TIMES MALANG, MALANG – Dalam upaya pengelolaan dan konservasi hutan yang lebih efisien, Universitas Brawijaya saat ini tengah mengembangkan sebuah alat inovasi.
Alat tersebut berbentuk rangkaian perangkat keras dan aplikasi berbasis Internet of Things (IoT) serta Artificial Intelligence (AI) yang mampu mendeteksi berbagai ancaman, seperti kebakaran hingga penebangan pohon ilegal.
Alat ini akan diaplikasikan di UB Forest atau kawasan konservasi yang dikelola oleh Universitas Brawijaya, yang biasa digunakan untuk penelitian, edukasi, dan pelestarian lingkungan.
Koordinator KJF sekaligus Manajer Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan UPT Pengelola Kawasan Hutan UB Forest, Rifqi Rahmat Hidayatullah menerangkan, inovasi ini lahir untuk menjadi jawaban atas berbagai tantangan yang dihadapi selama pengelolaan UB Forest.
Dia menyebut, selama ini pengelola masih sering terkendala sulitnya sinyal dalam pengiriman data. Dengan adanya teknologi baru ini, masalah tersebut bisa terpecahkan.
"Dalam inovasi kami ini menggunakan protokol komunikasi Long Range (LoRa). Sistem ini memungkinkan pengiriman data tanpa harus melibatkan sinyal GSM. Dengan teknologi LoRa, data yang dikumpulkan bisa dikirim ke pusat kontrol melalui jaringan jarak jauh, meski berada di tengah hutan yang sulit sinyal sekali pun,” terangnya pada saat Bincang dan Obrolan Santai Bersama Pakar (Bonsai) UB di gedung Widyaloka, Rabu (11/12/2024).
Rifqi mengatakan, teknologi ini memiliki beberapa keunggulan. Seperti efisiensi dan akurasi monitoring yang mampu mendeteksi ancaman seperti penebangan pohon ilegal, integrasi AI dan IoT menggunakan teknologi You Only Look Once (YOLO) untuk mendeteksi objek dengan cepat.
Selanjutnya, teknologi baru ini juga disebut sangat mendukung dalam pengelolaan berkelanjutan yang sesuai dengan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) UB Forest.
Kepala Laboratorium Internet of Things and Human Centered Design Fakultas Vokasi UB, Rachmad Andri Atmoko, S.ST.,M.T., MCF. mengatakan bahwa pengembangan aplikasi ini merupakan hasil kolaborasi lintas disiplin ilmu.
“Sistem ini memungkinkan deteksi aktivitas di dalam hutan, seperti identifikasi satwa liar, manusia, dan kendaraan secara real time menggunakan algoritma kecerdasan buata yang terintegrasi dengan camera trap,” terangnya.
Informasi dari sistem ini, lanjut Moko, akan dikirimkan melalui jaringan LoRa ke pusat kontrol untuk ditampilkan pada dashboard berbasis web untuk mempermudah pengambilan keputusan oleh pengelola hutan.
“Keunggulan lainnya seperti fitur anti-pencurian dengan sensor getaran. Alat ini bahkan mampu mendeteksi aktivitas mencurigakan di jalur-jalur luar hutan yang tidak semestinya digunakan,” pungkasnya. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Imadudin Muhammad |