Kopi TIMES

Vaksin Itu Ada dalam Diri Kita

Rabu, 12 Agustus 2020 - 07:46
Vaksin Itu Ada dalam Diri Kita Tedy Winarno, Mahasiswa Universitas Islam Malang, Santri Pesantren Kampus ‘Ainul Yaqin. 

TIMES MALANG, MALANG – Peningkatan kasus positif Covid-19 khususnya di Indonesia adalah sebuah keniscayaan yang harus kita terima.

Terlepas dari kontroversi apakah ada konspirasi atau tidak, bahwa yang pasti virus ini memang nyata adanya, mungkin tidak berbahaya bagi yang mempunyai imunitas baik, akan tetapi sifatnya yang mudah menular menjadikan virus ini seolah sangat menyeramkan.

Belum lagi media yang terus menginformasikan mengenai hal-hal negatif yang ditimbulkan dari virus ini menjadikan pemikiran di masyarakat menganggap bahwa virus ini sangat berbahaya dan tidak bisa diobati. Padahal jelas, angka menunjukkan bahwa ada begitu banyak orang yang masih sehat dan sembuh dari virus ini dibandingkan dengan orang yang terinfeksi atau meninggal.

Lalu sekarang pertanyaanya, bagaimana kita dapat secara bijak menghadapi situasi yang demikian sulitnya ini terutama sebagai seorang muslim.

Pertama penulis ingin menekankan bahwa, apapun yang kita alami saat ini, tidak pernah sedikitpun terlepas dari kekuasaan Allah SWT. sebagai seorang muslim yang beriman, maka sudah sepatutnya kita tetap memandang kondisi saat ini sebagai sebuah nikmat berupa peringatan bagi kita yang penuh dengan dosa ini yang hanya Allah datangkan untuk kita umat dari Nabi Muhammad SAW.

Mengapa kita harus berpikir demikian? Sebab apabila umat-umat terdahulu melakukan kesalahan, cara Allah mengingatkan tidak dengan menurunkan ujian seperti halnya kepada kita, akan tetapi langsung ditimpakan musibah besar sehingga mereka semua binasah dan tidak ada kesempatan untuk bertaubat. 

Kedua, seperti yang sudah penulis sampaikan diatas, bahwa semua hal yang kita rasakan saat ini adalah kekuasaan Allah SWT, sehingga solusi terbaik untuk menghadapi situasi seperti ini hanya dengan kembali ke Al Qur’an sebagai petunjuk utama dalam segala dinamika kehidupan kita. Di dalam Al Qur’an sendiri, kata penyakit atau dalam bahasa arab disebut dengan Marradh selalu diletakkan berdampingan dengan kata qulub atau hati. Setidaknya sebanyak 19 kali Allah menyebutkan dua rangkaian kata tersebut dalam Al Qur’an.

Hal ini menjadi pertanda, bahwa Allah meletakkan sebuah pesan yang begitu mendalam bahwa apapun penyakitnya yang Allah turunkan, kuncinya adalah hati kita. Seorang ahli gizi dari sebuah Universitas di Surabaya pernah mengatakan bahwa presentase kesehatan kita terdiri dari 30 persen asupan gizi dan 70 persen justru dari kesehatan hati atau jiwa kita. Pernyataan di atas mungkin sebatas pengalaman seorang ahli gizi, namun ada sekian bukti yang menjadi dasar bahwa pertanyaan tersebut adalah benar adanya.

Bukti pertama datang dari sebuah penelitian yang dilakukan Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat.  Penelitian tersebuat menyebutkan bahwa ada dua Gubernur negara bagian yang memiliki sikap berbeda dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang sikap tersebut kemudian berpengaruh terhadap jumlah positif  dan perekonomian di Negara Bagian yang dipimpinnya.

Gubernur pertama menghadapi pandemi ini dengan tenang tanpa menakut-nakuti warganya dengan dampak negatif yang ditimbulkan namun tetap dengan menerapkan protokol kesehatan. Hasilnya jumlah positif Covid-19 menjadi yang paling rendah dan perekonomian tetap tumbuh pada angka 2 persen.

Sementara Gubernur yang lain menghadapi pandemi ini dengan kepanikan yang luar biasa dan menunjukkan kepada warganya dampak-dampak negatif yang ditimbulkan oleh virus ini yang kemudian menyebabkan warganya ketakutan. Hasilnya jumlah positif Covid-19 begitu tinggi dan pertumbuhan ekonomi jatuh di angka 000,02 persen.

Kemudian bukti kedua datang dari Negara Swiss, di mana Pemerintah di sana sangat memperhatikan berita-berita yang disampaikan kepada masyarakatnya dan tetap membuka negaranya sehingga kehidupan normal seperti biasanya, akhirnya masyarakat pun tidak memiliki ketakutan yang berlebihan. Dan hasilnya Swiss menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus positif paling sedikit di dunia.

Dari bukti-bukti diatas, maka penulis mengajak kepada seluruh pembaca untuk sama-sama tetap menerapkan protokol kesehatan namun tidak menanamkan ketakutan dalam diri secara berlebihan. Karena sekali lagi kita harus yakin bahwa penyakit apapun yang kita alami, ketenangan akan kehadiran Allah dalam hati kita menjadi kunci obat dari segala penyakit

***

*)Oleh: Tedy Winarno, Mahasiswa penerima manfaat beasiswa Muamalat, Mahasiswa Universitas Islam Malang, Santri Pesantren Kampus ‘Ainul Yaqin. 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.