https://malang.times.co.id/
Kopi TIMES

Mengenali Pola Pikir Antargenerasi

Senin, 10 Agustus 2020 - 19:53
Mengenali Pola Pikir Antargenerasi Tri Sugiarti Ramadhan, SE., MM, (Dosen Tetap FEB Universitas Islam Malang).

TIMES MALANG, MALANG – Perkembangan zaman dan teknologi yang berjalan cepat ini perlu disikapi dengan bijaksana dan dewasa. Salah satu cara menjadi pribadi bijaksana dan dewasa adalah mengetahui dari karakter dan pola pikir generasi-generasi yang ada saat ini.

Kita mengetahui bahwa terdapat 3 generasi di dunia ini setelah era pasca perang dunia ke 2 yaitu generasi X, generasi Y, dan generasi Z. Generasi pertama adalah generasi X, sering dikenal sebagai generasi Baby Boomers. Beberapa pendapat umum menyebutkan cakupan dari generasi X adalah mereka yang lahir dari tahun 1960 sampai 1980.

Kemudian ada generasi yang disebut dengan generasi Y atau millennial. Generasi Y adalah mereka yang lahir dari tahun 1980 sampai dengan tahun 1995. Sedangkan generasi Z adalah mereka yang lahir diatas tahun 1995.

Generasi Z merupakan generasi setelah Generasi Y yang didefinisikan sebagai orang-orang yang lahir dalam rentang tahun kelahiran 1995 sampai 2012. Wikipedia

Banyak istilah yang menjadi sebutan bagi generasi Z, seperti iGen (iGeneration), gen Net (generasi internet), gen Tech, digital natives, dan plurals. Jika diperhatikan, istilah-istilah tersebut berkaitan erat dengan teknologi. Benar saja, sebab generasi Z tumbuh di era digital, sehingga mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan perangkat digital canggih sejak kecil.

Diakui atau tidak, teknologi yang menyertai tumbuh kembang generasi Z ini mempengaruhi kepribadian mereka. Generasi Z didefinisikan pula sebagai generasi influencer yang merupakan penduduk asli dari era digital sejati saat ini. Sebab dari lahir hingga dewasa, generasi ini telah terpapar internet, jaringan sosial, dan sistem seluler. Perkembangan teknologi ini menghasilkan generasi hiperkognitif yang lebih nyaman mengumpulkan referensi silang dari banyak sumber informasi dan mengintegrasikan pengalaman virtual dengan kehidupan nyata.

Kehadiran Generasi Z dengan segala karakteristiknya yang amat kompleks membawa implikasi tersendiri terhadap human paradigm diantaranya:

Baby 4.0 (1-10 tahun)

Semua dimulai saat kita lahir sampai dengan umur 10 tahun. Tentu kita pada masa – masa seperti ini, seorang anak sedang giat-giatnya mengenal apa itu dunia, mengeksplor dunia, mengenal bahasa, bantuk, bau, warna dan tentu, dan tentu keluarga mereka sendiri. Setiap kehadiran seorang keluarga baru baik laki-laki  maupun perempuan sering kali membawa sinergi positif pada lingkungan sekitar.

Namun, perkembangan anak masa kini ( anak 4.0 ) yang lahir pada thun 1997- sekarang  terasa lebih cepat dari anak – anak yang lahir pada generasi X yang lahir pada tahun 1964 – 1976 dan juga generasi Y yang lahir pada tahun 1977 – 1997. Anak zaman sekarang cepat mengadopsi pemakaian teknologi terutama internet. Banyak di antara mereka tidak hanya mendengarkan lagu anak – anak klasik seperti ( bintang kecil ), bahkan seorang anak kecil berusia 10 tahun  di Amerika sudah menjadi CEO di Start Up yang bergerak di bidang pengelolaan Limbah. Fenomena yang terjadi sekarang ini banyak anak yang sering main handphone entah untuk Games atau belajar secara online, yang pasti Teknologi 4.0 sangat mempanguruhi Generasi Z.

Crazy Teenager (10 – 20 tahun)

Setelah melewati masa kanak – kanak. Kita pun beranjak pada masa remaja, masa dimana kita mengalami momen – momen yang sangat bergejolak, entah dari dalam diri ataupun pengaruh lingkungan sosial kita. Kebanyakan remaja tidak mengenal masa takut untuk mencoba karena punya ambisi besar dan selalu berfikir harus No.1 di lingkungan manapun, tidak segan untuk mengenal apapun yang baru bahkan selalu berprinsip ingin keluar dari zona nyaman bahkan sudah bisa berfikir untuk membedakan antara lingkungan yang toxic dan tidak.

Tidak heran jika pada masa-masa ini, banyak remaja yang  tidak “takut” untuk bermimpi besar. Banyak diantara mereka yang mendambakan kehidupan seperti. Entah itu bintang film, penyanyi, siapapun tokohnya. Mereka pun banyak bermimpi dan memiliki ambisi besar untuk kehidupan masa mereka, tidak peduli meninggalkan semua yang dimiliki untuk masa depan yang cerah.

