https://malang.times.co.id/
Berita

Warga Laut Sawu Didorong Jadi Penjaga Penyu Lewat Sains Partisipatif

Selasa, 07 Oktober 2025 - 13:46
Warga Laut Sawu Didorong Jadi Penjaga Penyu Lewat Sains Partisipatif Bimbingan Teknis Pemantauan Pantai Peneluran Penyu di Desa Deme, Kabupaten Sabu Raijua melibatkan masyarakat setempat melalui pendekatan citizen science, atau sains partisipatif. (FOTO: Nugroho Arif Prabowo/YKAN)

TIMES MALANG, KUPANG – Indonesia menjadi rumah bagi hampir semua spesies penyu yang ada di dunia. Dari tujuh jenis penyu yang dikenal, enam di antaranya hidup dan berkembang biak di perairan Nusantara, termasuk Penyu Hijau, Penyu Sisik, Penyu Lekang, Penyu Belimbing, Penyu Pipih, dan Penyu Tempayan. Salah satu habitat pentingnya berada di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur, kawasan yang masih menjadi tempat pendaratan dan peneluran penyu.

Namun, keberadaan satwa laut karismatik ini kian terancam. Hasil survei Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang pada 2016 mencatat, hanya tiga jenis penyu yang masih sering ditemukan di Taman Nasional Perairan Laut Sawu, yakni Penyu Hijau, Penyu Sisik, dan Penyu Lekang. Populasi mereka terus menurun akibat perburuan, pengambilan telur, serta gangguan hewan peliharaan seperti anjing dan babi yang memangsa telur penyu.

Ancaman lain datang dari penambangan pasir di kawasan pantai peneluran. Aktivitas itu membuat pantai kehilangan karakter alaminya — pasir mengeras dan berbatu, sehingga tak lagi cocok bagi penyu untuk bertelur. Situasi ini mendorong pentingnya pelibatan masyarakat dalam upaya konservasi.

Menjawab tantangan tersebut, YKAN dan BKKPN Kupang menggelar Bimbingan Teknis Pemantauan Pantai Peneluran Penyu di Desa Deme, Kabupaten Sabu Raijua, pada 24–25 September 2025. Melalui pendekatan citizen science atau sains partisipatif, masyarakat diajak menjadi bagian dari pelestarian penyu di Laut Sawu.

Bimbingan-Teknis-Pemantauan-Pantai-Peneluran-Penyu-2.jpg

“Penyu adalah indikator penting kesehatan ekosistem laut. Upaya konservasi tidak akan berhasil tanpa keterlibatan masyarakat,” ujar Imam Fauzi, Kepala BKKPN Kupang.

Sebanyak 30 warga dari Desa Deme dan Desa Bodae mengikuti pelatihan tersebut. Mereka belajar tentang biologi penyu, daur hidup, serta ancaman yang dihadapi. Tak hanya teori, peserta juga turun langsung ke pantai untuk mengenali jejak penyu, mengidentifikasi sarang, mengukur ukuran tapak, hingga mencatat hasil temuan melalui aplikasi Android.

Pendekatan citizen science, menurut Rizya Ardiwijaya, Coral Reef Specialist YKAN, memberi peluang besar bagi warga pesisir untuk menyumbangkan data lapangan yang akurat. “Data yang dikumpulkan warga menjadi dasar bagi pengambilan keputusan konservasi di tingkat lokal dan nasional,” jelasnya.

Bimbingan-Teknis-Pemantauan-Pantai-Peneluran-Penyu-3.jpg

Dampak kegiatan ini mulai terasa. Banyak warga yang kini memiliki rasa kepemilikan terhadap pantai dan penyu di sekitarnya. “Dulu kami hanya melihat penyu datang dan pergi. Sekarang saya tahu bagaimana cara melindungi mereka,” kata Daniel Tadjo Udju, warga Desa Waduwalla.

Sementara itu, Murti Reke Wahi dari kelompok perempuan Desa Deme mengaku bangga bisa ikut berkontribusi. “Dengan ponsel saya, ternyata saya bisa ikut membantu melindungi penyu lewat data yang saya kumpulkan,” ujarnya.

YKAN berharap, pengetahuan dan semangat baru yang dimiliki warga akan menjadi fondasi kuat dalam menjaga Laut Sawu sebagai rumah aman bagi penyu.

“Konservasi tidak bisa dilakukan sendiri. Kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, mitra konservasi, dan dukungan teknologi menjadi kunci agar penyu tetap lestari,” tutur Yusuf Fajariyanto, Manajer Senior Perlindungan Laut YKAN. (*)

Pewarta : Tria Adha
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.