https://malang.times.co.id/
Kopi TIMES

Disrupsi Pendidikan dan Transformasi Pendidik

Rabu, 01 Februari 2023 - 11:46
Disrupsi Pendidikan dan Transformasi Pendidik Edi Sutomo, Staf Pengajar MAN 2 Kota Malang.

TIMES MALANG, MALANG – Term disrupsi (disruption) pada beberapa tahun terakhir menjadi sering kita dengar seiring dengan upaya adaptasi masyarakat terhadap situasi pandemi.

Fenomena disrupsi, merupakan situasi pergerakan suatu hal yang tak lagi linier. Era dimana perubahan bergerak dengan yang masif, cepat, serta pola yang sulit tertebak (Volatility) sehingga menimbulkan ketidakpastian (Uncertainty) dan terdapat kompleksitas hubungan antar faktor penyebab perubahan yang ada (Complexity), yang pada akhirnya memimbulkan ambiguitas (ambiguity) terhadap arah perubahan berikutnya.

Pada Era ini, teknologi informasi telah menjadi basis atau dasar dalam kehidupan manusia termasuk dalam pendidikan sehingga menimbulkan apa yang disebut disrupsi pendidikan. Dampak terbesar dari disrupsi pendidikan bisa diperhatikan pada alih fungsi ruang kelas yang selama ini didominasi pertemuan fisik, beralih kepada ruang-ruang digital sehingga proses KBM, bersifat tanpa terbatas ruang dan waktu. Artinya, dunia pendidikan harus membentuk tatanan baru agar tetap adaptif dengan perubahan. Apa yang harus dipersiapkan pendidik menghadapi masa ini.

Inovasi

Pembelajaran digital menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi pendidik dalam memberikan layanan pendidikan yang efektif. Media sosial yang menjadi primadona zaman, kehidupan berbasis digital, bebebasan dalam mengakses informasi, nuansa ketakpastian menjadi pekerjaan rumah bagi penyiapan generasi mendatang. Selain dituntut untuk bagaimana menumbuhkan potensi peserta didik yang sesuai dengan fitrah serta menginternalisasikan budi pekerti kepada peserta didik melalui pendekatan yang sesuai dengan zaman dan lingkungan peserta didik, pendidik juga dituntut berinovasi dalam melakukan praktikpembelajaran dan penguasaan teknologi.

Solusinya terbaik bagi pendidik di era disrupsi adalah pengembangan diri dan inovasi. Inovasi dan pembaruan itulah kuncinya. Pembaruan-pembaruan dalam pembelajaran pasti dapat. Mengajar tidak hanya dengan ceramah, menggunakan LKS, dan penugasan. Lalu, selesai. Pendidik perlu untuk memulai mengubah cara kegiatan belajar mengajar , penguasaan dan pemanfaatan teknologi mutlak diperlukan, dan yang paling utama adalah pendidik harus menjadi pemain utama dalam dunia media sosial yang terkoneksi langsung dengan peserta didik.

Pendidik perlu menjadikan media sosial sebagai instrumen pendidikan yang memiliki cultural of power dalam membangun nuansa belajar yang kondusif dan penanaman budi pekerti bagi peserta didik di media sosial. Pendidik ditantang membuat konten edukatif di platform media sosial sekaligus menanamkan prinsip-prinsip budi pekerti yang mudah diakses peserta didik. Disinilah tantangan terbesar pendidik dalam menghadapi tantangan pola pergaulan global peserta didik di era disrupsi.

Optimalisasi Daya Kritis

Berpikir kritis (Critical thinking) sebagai sebuah kemampuan untuk mempertanyakan setiap aspek penting dalam suatu permasalahan perlu dibarengi dengan kemampuan menganalisis sebuah fenomena secara objektif. Dengan begitu, hasil yang didapatkan tidak bias dan benar-benar berdasarkan fakta yang ada. Sehingga dapat membantu memilah informasi yang penting atau tidak untuk memecahkan masalah. Kemampuan berpikir kritis ini perlu dibangun sedini mungkin sesuai usia perkembangan guna meningkatkan daya kreatifitas dan daya nalar. Sederhananya, peserta didik dilatih untuk mempertanyakan segala sesuatu serta berdialektika dengan lingkungan.  

Salah satu modal terbesar dari peserta didik yang sering kta abaikan adalah rasa ingin tahu yang besar. Curiosity yang tinggi menjadi modal alami yang dimiliki peserta didik. Ini bisa dijadikan variabel utama dalam menuntun peserta didik untuk meningkatkan daya kritis anak didik. Terdapat beberapa tahapan yang harus dilatih kepada anak didik yang diawali dari mengidentifikasi masalah yang dihadapi, kemudian mengumpulkan informasi yang relevan dengan problem yang dihadapi.