The Mistake Is Income (20 - 25)

Kesalahan adalah pendapatan, memang saat ini yang terjadi usia yang matang dan berangkat dengan ambisi besar memang terlihat sebuah kesalahan tapi outputnya pendapatan kenapa saya tidak menulis yang lebih familiar seperti kesalahan adalah kegagalan yang tertunda, ini saya hubungkan dengan kondisi atau fenomena yang saat ini terjadi. Pemikiran  lebih maju, lebih berkembang dengan pemikiran yang selalu berprinsip perang untuk menang.

Sosok dewasa muda banyak diantaranya yang telah menyelesaikan studi dan mulai meniti karier ataupun memulai usaha. Pada saat ini kita mulai menghadapi dunia yang sebenarnya, terutama kita memiliki tanggung jawab lebih besar, untuk memulai itu semua pasti kita akan dilanda kesalahan yang mengakibatkan kegagalan tetapi saya berasumsi bahwa kegagalan adalah pendapatan.

Salah satu isu yang sering menjadi sangat penting pada rentang umur ini adalah pasangan hidup. Banyak di antara kita yang sudah tersadar dan mulai membayangkan kehidupan pernikahan. Karena itu, banyak diantara  kita pun yang mengalami kebingungan. Apalagi kita-kita masih jomblo, karena Fenomena sekarang yang terjadi negara Eropa ( Swedia ) dan Asia Timur ( Jepang, China, Korea Selatan ) mengakibatkan ekonomi jadi loyo karena daya beli jadi turun.

Who Is Your Boss (25-30 tahun)

Kita sedikit berpikir bahwa kalau kita jadi karyawan atau untuk bekerja dengan orang lain hal ini yang sangat jarang diperhatikan oleh kebanyakan orang yaitu siapa bos, siapa yang mengarahkan perusahaan, apa tindakan yang diambil selalu memperhatikan Sumber Daya Manusia atau hanya kepentingan internal untuk perusahaan, padahal pemikiran yang visioner tentang siapa atasan anda itu sangat  penting karena pengaruh sosial sangat menentukan terhadap diri kita sendiri, kita harus memahami apa pemikiran di setiap lini bos kita. Bos identik dengan kekuasaan yang selalu berfikir keras.

Kita sebagai karyawan harus paham betul apa visi dan misi perusahaan dan siapa yang memimpin kita. Jadi hal ini sangat menentukan jikalau kita keluar dari perusahaan kita sudah dibekali dan di ajari oleh sikap bos kita untuk menjadi pemimpin yang relevan, inovatif dan mempunyai mental baja untuk membuat usaha tersendiri.

Work For Whom (30-40 tahun)

Dalam hal ini kita adalah dasar dalam perusahaan, dasar dari keputusan, dasar nasib bagi Bisnis mauapun kualitas Sumber Daya manusia. Banyak pepatah mengatakan kerja keraslah disertai dengan kecerdasan intelektual untuk menuju kesuksesan itu adalah pemikiran secara vertikal yang tidak cocok untuk diterapkan di lingkungan Revolusi Industri 4.0, menurut penulis untuk saat ini tidak sebatas kerja keras dan kerja cerdas tetapi kerja untuk apa dan kerja untuk siapa.

Kerja dalam lingkungan 4.0 harus bekerja dengan tim karena dunia sekarang penuh percepatan perubahan serta pergeseran dari vertikal, eksklusif, individual menuju horizontal, inklusif, soial. Steve Jobs, Jack Ma, Nadiem Makariem, merupakan orang-orang yang telah sukses. Sukses bekerja dengan tim dan sukses dengan berprinsip “Bekerja Untuk Apa dan Untuk Siapa“.

Investmen For Young People (50-60 tahun)  

Usia setengah abad menjadi momen spesial bagi banyak orang karena selain telah mengenyam pengalaman hidup yang sudah panjang, sebagian dari kita sudah lama berkeluarga, memiliki karier ataupun usaha yang sudah berumur panjang. 

Sebagian dari kita yang berkeluargapun sudah banyak yang memiliki anak yang beranjak remaja, sehingga masa ini pun ada sedikit waktu yang dimanfaatkan. Karena itulah, pada usia ini pun kita mendapatkan energi untuk menjalani masa depan tetapi tidak sinergi ketika masih umur 20-40 tahun. Dengan hal ini entrepenuer harus berinvestasi ke pada anak muda yang lebih mampu menyelesaikan segala masalah pada urusan apapun karena anak muda lebih bersinergi postif.

Relax Time (Di atas 60 tahun)

Kondisi ini berbeda yang kita temukan pada orang-orang yang telah telah berusia diatas 60 tahun ke atas. Kebanyakan diantaranya sudah mulai terbiasa dengan kondisi lanjut usia dan telah mengubah pola hidup. Merekapun tidak lagi mengejar sesuatu dan lebih banyak bersyukur pada semua hal yang telah dijalani.

Alasannya terutama karena semua hal yang dijalani ke depannya adalah bonus kehidupan. Jadi, pola pikir mereka cenderung menikmati hidup dan berbagai sesamanya. Namun, tua secara fisik bukan bearti tua juga secara mental. Banyak di antara orang lanjut usia yang justru seperti anak muda. Contohnya seperti mencoba hal baru, mempelajari hal unik, dan berkumpul bersama kerabatnya. 

***

*) Oleh : Tri Sugiarti Ramadhan, SE., MM, (Dosen Tetap FEB Universitas Islam Malang).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta :
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.