Berita

Menjelajah Desa Ngilngof Kepulauan Kei di Maluku Tenggara secara Virtual

Minggu, 28 Februari 2021 - 07:25
Menjelajah Desa Ngilngof Kepulauan Kei di Maluku Tenggara secara Virtual Bermain di Pantai Ngurbloat di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. (Foto: Tangkapan layar Youtube channel Pesona Indonesia)

TIMES MALANG, JAKARTA – Di masa pandemi, berwisata secara virtual bisa menjadi alternatif sekaligus obat rindu bagi penikmat travelling. Seperti kali ini, selama kurang lebih dua jam, kita diajak menjelajah Desa Ngilngof di Maluku Tenggara lewat virtual tour.

Berada di wilayah Kepulauan Kei, keindahan Desa Ngilngof ibarat surga yang tersembunyi. Ronald, warga desa setempat mengajak kita mengenal lebih jauh keindahan Ngilngof.

Desa NgilngofPantai Ngurbloat di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. (Foto: Tangkapan layar Youtube channel Pesona Indonesia)

Ronald mengawali perjalanan kita sebagai wisatawan virtual dengan mengenalkan Gereja Katolik Santa Maria di Desa Ngilngof, Kecamatan Manyeuw. Gereja tersebut menjadi salah satu ikon wisata rohani di Kepulauan Kei.

Berdasar penuturan tokoh setempat, Andy Rasubun, Gereja Santa Maria Ngilngof dibangun selama 8 tahun 9 bulan 14 hari. Dan mengeluarkan biaya pembangunan sebesar Rp12,2 miliar. 

Dana tersebut, tutur Andy yang juga ketua panitia pembangunan gereja, diperoleh sebagian besar atau 80 persen dari masyarakat Ngilngof. Selebihnya merupakan sumbangan dari warga di perantauan.

Ada hal menarik dari proses pembangunan gereja. Kata Andy, gereja ini dibangun oleh warga Muslim dari Pulau Jawa. "Dibangun oleh para tukang yang beragama muslim di bawah pimpinan seorang haji dari Purwodadi, Jawa Tengah," ucapnya menjawab pertanyaan dalam virtual tour Desa Ngilngof, Surga yang Tersembunyi.

Pengunjung virtual diajak untuk melihat-lihat suasana dan isi di dalam gereja. Ronald bersama Andy membawa kita melihat keindahan interior gereja. Sembari menyaksikan isi bangunan, cerita sejarah seputar pembangunan gereja terus dituturkan oleh Andy.

Saat wisata virtual, tampak di halaman gereja  belasan perempuan yang siap menyambut kita dengan tarian tradisional, Sawat Pancing. Dengan busana putih berbalut jarik, mereka menari diiringi alunan musik tradisional yang diiringi sejumlah pria. 

Desa Ngilngof 3Proses mengolah makanan dari singkong beracun, khas dari Desa Ngurbloat, Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. (Foto: Tangkapan layar Youtube channel Pesona Indonesia)

Tari Sawat Pancing, menurut penuturan salah satu warga, diciptakan tahun 1915 oleh sekelompok pria. Tarian ini mengisahkan tentang kehidupan masyarakat Ngilngof di pesisir yang kesehariannya mengandalkan alat pancing untuk menangkap ikan.

"Jadi mereka menciptakan tarian ini sesuai dengan keseharian mereka yaitu pancing ikan di laut," ucap Ibu Rufin, warga setempat yang menjadi pelatih tari itu.

Usai menyaksikan tarian penyambutan, pengunjung virtual tour diajak menemui salah satu tokoh di Ohoi Ngilngof, Eugenius. Ohoi adalah bahasa daerah setempat yang berarti desa. 

Kepada wisatawan virtual, Eugenius menceritakan tentang potensi Desa Ngilngof yang sejak tahun lalu telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Maluku sebagai desa wisata. Selain itu, Ngilngof juga ditetapkan sebagai desa wisata digital.

Salah satu destinasi andalan di Ngilngof adalah Pantai Ngurbloat. Salah satu yang membuat Ngurbloat mendunia adalah pasir putihnya. National Geographic menobatkan pasir putih di Ngurbloat terhalus sedunia.

Selain Pantai Ngurbloat, ada beberapa objek wisata, di antaranya hutan mangrove dan danau. Sembari menyimak Eugenius bertutur, pengunjung virtual ditunjukkan dengan video yang menggambarkan suasana di Desa Ngilngof.

Desa Ngilngof 4Perbedaan antara tepung (kiri) dengan pasir Pantai Ngurbloat (kanan). (Foto: Tangkapan layar Youtube channel Pesona Indonesia)

Pun saat Eugenius memberi gambaran perjalanan yang harus ditempuh wisatawan ketika berkunjung langsung ke Ngilngof. Kita akan ditunjukkan dengan peta citra satelit lokasi Desa Ngilngof.

Gambaran kehidupan di Ngilngof tergambar melalui foto dan video yang bisa kita saksikan dalam wisata virtual melalui Zoom meeting dan YouTube channel Pesona Indonesia.

Usai mendengar penuturan tentang potensi Desa Ngilngof, pengunjung virtual akan diajak foto bersama. Tentunya secara virtual pula. Nah, jika pengunjung virtual punya pertanyaan, bisa memanfaatkan kolom chat yang ada di aplikasi Zoom maupun Youtube untuk bertanya kepada narasumber. 

Wisata virtual berlanjut dengan melihat keindahan hutan mangrove di Pantai Yanroa. Tempat ini menjadi ikon ekowisata di Ngilngof. Pengunjung virtual dimanjakan dengan hamparan hutan mangrove, dipandu oleh Jay Lasol dari komunitas Exotic Kei.

Jay menuturkan, Pantai Yanroa berada di sisi timur Desa Ngilngof, berjarak sekitar 500 meter. Keunikan pantai ini dikelilingi oleh hutan mangrove, yang memiliki setidaknya empat jenis bakau. 

Tak hanya soal keindahan, keberadaan hutan mangrove di Ngilngof penting bagi upaya konservasi lingkungan dalam mencegah abrasi pantai. Magrove juga menjadi rumah dan tempat bertelur bagi ikan.

Desa Ngilngof 5Foto dengan latar belakang Pantai Ngurbloat di Desa Ngilngof. (Foto: Tangkapan layar Youtube channel Pesona Indonesia)

Jay mengajak pengunjung virtual melihat keberadaan ikan-ikan kecil di perairan mangrove. Kondisi itu yang terus dijaga kelestariannya. 

Jay mengajak kita bertemu dengan Hasna, pemilik dan pengelola usaha di Pantai Yeanroa. Jay memulai dengan pertanyaan seputar asal usul nama Yanroa. Menurut Hasna, Yanroa berasal dari Kei yang berarti kaki laut (Yean=kaki, Roa=Laut). Dulu, Pantai Yanroa menjadi tempat berlabuh sampan atau perahu milik warga Ngilngof.

Usai bercerita sejarah, Jay dan Hasna mengajak kita melihat tempat makan dengan pemandangan hutan mangrove. Wisatawan yang ingin menikmati menu ikan segar, bisa langsung memesannya. Pengelola menyediakan karamba yang menampung ikan-ikan yang bisa dikonsumsi.

"Paling banyak dipesan adalah ikan bakar dengan sambal colo-colo," kata Jay.

Pengelola juga menyediakan penginapan dengan harga relatif murah, Rp350 ribu per malam. Rumah yang menjadi tempat menginap wisatawan dibangun dari bahan alam dan dilengkapi dengan tempat tidur dan kamar mandi, serta lemari. 

Wisatawan yang datang ke Yeanroa bisa belajar dan praktik menanam mangrove. Selain juga berkesempatan menjajal sampan untuk berkeliling pantai atau mengunjungi pulau-pulau di sekitarnya.

Pengelola juga menawarkan wisata diving dan snorkeling di sekitar kawasan Pantai Yeanroa. Jika ingin pergi ke tujuan lain, pengelola menyediakan boat yang siap mengantar wisatawan.

Selanjutnya, kita beranjak menuju objek wisata andalan di Ngilngof yakni Pantai Ngurbloat. Ronald kembali menemani pengunjung virtual menyaksikan keindahan pantai ini.

Desa Ngilngof 6Foto saat sunset dengan latar belakang Pantai Ngurbloat  di Desa Ngilngof. (Foto: Tangkapan layar Youtube channel Pesona Indonesia)

Ngurbloat berarti pasir panjang. Sesuai artinya, di pantai ini terhampar pasir putih yang sangat halus sepanjang 5 kilometer. Untuk bisa menikmati keindahannya, pengelola menetapkan tarif masuk yang cukup murah, hanya Rp25 ribu per mobil, dan 15 ribu per sepeda motor.

"Untuk saat ini tidak ditarik (tarif masuk) per orang, tapi per kendaraan," terang Ronald.

Pengunjung Pantai Ngurbloat bisa membuktikan kebenaran bahwa pasirnya sangat halus. Kepada pengunjung virtual, Ronald menunjukkan bagaimana halusnya pasir di Pantai Ngurbloat. Ia membandingkannya dengan tepung, yang ditunjukkan dengan menempatkan kedua benda dalam wadah mangkuk.

Kita juga ditunjukkan dengan foto-foto yang menunjukkan keindahan Pantai Ngurbloat. Juga akses jalan yang memadai untuk menuju ke pantai ini. 

Pengelola desa wisata juga menyiapkan sejumlah cottages yang bisa menjadi tempat menginap wisatawan. Untuk pemesanan, silakan mengunjungi laman ngurbloat.com. Melalui situs itu, kita juga bisa memperoleh informasi seputar desa wisata Ngurbloat.

Perjalanan wisata virtual belum berhenti. Pengunjung kembali disuguhi tarian tradisional dengan latar belakang pemandangan Pantai Ngurbloat. Berbalikan dengan tarian sebelumnya, tarian kali ini menceritakan keseharian kaum ibu di Ngurbloat.

Tarian itu menceritakan ibu-ibu yang duduk di pantai sambil makan sirih pinang. Mereka berbincang untuk merencanakan aktivitas keesokan hari. Kaum ibu biasanya pergi ke hutan untuk membelah kayu. Sedangkan mama-mama, sebutan bagi perempuan yang lanjut usia, menganyam tikar untuk dijual.

Usai menyaksikan kesenian tradisional, pengunjung diajak ke kebun singkong untuk menikmati kuliner lokal. Uniknya, singkong yang akan dikonsumsi oleh masyarakat Ngilngof dipilih yang beracun.

Desa-Ngilngof-7.jpg

Tentunya, sebelum dikonsumsi singkong diolah sedemikian rupa hingga racun yang terkandung di dalamnya hilang. Singkong terlebih dahulu dikupas lalu diparut. Kemudian singkong hasil parutan diperas. Menurut penuturan warga, membutuhkan waktu selama 12 jam untuk proses pemerasan. Cara ini dilakukan untuk mengeluarkan air dari kandungan singkong yang mengandung racun hingga benar-benar tak tersisa. 

Setelah itu, singkong kembali diparut dan diayak hingga menghasilkan tepung yang halus. Jangan dibayangkan bentuknya. Dalam virtual tour ini, kita ditunjukkan proses mengolah kuliner berbahan singkong yang dipadu dengan pisang. Jadilah pisang goreng berbalut tepung singkong. Untuk melengkapi kudapan, ditambahkan sambal untuk cocolannya. Unik ya?

Selain pisang goreng tepung singkong, makanan khas Kepulauan Kei yang berasal dari tanaman sekitar. Kita ditunjukkan dalam video beberapa makanan khas yang terbuat dari singkong dan ketela rambat. 

Makanan olahan dari laut juga menjadi sajian khas di Ngurbloat. Olahan hasil laut seperti ikan kakap putih bakar yang dicampur dengan sambal colo-colo, sungguh nikmat. Menu khas lainnya adalah anggur laut yang dicampur dengan parutan kelapa. 

Berwisata di Desa Ngilngof jangan lupa membawa oleh-oleh kerajinan khas. Dalam virtual tour ini, pemandu menunjukkan aneka suvenir seperti lampu hias dari kulit kerang, celengan batok kelapa, tempat tisue, gantungan kunci, kalung, serta ragam kerajinan berbahan bambu. 

Akhirnya, kita mengakhiri perjalanan wisata virtual di Desa Ngilngof, Kepulauan Kei, Maluku Tenggara, selama lebih dari satu jam. Virtual tour ini menjadi pengalaman unik dan menarik. (*)

Pewarta : Rochmat Shobirin
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.