TIMES MALANG, BANYUWANGI – Baru – baru ini, di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, banyak beredar foto-foto selfie berlatar belakang kebun bunga matahari. Salah satunya kebun yang ada di Desa Sumberkencono, Kecamatan Wongsorejo yang mendadak viral di kalangan anak muda pemburu spot foto.

Nyaris setiap sore, kebun-kebun bunga matahari ini ramai dikunjungi oleh anak muda. Semuanya berlomba untuk mendapatkan sudut foto terbaiknya. 

Penelusuran TIMES Indonesia di Banyuwangi, selain di Kecamatan Wongsorejo juga ada kebun bunga matahari di kecamatan lain. Yakni di Kecamatan Tegaldlimo, Kecamatan Srono dan Kecamatan Cluring. 

Kepala Bidang Ketahanan Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Banyuwangi, Ilham Juanda menjelaskan jika tanaman bunga matahari merupakan program tanam uji coba. Ini adalah jenis pertanian yang pertama kali di budidayakan petani di Banyuwangi. 

Di tahapan uji coba ini, ada sekitar 5,7 hektar lahan di Banyuwangi yang sudah ditanami bunga matahari. Sejauh ini, semuanya terpantau tumbuh dengan baik. Bunga-bunganya bermekaran dan daunnya pun juga bagus.

“Sejauh ini bagus. Terutama untuk di kecamatan yang mendapatkan sinar matahari penuh. Kecuali di tempat dataran tinggi itu mungkin perlu riset lagi,” kata Ilham, Senin (18/10/2021). 

Ilham tidak menyangka kebun bunga matahari ini akan viral di kalangan anak muda. Akan tetapi Ilham bersyukur. Adanya kebun bunga matahari ini sekaligus bisa menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan. Selain itu, ini diharapkan merangsang para anak muda untuk tidak takut menekuni bisnis pertanian. 

“Tentu, bunga matahari ini akan sangat bagus ketika tumbuh dengan banyak. Terbukti setiap hari ada anak muda yang datang. Ini juga membuka peluang di sektor pariwisata. Nanti kita kolaborasikan dengan petani setempat,” katanya. 

Ketika pertanian bunga matahari ini sukses, tidak menutup kemungkinan akan menjadi komoditas andalan dari Kabupaten Banyuwangi. “Ini peluang tanam baru bagi petani di Banyuwangi. Untuk itu Dinas Pertanian bisa lakukan sosialisasi. Sisi keuntungan dan resiko sudah kami sampaikan, nanti tergantung para petani sendiri. Mau tanam atau tidak,” cetusnya. (*)