TIMES MALANG, MALANG – UKM Lensa Focus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya, kembali menghadirkan ruang apresiasi visual melalui pameran fotografi tahunan PARKA 2025. Selama dua hari, 15–16 November 2025, ruang Galeri Seni Workshop Seni MCC Lantai 4 disulap menjadi arena perjumpaan gagasan, sudut pandang, dan cerita tentang kepahlawanan dari berbagai penjuru Indonesia.

Wakil Ketua Pelaksana PARKA 2025, Harir Azka Ramadhani, menjelaskan bahwa PARKA merupakan agenda rutin UKM Lensa Focus yang menaungi minat fotografi di tingkat fakultas. Tahun ini, gelaran tersebut kembali hadir dengan dua rangkaian utama: lomba fotografi tingkat nasional dan pameran karya pilihan dari para peserta.

Lomba fotografi digelar lebih dulu pada 12–25 Oktober 2025, dilanjutkan proses kurasi dan penjurian pada 26–29 Oktober, sebelum akhirnya pengumuman pemenang dilakukan pada 31 Oktober 2025. Sebanyak 28 peserta dengan 29 karya foto turut meramaikan kompetisi, dan seluruhnya dipamerkan kepada publik dalam helatan PARKA 2025.

Suasana instalasi pameran fotografi PARKA 2025 yang menampilkan 29 karya dari peserta. Penataan galeri memberikan pengalaman ruang yang luas dan memungkinkan pengunjung menikmati setiap karya secara dekat. (Foto: Mohammad Ulil Abshar Maulidi/TIMES Indonesia)

Untuk menjaga kualitas kurasi, penilaian dilakukan oleh dosen Seni Rupa Universitas Brawijaya. Tiga karya terbaik kemudian mendapatkan tempat istimewa pada posisi terdepan pameran sebagai bentuk apresiasi kepada para fotografer muda tersebut.

Juara 1 Lomba Fotografi PARKA 2025 diraih Ritzyinrain Expectian Trisna, yang mengangkat sisi kepahlawanan petugas operator alat berat di Tempat Pembuangan Akhir. Dengan judul "Pahlawan di Balik Gunung Sampah",  foto ini menampilkan seorang operator kendaraan yang memindahkan sampah dengan latar tumpukan gunung sampah yang tinggi dan luas.

Adapun pemenang kedua diraih oleh Muhammad Rizam dan pemenang ketiga diraih Atha Kanaka Nixap Mameru.

Deretan karya juara 1, 2, dan 3 lomba fotografi PARKA 2025 menjadi pusat perhatian di area utama pameran. Ketiga karya terbaik nasional tersebut merepresentasikan interpretasi paling kuat dari tema HER(O)URS. (Foto: Mohammad Ulil Abshar Maulidi/TIMES Indonesia)

Tahun ini, PARKA 2025 mengusung tema HER(O)URS, sebuah permainan kata yang merangkum pemikiran tentang pahlawan. HER(O)URS dapat dipahami sebagai heroes, her ours, atau bahkan our heroes, yang menegaskan bahwa kepahlawanan tidak selalu hidup dalam sosok besar di panggung sejarah. Ia juga tinggal dalam keseharian: pada orang-orang terdekat, pada diri sendiri, atau bahkan pada benda sederhana yang sering kita abaikan.

Tema tersebut diwujudkan dalam tiga subtema:

• Hero of Mine: menghadirkan potret pahlawan pribadi, baik keluarga, sahabat, maupun diri sendiri yang terus berjuang menghadapi hidup.

• Hero of Us: menyoroti sosok yang memberi manfaat luas bagi sekitar, seperti guru, tenaga kesehatan, atau tokoh masyarakat.

• Hero in Thing: mengangkat benda-benda sederhana—makanan, minuman, atau objek kecil—yang diam-diam memiliki peran penting dalam keseharian.

Harir berharap, melalui karya-karya yang dipamerkan, pengunjung dapat melihat bahwa pahlawan tidak selalu hadir dalam bentuk yang megah.

“Pahlawan itu tidak selalu yang tertulis dalam buku sejarah. Ia bisa berasal dari hal-hal terdekat, bahkan dari diri kita sendiri,” ujarnya. (*)