TIMES MALANG, MALANG – Rumah Budaya Ratna (RBR), sejak diresmikan pada 24 Agustus 2024, telah menjadi atap yang menaungi semangat literasi dan seni bagi berbagai lapisan masyarakat.
Membawa spirit pengabdian Ratna Indraswari Ibrahim, kafe yang berada di Jalan Diponegoro Kota Malang, Jawa Timur ini hadir dengan konsep perpustakaan.
Rumah Budaya Ratna menjadi rumah banyak kegiatan kebudayaan. Mulai dari bedah buku, latihan musik, hingga latihan teater.
Benny Ibrahim, pengelola RBR sekaligus adik bungsu Ratna Indraswari, mengaku amat terbuka bagi siapa saja yang mau berkegiatan di sana.
"Kita sebut di sini, meet point. Jadi, sering, kaya band-band, anak SMA belajar teater di sini. Saya kasih kebebasan aja, untuk apresiasi," ungkap Benny.
Rumah Budaya Ratna, sepeninggal Ratna Indraswari Ibrahim pada tahun 2011 memang sempat vakum beberapa tahun. Namun setelah dibuka kembali dalam bentuk kafe dan pustaka oleh pihak keluarga, semangat komunitas dan berjejaring untuk generasi penerus tidak lantas pudar.
"Untuk menelurkan Ratna-ratna baru. Regenerasi penulis-penulis muda, nanti kita panggilkan penulis-penulis senior."
Berangkat dengan misi kemanusiaan, RBR tidak mematok status sosial dan latar belakang tertentu. "Pada dasarnya ini usaha non-profit, untuk memajukan budaya," tutur Benny, "dan alhamdulillah, banyak buku di sini, juga dari sumbangan-sumbangan."
RBR juga bekerjasama dalam konsorsium bersama komunitas lain untuk saling menunjang barbagai kegiatan kebudayaan.
Suasana ruang baca dan pertemuan di Rumah Budaya Ratna (FOTO: Nihrul Bahy Muhammad/Times Indonesia)
Dalam hal ini, Benny mengungkapkan kalau jaringan tersebut terdiri atas lima komunitas. "Setiap ada event, kita cantumkan grup konsorsium kita," tuturnya.
Di ruang belakang yang kini menjadi ruang membaca dan berdiskusi, sebelumnya merupakan kamar pribadi Ratna. Jejak historisnya memantul dari berdirinya rak-rak penuh buku dan foto-foto perjalanan semasa hidup Ratna.
Melalui RBR ini, Benny Ibrahim sendiri memiliki harapan untuk dapat meneruskan perjuangan mendiang kakaknya, Ratna Indraswari Ibrahim; dan mewujudkan RBR sebagai episentrum dalam dunia literasi.
"Saya pingin, RBR ini artinya, bisa dikenal nasional bahkan internasional. Sebagai mercusuar tentang literasi," ucap Benny, "saya pribadi memang berambisi untuk (RBR) bisa menjadi mercusuar."
Teringat bagaimana perjuangan Ratna Indraswari, Benny mengisahkan salah satu anak didikan Ratna yang berhasil, sesuatu yang telah menjadi motivasi tersendiri.
"Dia (anak didik Ratna) itu disabilitas, tapi bisa menciptakan lima sampai enam novel. Dia disabel sekali, tapi bisa bikin novel," ulang Benny.
Benny juga bercerita, bagaimana perjuangan Ratna mengabdikan dirinya untuk masyarakat. "Dari kecil sudah biasa saya lihat banyak (anak disabilitias) yang datang ke rumah ini. Diberi motivasi sama dia (Ratna), untuk mengangkat hak dan martabatnya sebagai manusia normal, bukan sebagai anak-anak disabel," tuturnya.
"Saya ingin (RBR) bisa menjadi mercusuar untuk segala macam lapisan, dan tidak melihat status sosial," ujarnya.
Sebagai informasi, Ratna Indraswari Ibrahim adalah aktivis perempuan yang dikenal sebagai penulis cerpen yang tokoh utamanya kebanyakan kaum perempuan. Sebagai pengarang, perempuan kelahiran Malang, Jawa Timur pada tanggal 24 April 1949 banyak mengemukakan sikap dan pandangan perempuan serta kejiwaannya. (*)
Pewarta | : Nihrul Bahy Muhammad (Magang MBKM) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |