TIMES MALANG, MALANG – Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMP Budi Mulia Pakisaji, Kabupaten Malang, resmi dimulai pada Senin (14/7/2025). Kegiatan ini menekankan pentingnya pembentukan karakter siswa berbasis akhlakul karimah, sekaligus memperkenalkan budaya belajar di tingkat SMP.
Kepala SMP Budi Mulia Pakisaji, Manan Supriadi, menjelaskan bahwa MPLS bertujuan membantu peserta didik baru dalam proses adaptasi, baik dengan lingkungan sekolah, warga sekolah, hingga tata tertib yang berlaku.
“Selain memperkenalkan kegiatan akademik dan non-akademik, MPLS juga membentuk karakter positif agar siswa betah dan kerasan di sekolah,” ujarnya.
Menurut Manan, budaya belajar di SMP berbeda dengan jenjang sebelumnya, sehingga perlu dikenalkan sejak awal. Salah satu keunikan MPLS di SMP Budi Mulia adalah penekanan pada pembinaan mental dan budi pekerti.
“Kami memotivasi anak-anak dengan pendekatan yang membangun karakter dan kesiapan mental. Akhlakul karimah menjadi dasar utama,” tambahnya.
MPLS berlangsung selama lima hari dan akan diakhiri dengan demo ekstrakurikuler. Hari pertama diisi dengan pengenalan konsep Wiyata Mandala, lingkungan sekolah, serta perkenalan dengan guru dan fasilitas.
Hari kedua membahas materi kedisiplinan dan tata tertib, disusul hari ketiga dengan pembinaan mental dan akhlak. Pada hari keempat, siswa dibekali informasi mengenai berbagai kegiatan di sekolah, termasuk pengenalan Madrasah Diniyah sebagai program tambahan.
“Anak-anak mulai hari-hari mereka dengan salat duha dan mengakhiri dengan salat zuhur. Ini menjadi bagian dari pembiasaan karakter,” jelas Manan.
Hari kelima ditutup dengan kegiatan demo ekstrakurikuler, dimulai pukul 07.00 WIB hingga menjelang salat zuhur. Siswa dapat mengenal dan memilih ekskul sesuai minat dan bakat masing-masing.
Tahun ajaran 2025, SMP Budi Mulia Pakisaji menerima 160 siswa baru, yang terbagi dalam 5 rombongan belajar dengan rasio 32 siswa per kelas, sesuai ketentuan.
Manan menambahkan, pihak sekolah terus mendorong terciptanya lingkungan belajar yang ramah anak, tanpa perundungan (bullying), dan menyenangkan sesuai arahan Kemendikbudristek.
“Tujuan akhirnya adalah menjadikan sekolah sebagai tempat yang nyaman untuk belajar dan membentuk karakter unggul bagi masa depan mereka,” pungkasnya. (*)
Pewarta | : Slamet Mulyono |
Editor | : Imadudin Muhammad |