TIMES MALANG, MALANG – Suasana duka menyelimuti Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Sebagai bentuk kepedulian dan solidaritas terhadap korban runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny, Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang menggelar shalat ghaib dan doa bersama, Selasa (7/10/2025).

Kegiatan tersebut dilaksanakan serentak di empat titik kampus, yakni Masjid At-Tarbiyah, Masjid Ulul Albab, Islamic Tutorial Center, dan Masjid Ali Ash-Shobuni, seusai shalat Maghrib. Ratusan mahasiswa, pengasuh Ma’had, hingga sivitas akademika UIN Malang larut dalam suasana khidmat dan penuh haru.

Di Masjid At-Tarbiyah, shalat ghaib dipimpin oleh Ustadz Muzakki, alumni Pondok Pesantren Al Khoziny. Usai shalat, ia menyampaikan tausiyah yang menggugah hati. Dalam pesannya, Ustadz Muzakki menyebut para korban wafat dalam keadaan mulia.

“Mereka meninggal dalam kondisi terbaik, sedang bersujud dalam shalat Ashar sekaligus menuntut ilmu. Insyaallah, mereka wafat dalam keadaan syahid dan ditempatkan di sisi Allah SWT,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan jamaah agar menjadikan peristiwa tersebut sebagai pengingat untuk tetap istiqamah dalam ibadah dan menebar kebaikan.

Wujud Solidaritas Spiritual UIN Malang

Bagi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, kegiatan ini tidak sekadar penghormatan terakhir, melainkan wujud solidaritas spiritual dari seluruh civitas akademika kampus. Bentuk kepedulian itu juga tampak dari kehadiran Rektor UIN Malang bersama Menteri Agama RI di lokasi musibah pada 30 September 2025 guna memberikan penguatan moral kepada keluarga korban.

Selain doa bersama, Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang juga menyiapkan agenda lanjutan berupa istighosah, penggalangan dana, dan kajian tematik yang mengangkat hikmah di balik musibah tersebut.

Program ini diharapkan dapat memperkuat spiritualitas sekaligus menumbuhkan empati sosial mahasiswa, sejalan dengan visi UIN Malang sebagai kampus yang menanamkan nilai-nilai keislaman, kemanusiaan, dan kebangsaan. (*)