TIMES MALANG, MALANG – Penggunaan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan bidang Pendidikan termasuk Perguruan Tinggi semakin meningkat. AI merupakan teknologi atau sistem yang diimplementasikan dalam perangkat sehingga bisa "berpikir" seperti manusia.
Kemampuan AI dalam meniru kecerdasan manusia, membuat perangkat dapat menjalankan tugas-tugas yang memerlukan kemampuan berpikir seperti belajar, mengambil keputusan, membuat prediksi, dan menyelesaikan persoalan.
Teknologi AI bukan sekadar tren, melainkan peluang besar yang membawa potensi luar biasa, baik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran maupun akses bagi dosen dan mahasiswa.
Dengan AI diperoleh kemudahan dalam mengakses jawaban dan referensi untuk menyelesaikan berbagai tugas akademik dalam waktu singkat.
Di sisi lain, AI juga dapat memperkaya proses pembelajaran dan membantu mahasiswa dalam mengorganisir serta menginterpretasi informasi lebih efektif (Harjono dan Saputra, 2023).
Namun demikian, timbul kekhawatiran mengenai dampak AI pada Perguruan Tinggi terhadap kemampuan berpikir kritis, sebuah keterampilan esensial dalam menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan masalah secara mandiri.
Timbul kekhawatiran jika seseorang terlalu bergantung terhadap AI maka dapat menimbulkan tumpulnya pemikiran kritis mahasiswa, karena bisa saja seseorang langsung bertanya kepada AI tanpa harus berpikir secara mandiri (Jones, 2021).
Berpikir kritis merupakan keterampilan esensial dalam pembelajaran karena mendorong pembelajar untuk tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga memahami, mempertanyakan, dan menggunakannya secara aktif.
Dalam konteks hadirnya AI, tantangan terhadap kemampuan ini menjadi semakin nyata. Kemudahan akses terhadap jawaban instan dan referensi yang disediakan oleh AI berpotensi mengurangi dorongan untuk berpikir secara mandiri.
Jika tidak diimbangi dengan pembelajaran yang menekankan proses analisis dan refleksi, penggunaan AI justru dapat melemahkan kemampuan intelektual yang menjadi inti dari proses pembelajaran.
Nafil dkk (2024) mengungkapkan bahwa AI membantu meningkatkan efisiensi belajar dan akses informasi, namun ketergantungan yang berlebihan menurunkan kemandirian dan kemampuan berpikir kritis.
Oleh sebab itu, penting bagi institusi pendidikan untuk tidak hanya mengadopsi teknologi ini, tetapi juga merancang strategi pembelajaran yang tetap menumbuhkan daya nalar dan kemampuan berpikir kritis.
Pendidik perlu mengajarkan penggunaan AI secara bijak, yakni sebagai alat bantu yang mendukung proses belajar, bukan sebagai pengganti kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Institusi pendidikan perlu merumuskan kebijakan yang mengintegrasikan AI ke dalam proses pembelajaran.
Kebijakan tersebut harus disertai dengan pendekatan pedagogis yang menekankan pembelajaran aktif dan reflektif, agar mahasiswa tidak sekadar bergantung pada teknologi dalam mencari jawaban.
Harmilawati, dkk (2024) dengan beberapa cara AI meningkatkan critical thinking skills, seperti pada sumber pembelajaran AI dapat meningkatkan akses, mendukung pembelajaran kolaboratif, dan pembelajaran personalisasi, mendukung proses belajar berbasis masalah, serta dengan akurat dan cepat dalam pemberian umpan balik pembelajaran.
Diperlukan pendekatan yang strategis dan seimbang, yang tidak hanya berfokus pada efisiensi dan kemudahan, tetapi juga memperhatikan pengembangan kemampuan berpikir kritis, kemandirian belajar, dan nilai etika.
Metode problem-based learning misalnya, pada pembelajaran ini AI bisa bermanfaat sebagai sumber informasi, namun pembelajar terlibat dalam diskusi dan evaluasi terhadap informasi. AI seharusnya menjadi alat bantu yang memperkaya proses belajar, bukan menggantikan proses berpikir itu sendiri.
Dengan kebijakan yang tepat dan kesadaran kolektif dari pendidik, institusi, dan mahasiswa, teknologi ini dapat menjadi sarana dalam menciptakan pendidikan yang lebih adaptif, inklusif, dan bermakna.
***
*) Oleh : Dr. Ari Brihandhono, S.Pt., M.Pd., Asisten Ahli.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |