TIMES MALANG, MALANG – Pada 1998 lalu, partai politik (parpol) baru bernama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) didirikan. Tahun 2024 ini, PKB telah menapaki usianya yang ke-26 tahun, kelahiran yang bersamaan dengan era Reformasi di Indonesia, setelah rezim Orde Baru berakhir.
PKB didirikan pada 23 Juli 1998 oleh para kiai Nahdlatul Ulama (NU), seperti Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, Mustofa Bisri, dan A Muhith Muzadi.
Merujuk sejarah berdirinya PKB, bermula Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kebanjiran usulan dari warga NU di seluruh pelosok Tanah Air. Ada yang mengusulkan agar PBNU membentuk partai politik, berikut nama parpol, lambang, hingga nama-nama dalam struktur pengurusnya.
Saat itu, setidaknya terdapat sekitar 39 usulan nama parpol, termasuk nama Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat, dan Kebangkitan Bangsa. PBNU menyikapi usulan-usulan tersebut dengan sangat hati-hati, karena hasil Muktamar ke-27 di Situbondo pada 1984, NU dinyatakan sebagai organisasi yang tidak melakukan kegiatan politik ataupun terkait dengan parpol.
Karena PBNU dianggap belum bisa memenuhi keinginan masyarakat, sejumlah kalangan NU bahkan mulai mendeklarasikan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi masyarakat setempat. Partai yang lahir seperti Partai Bintang Sembilan di Purwokerto, Jawa Tengah, dan Partai Kebangkitan Ummat di Cirebon, Jawa Barat.
Merespons hal itu, pada 3 Juni 1998, PBNU melakukan Rapat Harian Syuriyah, yang hasilnya dibentuk Tim Lima dengan tugas untuk memenuhi berbagai aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai oleh KH Ma'ruf Amin, dengan anggota, KH M Dawam Anwar, Dr KH Said Aqil Siroj, HM Rozy Munir, dan Ahmad Bagdja.
Seiring derasnya keinginan masyarakat NU untuk membentuk parpol, maka dalam Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada 29 Juni 1998, Tim Lima diperkuat dengan dibentuk Tim Asistensi. Tim Asistensi yang diketuai Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU), yang ditugaskan membantu Tim Lima.
Pada 22 Juni 1998, Tim Lima dan Tim Asistensi melakukan rapat untuk mengelaborasikan tugas-tugas mereka. Kemudian antara 26-28 Juni 1998, kedua tim kembali melakukan rapat untuk menyusun rancangan awal pembentukan parpol.
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur prihatin adanya kelompok-kelompok NU ingin mendirikan partai politik NU, karena terkesan mengaitkan agama dan politik partai. Oleh karena itu, Gus Dur bersedia menginisiasi kelahiran parpol berbasis ahlussunah wal jamaah. Keinginan Gus Dur diperkuat dukungan deklarator lainnya, yaitu KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH A. Mustofa Bisri, dan KH A. Muchith Muzadi.
Usai pembentukan partai dan pemilihan nama, maka pada 23 Juli 1998, deklarasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dilaksanakan di Jakarta. Pemlihan nama tersebut sesuai dengan sifat yang dijunjung dari parpol ini, yaitu kejuangan, kebangsaan, terbuka dan demokratis.
Di era awal-awal berdiri, sejumlah tokoh penting di balik PKB adalah Abdurrahman Wahid, Ma'ruf Amin, Mustofa Bisri, Cholil Bisri, dan Alwi Shihab. Ada pula tokoh-tokoh muda, seperti Yenny Wahid, Khofifah Indar Parawansa, Erman Soeparno, Ali Masykur Musa, Muhaimin Iskandar, Ali Maskan Moesa, Agus Sulistiyono, Abdullah Azwar Anas, dan Saifullah Yusuf alias Gus Ipul.
Ketua Umum PKB pertama kali adalah Matori Abdul Djalil (1942-2007), yang menjabat sejak bersamaan PKB pertama kali didirikan, 23 Juli 1998. Berikutnya, dipimpin Pjs Alwi Shihab, pada 15 Agustus 2001 dan diperpanjang sejak 17 Januari 2002. Sejak 25 Mei 2005 sampai saat ini, jabatan Ketua Umum PKB dipegang Muhaimin Iskandar atau sering dipanggil Cak Imin.
Pada Pemilu 1999, PKB dalam kontestasi perdananya berhasil meraup perolehan suara sebanyak 13.336.982 (12,62 persen). Pada debutnya dalam Pemilu legislatif, yang berhasil mengumpulkan 13,2 juta suara nasional tersebut, PKB menempatkan wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI sebanyak 51 orang.
Akan tetapi, PKB sempat mengalami masa suram pada pemilu 2009, dengan perolehan suara mengalami kemerosotan. Perolehan suara PKB terjun bebas, hanya meraih 5.146.302 suara (4,95 persen). Alhasil, kursi DPR RI yang diperoleh PKB juga merosot menjadi hanya 28 kursi (5 persen).
Perolehan suara PKB berhasil meningkat menjadi 11,29 juta suara (9,04 persen) pada Pemilu 2014. Kemudian, kembali bertambah menjadi 13,57 juta suara (9,69 persen) pada Pemilu 2019. Dengan naiknya perolehan suara tersebut, jumlah anggota DPR dari PKB juga bertambah menjadi 58 orang, dari total 575 orang untuk periode 2019-2024.
Tekad Melanjutkan Pengabdian
Di Kabupaten Malang, Ketua DPC PKB pertama kali dijabat Bibit Suprapto, kemudian berpindah kepada HM Sanusi, yang saat ini petahana Bupati Malang, selama dua periode.
Kepengurusan DPC PKB Kabupaten Malang berikutnya pernah dijabat Abdurrahman, kemudian diketuai Gus Ali Ahmad, yang kini menduduki anggota DPR RI.
Pada musyawarah cabang DPC PKB Kabupaten Malang pada tahun 2021, nakhoda DPC PKB Kabupaten Malang berpindah kepada H. Kholiq, yang kemudian ditetapkan menjadi Ketua Tanfidz DPC PKB Kabupaten Malang periode 2021-2026.
Karir politik Abah Kholiq di PKB berangkat dari Sektretaris PAC PKB Kecamatan Bantur (2004-2009). Kholiq juga pernah menduduki Wakil Ketua DPC PKB Kabupaten Malang (2011-2016) dan berlanjut Sekretaris Dewan Syuro DPC PKB Kabupaten Malang (2016-2021).
Sehari-hari, Kholiq aktif dengan jabatan Ketua DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Rajawali 1, sejak 2021 sampai sekarang, sekaligus Bendahara Umum DPN APTRI periode 2022 sampai sekarang.
Dengan perolehan suara tertinggi caleg PKB pada Pemilu 2019 lalu, ia menduduki kursi pimpinan DPRD Kabupaten Malang sebagai Wakil Ketua I periode 2019-2024.
Kepada TIMES Indonesia, Kholiq menyatakan, bertekad melanjutkan pengabdian bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Malang. Pilihannya, dengan ikut mendaftarkan diri sebagai bakal calon dari PKB Kabupaten Malang.
"Saya siap bertugas, melanjutkan pengabdian untuk Kabupaten Malang, mencalonkan diri pada Pilbup Malang tahun ini. Karena dengan menjadi kepala daerah, tentu bisa berbuat lebih banyak untuk masyarakat luas Kabupaten, daripada hanya di dewan atau hanya petugas partai," kata Abah Kholiq, Rabu (24/7/2024). (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Catatan 26 Tahun PKB, Lahir dari Arus Bawah Nahdliyin untuk Maslahat Kebangsaan
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Imadudin Muhammad |