TIMES MALANG, MALANG – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI, Pratikno menekankan bahwa saat ini pemerintah terus berupaya untuk menerapkan formula terbaik dalam mencetak SDM unggul di Indonesia.

Hal ini penting agar visi Indonesia Emas 2045 bisa benar-benar terwujud. Hal itu ia sampaikan dalam Sharing Session di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (14/7/2025).

Dalam dialog tersebut, Pratikno menyampaikan bahwa kesehatan menjadi prioritas utama dalam pembangunan sumber daya manusia, sebagaimana arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto.

“Dalam pilar SDM unggul, nomor satu adalah kesehatan. Oleh karena itu, kami menyelenggarakan cek kesehatan gratis bagi seluruh siswa hingga mahasiswa,” jelasnya.

Namun, Pratikno menegaskan bahwa SDM unggul tak hanya ditentukan oleh kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan moral, yang saat ini menghadapi tantangan besar akibat disrupsi teknologi.

Pratikno menyebutkan bahwa perkembangan teknologi digital dan AI telah memberikan tantangan baru, mulai dari penyebaran hoaks hingga penyalahgunaan teknologi dalam dunia pendidikan.

“Sekarang teknologi makin mudah digunakan, misalnya untuk membuat hoaks. Bahkan bentuknya sudah dalam video. Ini perlu diantisipasi bersama,” tegasnya.

Ia juga menyoroti fenomena mahasiswa yang mengandalkan AI untuk mengerjakan tugas, tanpa memahami substansi materi yang dipelajari. Hal ini, menurutnya, menjadi implikasi negatif dari teknologi yang perlu diawasi, termasuk melalui penggunaan AI detector.

Namun di sisi lain, Pratikno juga menggarisbawahi potensi positif dari pemanfaatan AI dalam pendidikan, seperti mentoring, tutoring, dan personalized education.

“Mahasiswa bisa difasilitasi sesuai minat dan kekuatannya masing-masing. Ini membuat pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien,” ujarnya.

Dia menyebut, UMM dikenal sebagai kampus yang aktif dalam pemberdayaan masyarakat. Sehingga Pratikno juga mengapresiasi kontribusi universitas ini dalam menyelaraskan perkembangan teknologi dengan ekonomi kerakyatan.

Ia menekankan bahwa teknologi dan digitalisasi harus bisa dimanfaatkan juga oleh masyarakat lapisan bawah, termasuk petani, nelayan, dan pelaku UMKM, bukan hanya oleh perusahaan besar.

“UMM punya kekuatan di bidang ini. Bagaimana teknologi digunakan sebagai bagian dari proses pembelajaran sekaligus pemberdayaan masyarakat,” kata Pratikno.

Ia berharap agar transformasi digital dan kemajuan teknologi justru bisa mempersempit kesenjangan sosial, bukan sebaliknya.

“Jangan sampai teknologi hanya memperlebar jurang ketimpangan. Kita harus memastikan masyarakat kecil juga ikut merasakan manfaat dari perkembangan ilmu dan teknologi,” pungkasnya. (*)