TIMES MALANG, MALANG – Kampus 3 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Kota Batu, menjadi salah satu kampus yang banyak dibicarakan di media sosial. Karena selain punya tampilan yang megah dan unik, kampus ini juga punya pemandangan yang luar biasa.
Disisi utara, kampus UIN Maliki Malang ini menyuguhkan pemandangan megahnya Gunung Arjuno. Di sisi barat, jajaran pegunungan di Kota Batu juga tidak kalah elok untuk dilihat. Sedang di sisi timur, bentangan keindahan Kota Malang dan Batu terlihat jelas dari kampus yang berlokasi di Jl. Locari, Tlekung, Junrejo Kota Batu, Jawa Timur ini.
Kampus 3 UIN Malang punya desain arsitekturnya yang unik: membentuk lafaz بسم الله الرحمن الرحيم (Bismillahirrohmanirrohim). Berada di atas lahan sekitar 120 hektare kampus ini perlahan tumbuh menjadi simbol modernisasi pendidikan Islam yang berpijak pada nilai keindahan, inovasi, dan keberlanjutan lingkungan
Dalam fase pertama yang telah rampung, bangunan yang berdiri adalah bagian lafaz "الرحيم" )Ar-Rahim). Struktur besar itu langsung mencuri perhatian publik karena perpaduan estetika dan konsep ekologinya yang matang. Rektor UIN Maliki Malang, Prof. Ilfi Nur Diana, menyebut Kampus 3 sebagai proyek jangka panjang yang sejak awal didesain untuk menjadi pusat pembelajaran berstandar tinggi sekaligus ruang hijau yang hidup.
Prof. Ilfi menjelaskan, Kampus 3 dilengkapi dengan fasilitas yang tidak biasa ditemukan di kampus lain. Salah satunya adalah gedung Ma’had yang menyerupai hotel bintang tiga. Lengkap dengan kamar mandi dalam dan fasilitas pembinaan mahasiswa. Di tengah kompleks kampus berdiri ITC atau Islamic Tutorial Center yang didesain sebagai ruang belajar terpadu.
Tata ruang kampus pun didesain berlapis: jalan di bawah dan jalan di atas yang saling terhubung. “Jalannya bagaikan sirkuit,” ujar Prof. Ilfi. Pola berundak ini memadukan lanskap perbukitan Kota Batu dengan kebutuhan mobilitas ribuan mahasiswa dan pengajar di masa depan.
Punya Konsep Green Building
Lebih jauh, Kampus 3 dibangun dengan memperhatikan risiko bencana hidrometeorologi. Di kawasan tersebut, aja dibangun sebuah danau buatan besar menjadi pusat resapan air. Berfungsi menampung limpasan hujan sekaligus meminimalisasi potensi banjir ke wilayah bawah. Dari sudut pandang ekologis, fitur ini menjadi penanda bahwa kampus tidak hanya mengejar kemegahan, tetapi juga aspek keberlanjutan.
“Gedung ini didesain sebagai green building. Di atasnya ada panel surya untuk menerangi gedung secara efisien tanpa harus mengeluarkan ratusan juta untuk listrik,” jelas Prof. Ilfi.

Energi baru terbarukan menjadi orientasi jangka panjang dalam pengelolaan Kampus 3. Ke depan, kampus ini akan menjadi pusat aktivitas akademik empat fakultas: Kedokteran, Teknik, Humaniora, dan Psikologi. Setelah seluruh kompleks rampung, bangunannya akan membentuk lafaz Bismillahirrahmanirrahim secara utuh: dari “Ar-Rahim”, “Ar-Rahman”, hingga “Bismillah”.
Laboratorium, Edupark, dan Hutan Kampus
Rektor menjelaskan bahwa pembangunan saat ini memasuki fase pengisian fasilitas, terutama laboratorium dan peralatan kesehatan untuk Fakultas Kedokteran. Proses tender sedang berjalan. Setelah semuanya siap, Kampus 3 akan masuk tahap pengembangan kawasan ekologis secara penuh.
“Dari total area, sekitar 20 persen akan menjadi hutan kampus. Kami akan bekerja sama dengan Dinas Kehutanan dan Dinas Lingkungan Hidup,” tuturnya. Hutan kampus itu nantinya menjadi zona konservasi sekaligus ruang edukasi.
Tidak hanya itu, UIN Maliki berencana membangun bumi perkemahan dan edupark. Dua area ini disiapkan demi menciptakan ruang belajar alam serta sumber pendapatan kampus, yang oleh Prof. Ilfi disebut sebagai perpaduan “2P: pendidikan dan pendapatan.”
Mengenai kelanjutan pembangunan gedung “Ar-Rahman”, Prof. Ilfi menyebut prosesnya tidak sesederhana menekan tombol lanjut. Proposal lanjutan telah disiapkan dan diajukan ke Kementerian Agama. Jika disetujui, barulah proposal itu dilanjutkan ke Kementerian Keuangan dan Bappenas.
“Kalau tidak disetujui Kementerian Agama, kami akan taat. Misalnya ada kebijakan bahwa Malang off dulu karena sudah punya gedung besar, kami patuh,” tegasnya.
Namun, UIN Maliki juga menyiapkan alternatif pendanaan lain di luar APBN, termasuk kerja sama dengan pihak swasta atau BUMN. Hal ini terutama untuk pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP), fasilitas vital bagi Fakultas Kedokteran yang kini telah berstatus unggul meski belum berusia 10 tahun.
“Dananya sangat besar. Jika dari PNBP saja tidak mungkin cukup,” katanya.
Maka opsi pendanaan kreatif menjadi solusi realistis, termasuk kerja sama investasi. Skema pendanaan luar negeri (PHLN) juga dipertimbangkan, meski Prof. Ilfi mengingatkan bahwa PHLN adalah pinjaman, bukan hibah.
Kampus 3 UIN Maliki Malang bukan sekadar proyek infrastruktur. Dalam pandangan Prof. Ilfi, ia adalah ikon baru pendidikan tinggi Islam: modern, visioner, dan menyatu dengan alam. Ketika seluruh kompleks lafaz basmalah rampung, kampus ini bukan hanya menjadi pusat pembelajaran, tetapi juga destinasi edukasi, riset, dan ekowisata yang langka di Indonesia. (*)
| Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
| Editor | : Imadudin Muhammad |