TIMES MALANG, JAKARTA – Polyester, serat sintetis yang lazim dijumpai dalam dunia tekstil, terkenal dengan ketahanan dan ekonomisnya. Namun, di balik popularitasnya, faktor kesehatan dan ekologi sering kali terlewatkan seiring pemakaian luas bahan ini.

Dilansir dari goodmarkettales.com, disebutkan  bahwa sumber daya fosil yang terbatas menjadi dasar pembuatan polyester, menyeretnya ke dalam pusaran dampak lingkungan yang signifikan. Proses produksi serat ini melibatkan bahan kimia toksik yang tak jarang meresap ke ekosistem sekitar, membawa konsekuensi yang mengkhawatirkan bagi flora dan fauna lokal. Serat buatan ini juga merupakan kontributor utama bagi persebaran mikroplastik yang membahayakan.

Ditambah lagi, pembuatan polyester menuntut konsumsi energi yang besar serta penggunaan air dalam jumlah yang tidak sedikit, menumbuhkan potensi masalah kekurangan dan polusi air, situasi yang lebih sering mempengaruhi komunitas kurang mampu yang umumnya menjadi lokasi pabrik-pabrik tekstil.

Dari aspek kesehatan, polyester yang bersumber dari petroleum membawa kandungan kimia seperti antimoni, formaldehida, dan ftalat yang dalam jangka waktu panjang dapat memicu masalah seperti iritasi kulit, gangguan hormon, bahkan isu pernapasan.

Walaupun polyester memberikan kenyamanan dalam bentuk pakaian yang cukup tangguh dan harganya yang terjangkau, tetapi efek samping yang berhubungan dengan isu kesehatan dan keberlanjutan lingkungan tidak bisa diabaikan. Alternatif seperti bahan-bahan alami atau serat daur ulang dapat menjadi opsional yang tidak hanya lebih aman secara kesehatan tetapi juga lebih ramah terhadap planet kita. (*)