TIMES MALANG, MALANG – Keramaian Haul Akbar Jamaah Al Khidmah di depan Masjid Agung Jami Kota Malang hingga sepanjang Jalan Merdeka Barat menuju Alun-Alun Kota Malang, Minggu (19/01/2025) menghadirkan kisah mengenai perjuangan dan ketulusan.
Di antara deretan pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya, hadir sosok istimewa: Buk Sairi, seorang ibu paruh baya berusia 85 tahun. Meski usianya tak lagi muda, ia tetap melayani pembeli dengan penuh semangat sejak subuh. Setiap gerakannya—dari menata barang dagangan hingga menyapa pembeli dengan ramah—mencerminkan ketulusan. Bagi Buk Sairi, berjualan bukan sekadar mencari nafkah, melainkan juga ladang amal yang ia jalani dengan hati."
"Alhamdulillah, ramai tahun ini daripada tahun lalu. Lancar dari tadi habis subuh ibu jualannya," ungkap Buk Sairi dengan senyum penuh syukur.
Suara riuh jamaah yang datang untuk memperingati haul akbar tampak tak mengurangi semangatnya. Baginya, keberkahan dalam jualan adalah hal utama.
"Tentu acara haul seperti ini benar-benar membantu ibu yang hanya makan dari hasil jualan keliling begini nak," lanjutnya.
Kehadiran Buk Sairi di acara Haul Akbar Malang ini bukan tanpa alasan. Dia membuka lapak dagangan dengan niat mulia. Setiap rupiah yang ia peroleh akan digunakan untuk mengasuh dan mendidik tiga anak yatim yang telah ia rawat.
"Jualan ini niatnya hanya kepengen bantu tiga anak yatim yang saya rawat nak, semoga berkah bisa nyekolahkan mereka, amin," ucapnya, mata yang telah memandang dunia lebih lama dari kebanyakan orang, tampak berbinar penuh harapan.
Tak hanya anak yatim yang menjadi tujuan dari setiap tetes keringatnya. Buk Sairi juga berharap hasil dari jualan ini dapat menjadi berkah bagi keluarganya.
"Anak saya lima, tiga laki-laki dua perempuan. Alhamdulillah anak saya bisa ngaji, sekolah," katanya dengan rasa bangga. Di usianya yang sudah senja.
Ia melihat keberhasilan anak-anaknya sebagai anugerah terbesar dalam hidupnya. Mereka, yang tumbuh dengan didikan penuh kasih sayang dan keteladanan, kini menjadi penopang kehidupan keluarga.
Dengan keteguhan hati, Buk Sairi terus menjajakan dagangan di sepanjang hari, menyusuri kerumunan orang yang datang untuk mengikuti acara haul.
"Bismillah, semoga hasilnya diiringi berkah Allah," tutup Buk Sairi dengan doa yang tulus, berharap agar apa yang ia lakukan dapat membawa manfaat tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi orang-orang yang ia cintai.
Di balik lapak sederhana yang terhampar di pojok depan hotel pelangi ini, ada cerita seorang ibu yang terus berjuang meski usia sudah tidak muda lagi.
Buk Sairi adalah contoh nyata bahwa keberkahan hidup bukan hanya berasal dari apa yang kita terima, tetapi juga dari apa yang kita berikan untuk orang lain, terutama bagi mereka yang membutuhkan. (*)
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |