TIMES MALANG, MALANG – ECOTON bersama Aliansi Zero Waste Indonesia, BRIN PRKP, dan UNESCO menggelar Final Youth IMPACT 2025 di Malang Creative Center (MCC), Kota Malang, Sabtu (18/10/2025). Ajang ini menjadi puncak kompetisi karya tulis ilmiah yang mengangkat isu polusi mikroplastik dengan fokus pada inovasi, penelitian, dan edukasi untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Daru Setyorini, Direktur Eksekutif ECOTON, mengatakan, kompetisi ini diikuti oleh 432 peserta dari seluruh Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Tema lomba “Polusi Mikroplastik” meliputi inovasi pemantauan mikroplastik, penyaringan mikroplastik dari lingkungan, solusi alternatif plastik sekali pakai berbasis bahan organik, serta edukasi dan kampanye kesadaran publik tentang polusi plastik.
“Penelitian mereka dinilai tidak hanya dari sisi ilmiah, tetapi juga dari bagaimana hasilnya bisa diterapkan langsung di masyarakat. Semua makalah finalis akan diterbitkan di jurnal ilmiah Environmental Pollution milik ECOTON, agar dapat diakses luas oleh publik,” ujar Daru. Ia menambahkan, para finalis juga menampilkan prototipe alat dan inovasi mereka dalam pameran dan demonstrasi di lokasi acara.
Acara dibuka oleh Ir. Sugik Edy Sartono, S.T., M.T., Vice President Perencanaan, Teknologi Informasi, dan Infrastruktur SDA Perum Jasa Tirta I. Ia menegaskan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam menjaga keberlanjutan sungai, khususnya Sungai Brantas, melalui inovasi yang mampu mengurangi pencemaran mikroplastik.
Dalam kategori pelajar SMA, ada lima karya terbaik yang berhasil menembus babak final, yakni:
-
Salia (SMAN 1 Patianrowo): alat penyaring limbah cair dari jerami, eceng gondok, dan serabut kelapa yang mampu menahan hingga 99% mikroplastik.
-
Bastefia Bag (SMAN 1 Bulukumba): kantong teh ramah lingkungan dari serat pelepah pisang yang terurai dalam tujuh hari.
-
MyOcean (SMAN 1 Sidayu): aplikasi edukatif berbasis Internet of Things (IoT).
-
Jaring Ikan Organik (SMA Unggulan Rushd): jaring biodegradable dari serat daun nanas.
-
Sistem Deteksi Mikroplastik YOLOv12 (SMA Progresif Bumi Shalawat): alat deteksi mikroplastik berbasis kecerdasan buatan.
Sementara di kategori mahasiswa, lima inovasi unggulan yang tampil adalah:
-
EcoThin Bioplastik (Universitas Airlangga): kemasan biodegradable dari pati singkong dan limbah pisang.
-
Ocean WaveTrap (Institut Teknologi Bandung): pemisah mikroplastik menggunakan gelombang ultrasonik dan IoT.
-
Filter Mikroplastik Vortex-Screw Surya (Institut Teknologi Sepuluh Nopember): alat penyaring bertenaga surya dengan efektivitas 82%.
-
ChitoZen Filter (Universitas Indonesia): kombinasi biochar tempurung kelapa, ZnO, dan kitosan yang mampu menurunkan kadar mikroplastik hingga 64,9% dalam lima menit.
Pemenang Youth IMPACT 2025
Untuk kategori SMA, juara pertama diraih oleh SMAN 1 Bulukumba, disusul SMAN 1 Sidayu di posisi kedua, dan SMAN 1 Patianrowo di peringkat ketiga.
Predikat harapan satu dan dua masing-masing diraih oleh SMA Unggulan Rushd dan SMA Progresif Bumi Shalawat.
Pada kategori mahasiswa, Universitas Airlangga keluar sebagai juara pertama, diikuti Institut Teknologi Bandung sebagai juara kedua, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember di posisi ketiga. Sementara Universitas Indonesia memperoleh juara harapan satu.
Daru menegaskan bahwa ajang ini kemungkinan akan menjadi agenda tahunan, mengingat tingginya antusiasme Gen Z dalam memberikan kontribusi ilmiah terhadap isu lingkungan. “Melihat besarnya minat dan kualitas karya yang masuk, kami bersama mitra seperti Jasa Tirta dan BRIN berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut,” ujarnya.
Daru menambangkan, bahwa peningkatan polusi mikroplastik disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat yang semakin masif terhadap produk berbahan plastik. Tidak hanya dari kemasan makanan dan minuman, tetapi juga dari berbagai material rumah tangga seperti tembok, plafon PVC, hingga rumput sintetis yang kini banyak menggantikan bahan alami.
Menurutnya, material berbasis polimer tersebut mudah terdegradasi oleh panas dan gesekan, menghasilkan serpihan halus mikroplastik yang akhirnya mencemari lingkungan dan berpotensi masuk ke tubuh manusia.
Polusi mikroplastik kini sudah dalam kondisi darurat, bahkan partikel mikroplastik telah ditemukan di darah, jantung, otak, hingga plasenta manusia. “Kita tidak bisa lagi menghindar, tapi bisa mengurangi risiko dengan membatasi penggunaan plastik sekali pakai dan kemasan makanan berbasis plastik,” jelasnya. (*)
Pewarta | : Tria Adha |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |