TIMES MALANG, MALANG – Mahasiswa Universitas Negeri Malang mengembangkan sampo herbal berbahan dasar alami dari daun Kari.
Daun kari (Murraya koenigii) merupakan tanaman rempah-rempah yang berasal dari daerah Aceh yang terbukti memiliki kandungan bersifat antioksidan yang tinggi yaitu senyawa golongan polifenol yang dapat memperlambat pertumbuhan uban.
Tidak hanya itu, “daun temurui” dalam bahasa Aceh ini juga memiliki manfaat untuk mengatasi permasalahan rambut rontok dengan cara memperkuat akar rambut.
Mugii Shampoo Berbahan Dasar Alami Ekstrak Daun Kari Oleh Mahasiswa UM. (FOTO: Tim Mugii for TIMES Indonesia).
Latar belakang pembuatan sampo ini didasari dengan usia dewasa muda mulai dari umur 19 tahun karena kebiasaan merokok. Merokok dapat membuat warna pigmen rambut memudar atau yang biasa kita kenal dengan istilah uban. Permasalahan tumbuh uban lebih cepat berasal dari zat adiktif yang terdapat dalam rokok.
Banyak kalangan usia dewasa muda yang lebih memilih menggunakan cat rambut untuk menutupi rambut uban mereka dengan alasan agar tetap bisa tampil percaya diri, padahal penggunaan cat rambut secara terus-menerus dapat membuat iritasi pada kulit kepala serta kerusakan rambut karena kandungan zat kimia didalamnya.
“Perokok mengalami insecure dengan rambut beruban dan biasanya mereka menyelesaikan masalah dengan cat rambut, memakai topi, atau bagi yang berhijab menutupinya dengan memakai hijab. Maka dari itu kami memiliki solusi dengan shampoo berbahan dasar alami yaitu daun kari,” ucap Manager Produksi, Maulida Zahrah Anggraini.
Maka dari itu Tim Mugii memilih daun kari sebagai bahan baku utama karena kandungan di dalam daun kari berupa zat antosianin yang dapat mencegah penyumbatan pembuluh darah dikarenakan zat nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah pada folikel rambut, juga pada daun kari mengandung vitamin B kompleks. Kedua kandungan tersebut dapat mengembalikan warna pigmen rambut secara alami.
Produk sampo berbahan dasar alami bernama Mugii yang penamaanya diambil dari kata depan dan belakang nama ilmiah daun kari. Murraya diambil kata depannya yaitu Mu dan koenigii diambil kata belakangnya yaitu gii, digabung menjadi Mugii.
Pembuatan sampo Mugii dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA UM dan mengalami tiga fase larutan dimulai dengan fase pertama pengambilan ekstrak daun kari dengan metode maserasi. Pada saat proses maserasi selain menggunakan daun kari juga mencampurkan etanol agar memiliki tekstur yang diinginkan. Fase larutan yang kedua dengan mencampurkan bahan kimia yang khusus untuk campuran shampoo.
Pada fase larutan ketiga mencampurkan minyak seperti ekstrak mint, menthol, almond oil dan virgin coconut oil (VCO) yang menutrisi rambut sehingga rambut menjadi halus dan lembut. Kandungan yang terdapat pada almond oil dapat mengatasi rambut rontok dan memperbaiki akar rambut. Penggunaan menthol juga dapat membuat sensasi rambut terasa dingin.
“VCO memiliki aroma yang wangi dan sangat cocok untuk dipadukan dengan daun kari yang memiliki aroma yang menyengat, jadi aroma menyengat dari daun kari tertutupi dengan VCO,” ucap Manager Keuangan, Salsabilla Meidiana Putri.
Bahan baku utama daun kari diambil di budidaya daun kari di daerah Kediri Jawa Timur. “Sebenarnya daun kari ini berasal dari Aceh tapi kalau ambil disana terlalu jauh. Ternyata di Jawa Timur di Kediri ada budidayanya dan akhirnya kami ambilnya di sana dan mudah untuk mengakses,” ucap Direktur Utama, Elisa Lutfiyah Azizah.
Tim berhasil mendapatkan pendanaan sebesar Rp 8,3 juta untuk merealisasikan produk inovatif tersebut dari Program Kreativitas Mahasiswa Skim Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Belmawa Kemendikbudristek.
Tim Mugii semua berasal dari prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2022. Dengan dosen pembimbing Nurnaningsih Herya Ulfah, S.K.M., M.P.H., Ph.D, dosen departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan UM.
Tim terdiri dari Elisa Lutfiyah Azizah sebagai Direktur Utama, Salsabilla Meidiana Putri sebagai Manager Keuangan dan desain produk, dan Maulida Zahrah Anggraini sebagai Manager Pemasaran dan Manager Produksi.
Pemasaraan sampoo Mugii dilakukan secara online dan offline dijual dengan harga Rp 40 ribu rupiah perbotol. Penjualan secara offline dimulai dari sekitar UM dan mengikuti beberapa bazar.
Tim Mugii berharap perokok yang mengalami masalah uban dapat menemukan solusi dengan adanya sampo Mugii dan memiliki inovasi produk lainnya. “Semoga beberapa tahun kemudian kami bisa memiliki produk inovasi lainnya dan lolos tahap PIMNAS,” pungkasnya terhadap TIMES Indonesia, Senin (16/10/2023). (*)
Pewarta | : Syafira Anastasya Salsabillah (MBKM) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |