TIMES MALANG, MALANG – Wakil Ketua Dewan Pengawas (Dewas) Danantara, Muliaman Darmansyah Hadad, mengungkapkan bahwa ada sebanyak 1.068 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia. Termasuk anak, cucu, hingga cicit perusahaan. Mirisnya, dia menyebut hanya delapan di antaranya yang benar-benar menghasilkan dividen bagi negara.
Hal itu disampaikan Muliaman saat mengisi Studium Generale di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (23/10/2025). Ia menilai, sebagian besar BUMN justru belum memberikan kontribusi optimal terhadap perekonomian nasional.
“Di Indonesia saat ini ada sebanyak 1.068 BUMN. Itu sudah termasuk anak, cucu, mungkin ada cicitnya juga. Tetapi yang menghasilkan dividen itu hanya delapan perusahaan, yang lainnya, kalau menurut saya, tidak memberikan kontribusi. Bahkan memberikan beban,” ujar Muliaman.
Menurutnya, kondisi tersebut menjadi tantangan besar bagi Danantara, lembaga yang dibentuk pemerintah untuk mengelola dan mengonsolidasikan aset-aset BUMN agar lebih produktif dan berdaya saing.
“Apa yang perlu dilakukan oleh Danantara adalah bagaimana yang seribu lebih ini betul-betul lebih optimal menghasilkan sesuatu untuk mensejahterakan masyarakat,” ujarnya.
Muliaman menjelaskan, salah satu fokus utama Danantara adalah melakukan restrukturisasi terhadap BUMN yang dinilai tidak efisien dan kurang modern. Transformasi ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan profitabilitas seluruh entitas BUMN.
“Jadi tugas Danantara adalah mengonsolidasikan yang seribu lebih ini, mentransformasi, sehingga kemudian produktivitas mereka di dalam pengelolaan hari-hari itu lebih menguntungkan, lebih profitable, lebih produktif, lebih kompetitif,” jelasnya.
Dia juga menyinggung tumpang tindih kepemilikan dan pengelolaan aset antar-BUMN yang menyebabkan inefisiensi. Salah satu contoh adalah sektor perhotelan dan rumah sakit yang dikelola oleh banyak perusahaan berbeda tanpa koordinasi yang baik.
“Banyak sekali hotel milik BUMN, ada 170. Tapi dikelola oleh pihak-pihak yang baru ini. Begitu juga rumah sakit, Pertamina punya rumah sakit, Pelni punya rumah sakit. Karena tidak terkonsolidasi, hasilnya tidak optimal,” tuturnya.
Muliaman menambahkan, dalam jangka panjang, konsolidasi BUMN diperkirakan akan mengurangi jumlah entitas dari lebih dari seribu menjadi sekitar 200 perusahaan yang lebih efisien dan produktif.
“Tantangannya itu ada pada pengelolaan BUMN. Dari seribu itu kira-kira akan menjadi berapa kalau ada pertanyaan? Sekarang mungkin ada sekitar 200-an nanti,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa tujuan akhir Danantara bukan sekadar memperbaiki kinerja korporasi, tetapi juga memastikan bahwa dividen yang dihasilkan dapat kembali diinvestasikan ke proyek-proyek strategis nasional.
“Tugas Danantara itu memperbaiki kinerja dari BUMN-BUMN agar hasilnya optimal. Kemudian dividennya diinvestasikan ke proyek-proyek strategis nasional. Itu dipastikan mekanisme ini harus berjalan dengan sebaik-baiknya,” pungkasnya. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Imadudin Muhammad |