Selanjutnya memilah informasi yang sesuai dengan masalah yang bisa dijadikan landasan untuk menentukan solusi dan evaluasi. Diakhir proses anak didik diajak untuk membuat kesimpulan terkait masalah yang diberikan kepada anak didik. Disinilah tantangan bagi pendidik untuk merangsang dan mengoptimalisasi daya kritis  anak didik dalam core proses KBM setiap hari.  

Kemampuan berpikir kritis inilah yang dijadikan modal untuk memfilter berbagai informasi yang ada pada media sosial yang merupakan arena bermain anak didik saat ini. Anak didik perlu dibiasakan tentang kebermanfaatan informasi yang telah diterima dan akan di-share kepada khalayak serta etika bagaimana bermedia sosial dengan sehat.

Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar sejatinya bukan hal yang baru di dunia pendidikan Indonesia. Kita tentu masih ingat dengan tokoh Ki Hajar Dewantara yang memiliki gagasan sistem among dalam melaksanakan proses pendidikannya. Secara konteks sistem among menuntut seorang pendidik mampu menjadi pamong, mendidik dengan welas asih sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak didik yang selanjutnya mampu menumbuhkan disiplin dan pemahaman mengenai kesejatian hidup dari dalam diri peserta didik sendiri. Sistem among menempatkan kemandirian belajar sebagai core value dari setiap proses kegiatan belajar mengajar.

Peserta didik ditempatkan pada lingkungan belajar yang mampu merangsang pengembangan disiplin diri melalui pengalaman, pemahaman, dan upayanya sendiri. Sistem among menempatkan pendidik menjadi role model atau teladan, membersamai dalam proses kegiatan belajar sembari memberikan suntikan semangat untuk terus maju dan senantiasa mengenali kondisi peserta didik sehingga mampu mengamati kemajuan peserta didik.

Peserta didik wajib diberikan ruang gerak yang sesuai dengan fitrah dan kondisi zaman mereka. Disini peran pendidik diminta untuk mengupayakan setiap peluang kemajuan bagi mereka tanpa banyak campur tangan. Selanjutnya para pendidik tinggal mengamati, memonitor dan sesekali memberikan reward jika mampu mencapai perkembangan yang baik dan punishment jika mereka keluar dari kesepakatan yang ada, hal ini guna mendukung  kemajuan mereka. Dengan demikian, pendidikan akan menghasilkan manusia yang merdeka, yang berkembang secara utuh dan selaras dalam segala aspek kemanusiaannya.

Secara garis besar pembelajaran terlihat seolah-olah pekerjaan manual, padahal sebenarnya penuh dengan kreativitas, inovasi. Harus ada perubahan yang konstruktif pada semua lini. Perubahan paradigma belajar mengajar mutlak diperlukan. Sesuatu yang mudah diajarkan biasanya akan mudah juga diotomasi. Terkadang pendidik mengajarkan yang mudah, itulah yang gampang diganti oleh mesin.

Bagaimana caranya supaya tidak mudah diganti? Yang tidak dimiliki mesin adalah hati. Secara umum persoalan pendidikan sejatinya menjadi tanggung jawab bersama dalam menjawab tantangan zaman. Akan tetapi yang paling berperan adalah tenaga pendidik dan pengajar. Pendidik sebagai lokomotif peradaban harus mampu memfungsikan pendidikan sebagai budaya untuk melestarikan dan mengembangkan sistem nilai masyarakat.

Perlu digaris bawahi sumber daya dimasa depan tidak seperti sekarang. Permasalahan yang ada menuntut setiap entitas untuk bersinergi guna menyelesaikan permasalahan kehidupan yang semakin kompleks. Pendidik harus mampu memberikan ruang eksplorasi pada diri peserta didik. Peserta didik yang mengerti kemampuan dirinya dan melejitkan potensinya secara maksimal mampu melihat kelebihan dan kekurangan orang lain sebagai sebuah kekuatan untuk bersinergi serta bukan lagi melihat sebagai pesaing bahkan ancaman bagi dirinya.

Untuk menumbuhkan iklim seperti ini murid perlu dibiasakan sebuah nuansa kebersamaaan yang mutualistis. Sehingga bukan jamannya lagi sekolah memunculkan Superman yang bergerak sendiri di masa depan, namun harus mampu membentuk sebuah Superteam yang solid dari sekumpulan para Superman tadi.

***

*) Oleh: Edi Sutomo, Staf Pengajar MAN 2 Kota Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

Pewarta :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.