkualitas, SDGs 6 Akses Air Bersih dan Sanitasi, SDGs 11 Permukiman Berkelanjutan, SDGs 12 Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan, SDGs 13, Aksi Iklim dan SDGs 17 Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Membangun Masa Depan dari Lokal

Cerita dari Candirenggo ini memberi pelajaran penting: masa depan tidak dibangun dari proyek besar semata, tetapi dari pertemuan antara gagasan, kemauan, dan ruang untuk mendengar.

Di tempat yang biasanya menjadi simbol kekuatan negara, kini suara rakyat mengisi ruang utama. Di tengah aroma sampah dan semangat seni, tumbuh harapan: bahwa kolaborasi bisa dimulai dari titik paling lokal.

"Pengelolaan sampah hari ini, bukan lagi soal membuang. Tapi tentang membangun relasi, partisipasi, dan kepercayaan," pungkasnya Indra Hirawanto. (*)

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.