TIMES MALANG, SOLO – Pemanfaatan teknologi digital kini merambah dunia tanaman obat. Tim dosen dan mahasiswa Politeknik Indonusa Surakarta mengembangkan Pojok TOGA Inovatif di kawasan Proklim Gajah Putih, Karangasem, Surakarta, dengan menghadirkan teknologi QR Code sebagai sarana edukasi tanaman herbal kepada masyarakat.
Program bertajuk “Pembentukan dan Pengembangan Pojok TOGA Inovatif dengan Teknologi QR Code” di Proklim Gajah Putih, Karangasem, Surakarta," ini berlangsung mulai September hingga November 2025 ini mendapat dukungan pendanaan dari Kemdiktisaintek.
Kegiatan diketuai oleh apt. Iin Suhesti, M.Farm dari Prodi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta, dengan anggota tim apt. Dessy Erliani Mugita Sari, M.Farm dari Institut Teknologi Kesehatan Cendikia Utama Kudus, Norma Puspitasari, M.Pd dari Prodi D4 Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak Politeknik Indonusa Surakarta, serta empat mahasiswa pendamping yang sebelumnya mengembangkan Pojok TOGA Inovatif dengan Teknologi QR Code untuk Budidaya dan Edukasi Tanaman Kelor (Moringa oleifera) dan Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Bahan Baku Tonik Rambut Alami.
Proklim Gajah Putih Karangasem yang berlokasi di Jl. Pepaya No. 4, Laweyan, Surakarta, merupakan salah satu Proklim Utama di kota tersebut dan diketuai oleh Sri Sudarini, S.Pd.
Pembuatan dan Penanaman di Pojok TOGA
Program diawali dengan kegiatan pembukaan dan pengolahan lahan kosong di kawasan Proklim Gajah Putih. Tim bersama warga sekitar membersihkan lahan, membajak tanah, dan menambahkan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan.
Tim dosen Politeknik Indonusa Surakarta bersama mahasiswa yang mengadakan pelatihan Pojok TOGA Inovatif di kawasan Proklim Gajah Putih, Karangasem, Surakarta. (foto: Politeknik Indonusa Surakarta)
Sebelum proses penanaman, tim melakukan kunjungan ke Merapi Farma Yogyakarta guna mempelajari pengelolaan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) serta melengkapi jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Setelah lahan siap, dilakukan penanaman 30 jenis tanaman obat, dengan kelor (Moringa oleifera) dan lidah buaya (Aloe vera) sebagai tanaman unggulan.
"Kedua tanaman ini dipilih karena memiliki banyak manfaat. Kelor kaya nutrisi penting bagi tubuh, sementara lidah buaya dikenal berkhasiat untuk perawatan kulit dan rambut. Keduanya menjadi bahan utama dalam pembuatan tonik rambut alami," terang Iin Suhesti.
Pelatihan dan Inovasi Teknologi QR Code
Tahap berikutnya adalah pelatihan pemanfaatan TOGA bagi masyarakat setempat. Dalam pelatihan ini, warga diajarkan cara mengolah daun kelor dan lidah buaya menjadi bahan baku produk kesehatan, termasuk tonik rambut alami.
Sebagai bentuk inovasi, setiap tanaman di pojok TOGA dilengkapi dengan teknologi QR Code. Kode ini dapat dipindai melalui ponsel pintar untuk menampilkan informasi lengkap mengenai tanaman, seperti nama latin, taksonomi, kandungan berkhasiat, bagian yang digunakan, serta manfaatnya.
"Langkah ini diharapkan memudahkan masyarakat dalam mengakses pengetahuan tentang TOGA sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemanfaatan tanaman obat keluarga di lingkungan sekitar." imbuh Iin Suhesti.
Tim dosen Politeknik Indonusa Surakarta saat memberikan materi mengenai tananam toga dan teknologi QR Code sebagai sarana edukasi tanaman herbal kepada anggota Proklim Gajah Putih. (foto: Politeknik Indonusa Surakarta).
Antusiasme Masyarakat dan Harapan ke Depan
Program pengabdian masyarakat ini mendapat sambutan positif dari warga Proklim Gajah Putih. Mereka menilai kegiatan tersebut memberikan banyak manfaat, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi, karena membuka peluang pengembangan produk herbal lokal yang ramah lingkungan.
Kegiatan ditutup dengan penyerahan SK Pengurus dan peluncuran website Pojok TOGA, sebagai bentuk dukungan terhadap keberlanjutan dan pengelolaan taman tanaman obat tersebut.
Ketua Proklim Gajah Putih, Sri Sudarini, S.Pd, menyampaikan apresiasinya kepada tim dosen dan mahasiswa yang telah berkontribusi.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi warga, tidak hanya menambah wawasan tentang TOGA, tetapi juga membuka peluang untuk inovasi produk lokal yang bernilai ekonomi. Kami berharap kerja sama seperti ini dapat terus berlanjut,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan potensi tanaman obat di sekitar mereka, sekaligus mendorong pemanfaatan teknologi digital untuk pengembangan kesehatan alami dan pelestarian lingkungan. (*)
| Pewarta | : Rochmat Shobirin |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |