TIMES MALANG, JAWA TENGAH – Di tengah dinamika politik global, isu lingkungan semakin menjadi perhatian utama, terutama di kalangan anak muda. Munculnya gerakan politik hijau (green party) di berbagai negara menunjukkan bahwa ada kebutuhan akan partai politik yang mengutamakan keberlanjutan, keadilan sosial, dan kebijakan berbasis lingkungan.
Di Indonesia, di mana masalah lingkungan seperti deforestasi, polusi udara, dan krisis iklim semakin mengancam, aspirasi politik pemuda mulai bergeser ke arah partai atau gerakan yang lebih peduli terhadap keberlanjutan.
Apakah Indonesia siap untuk mengadopsi model Green Party sebagai bagian dari sistem politiknya? Artikel ini akan membahas tantangan dan peluang dalam konteks gagasan Green Party yang mewakili aspirasi politik pemuda Indonesia.
Green party merupakan perkembangan global bagaimana politik bergerak untuk mendorong kebijakan yang ramah lingkungan. Di Eropa dan berbagai belahan dunia lain, partai-partai yang punya komitmen untuk memperjuangkan lingkungan melalui kebijakan juga saling berkoalisi untuk memperkuat negosiasi.
Meski demikian, secara tren politik global, pemimpin-pemimpin dunia juga punya forum untuk mendorong perubahan kebijakan untuk pelestarian alam, semisal COP 29 di Baku Azebaijan pada November 2024 lalu, sebagai forum United Nations Climate Change Conference.
Di Indonesia, sejauh ini Partai Kebangkitan Bangsa yang mendeklarasikan diri sebagai partai hijau, yang bergerak untuk perjuangan lingkungan. Partai Kebangkitan Bangsa sudah sejak tahun 2005 mendeklarasikan diri sebagai green party.
PKB melihat bahwa problem krusial dunia berupa krisis lingkungan hidup yang massif serta daya tahan bumi yang mulai menurun akibat pemanasan global, menjadi konteks perjuangan partai melalui kebijakan srategis serta jaringan massa yang dimiliki. PKB juga mendorong beberapa UU di level negara, serta kebijakan turunannya berdampak positif terhadap alam dan lingkungan.
Pada perkembangannya, isu tentang lingkungan juga menjadi bagian dari kesadaran pemilih negeri ini. Pemuda Indonesia semakin sadar akan pentingnya kebijakan lingkungan yang progresif. Ini terlihat dari berbagai gerakan sosial dan kampanye yang dilakukan oleh kelompok anak muda.
Seperti aksi protes terhadap proyek-proyek yang merusak lingkungan, gerakan zero waste, dan advokasi kebijakan energi terbarukan. Kesadaran ini tidak hanya tercermin dalam aksi sosial, tetapi juga dalam preferensi politik mereka.
Namun, kendala yang dihadapi adalah belum adanya partai politik utama di Indonesia yang secara konsisten memperjuangkan isu lingkungan sebagai agenda utama mereka. Partai-partai yang ada masih lebih berfokus pada isu ekonomi dan stabilitas politik tanpa memberikan perhatian serius pada kebijakan lingkungan yang progresif.
Ada beberapa tantangan dalam mendorong campaign terkait green party, dalam konteks politik saat ini. Di antaranya:
Pertama, minimnya akses untuk mendorong kesadaran dan keterlibatan politik anak muda. Meski banyak pemuda yang peduli terhadap isu lingkungan, tidak semua memiliki keinginan atau kesempatan untuk terlibat dalam politik secara langsung.
Banyak yang lebih memilih jalur aktivisme atau gerakan sosial dibandingkan dengan terlibat dalam partai politik. Padahal, untuk membawa perubahan yang lebih sistemik, jalur politik juga perlu dioptimalkan.
Kedua, Dominasi Oligarki Politik. Politik Indonesia masih didominasi oleh oligarki dan kepentingan ekonomi besar, termasuk perusahaan yang berkontribusi terhadap perusakan lingkungan.
Dengan demikian, upaya untuk membentuk atau menguatkan Green Party dapat menghadapi tekanan dari kelompok-kelompok kepentingan yang merasa terancam oleh kebijakan lingkungan yang lebih ketat.
Peluang Green Party sebagai Representasi Aspirasi Pemuda
Meskipun tantangan cukup besar, ada beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong isu Green Party untuk memperkuat agenda lingkungan dalam politik Indonesia:
Pertama, Basis Pemilih Muda yang Besar. Generasi muda Indonesia, yang jumlahnya mencapai lebih dari 50% populasi pemilih, merupakan potensi besar bagi gerakan politik hijau. Jika isu lingkungan dapat dikemas sebagai bagian dari solusi bagi masalah sosial dan ekonomi, pemuda bisa menjadi pendukung utama gerakan ini.
Kedua, Teknologi sebagai Alat Mobilisasi Politik. Di era digital, media sosial dan platform daring dapat digunakan untuk menyebarkan gagasan serta membangun jaringan pendukung tanpa biaya besar. Pengalaman dari berbagai gerakan politik berbasis digital di dunia menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi alat ampuh dalam membangun gerakan politik baru.
Ketiga, Kolaborasi dengan Aktivis dan Organisasi Masyarakat Sipil. Banyak organisasi lingkungan di Indonesia yang sudah bergerak dalam advokasi kebijakan. Aliansi strategis antara kelompok aktivis dan aktor politik dapat menjadi jalan bagi pembentukan partai politik hijau atau penguatan isu lingkungan dalam partai yang sudah ada.
Keempat. Momentum dinamika krisis iklim. Semakin jelasnya dampak perubahan iklim di Indonesia, seperti banjir, kebakaran hutan, dan polusi udara, dapat menjadi faktor pendorong bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap kebijakan lingkungan. Isu ini harus dimanfaatkan untuk mendorong narasi bahwa partai dengan agenda lingkungan kuat adalah sesuai yang penting.
Strategi Menguatkan Perjuangan Lingkungan dalam Kebijakan
Untuk implementasi ide-ide terkait green party sebagai visi politik, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa isu lingkungan mendapat perhatian lebih besar dalam politik nasional. Di antaranya, endorong Regulasi yang Lebih Ramah terhadap Partai Berbasis gagasan.
Perubahan sistem politik agar lebih inklusif terhadap partai-partai baru dengan agenda spesifik perlu diperjuangkan. Reformasi kebijakan seperti penurunan parliamentary threshold dan insentif bagi partai yang mengusung kebijakan lingkungan dapat menjadi solusi jangka panjang.
Di sisi lain, peran politik dan representasi pemuda perlu diperluas. Pemuda harus didorong untuk terlibat dalam politik, baik sebagai pemilih yang kritis maupun sebagai kandidat dalam pemilu. Dengan lebih banyak pemuda yang menduduki posisi strategis, kebijakan lingkungan dapat lebih diperjuangkan dalam pemerintahan.
Selain itu, penting menggunakan media dan kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran.
Media memiliki peran penting dalam membangun opini publik. Kampanye berbasis data dan fakta mengenai dampak perubahan iklim serta urgensi kebijakan lingkungan dapat membantu membangun dukungan luas bagi gerakan politik hijau.
Gagasan tentang partai hijau (green party) sebagaimana perjuangan PKB selama ini, dapat menjadi representasi politik yang relevan bagi aspirasi pemuda Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin nyata. Namun, tantangan dalam sistem politik, dominasi oligarki, dan rendahnya keterlibatan politik pemuda masih menjadi hambatan utama.
PKB sudah berada para rel yang benar untuk mendorong perjuangan lingkungan melalui kebijakan politik. Oleh karena itu, strategi berikutnya yang paling realistis saat ini adalah memperkuat agenda lingkungan dalam partai yang sudah ada, mendorong keterlibatan politik anak muda,
Membangun gerakan berbasis teknologi untuk menyebarluaskan kesadaran akan pentingnya kebijakan hijau. Dengan langkah-langkah ini, masa depan politik Indonesia dapat lebih berpihak pada keberlanjutan dan kesejahteraan generasi mendatang.
***
*) Oleh : Kholid Abdillah, Ketua DPW Garda Bangsa Jawa Tengah, Anggota Komisi A DPRD Jateng dari PKB.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |