https://malang.times.co.id/
Berita

Menjalani Ramadan di Jepang: Ada Bagi-Bagi Takjil Gratis Juga Setiap Sore

Selasa, 11 Maret 2025 - 14:28
Menjalani Ramadan di Jepang: Ada Bagi-Bagi Takjil Gratis Juga Setiap Sore Masyarakat muslim Indonesia yang sedang berbuka puasa bersama dengan komunitas muslim di Tokyo Jepang. (Foto: KMII Jepang)

TIMES MALANG, MALANG – Ada banyak kisah menarik dari Warga muslim Indonesia yang menjalankan ibadah puasa bulan Ramadan di luar negeri. Seperti yang dialami oleh Prof Suyoto, seorang dosen asal Indonesia yang mengajar di Kanda University of International Studies, Jepang.

Kepada TIMES Indonesia, Prof Suyoto menerangkan bahwa suasana Ramadan di Jepang memang tidak sekentara seperti di Indonesia. Dimana hampir setiap waktu terdengar suara orang-orang membaca alquran dan lainya. Sedang di Jepang, ada aturan yang tidak memperbolehkan untuk masyarakat muslim menggunakan pengeras suara luar ruangan untuk mengumandangkan adzan atau yang lainya.

Meski begitu, menurutnya suasana Ramadan di Jepang tetap terasa bagi komunitas Muslim di Jepang. Seperti di Chiba, tempat tinggal Prof Suyoto, tersedia takjil gratis setiap hari. Namun, ada sistem pendaftaran untuk memastikan jumlah porsi yang sesuai dengan kapasitas donasi.

"Setiap hari ada sekitar 200 porsi takjil gratis. Yang penting, kita mendaftar terlebih dahulu karena ada kuota yang harus disesuaikan dengan amal jariah yang diterima," katanya.

Prof Suyoto mengungkapkan bahwa jumlah masjid di Jepang terus bertambah, berkat kolaborasi antara komunitas Muslim dari berbagai organisasi, termasuk Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

"Kami bersyukur karena semakin banyak masjid yang berdiri di Jepang. Komunitas Muslim Indonesia, baik dari Muhammadiyah maupun NU, bersatu untuk mengembangkan syiar Islam di sini," ujarnya.

Selain itu, pendidikan Islam juga mulai berkembang. Salah satu contohnya adalah inisiatif pendirian lembaga pendidikan Islam yang dimotori oleh Ustadz Adi Hidayat. Bahkan, komunitas Muslim Indonesia berencana membangun pondok pesantren pertama di Jepang, tepatnya di Ibaraki.

Prof Suyoto menegaskan bahwa meskipun ada perbedaan organisasi, komunitas Muslim Indonesia tetap solid di Jepang. Mereka membentuk Komunitas Masyarakat Islam Indonesia (KMII), yang memungkinkan penggunaan masjid secara bersama-sama tanpa klaim organisasi tertentu.

"Di sini ada Muhammadiyah dan NU, tetapi kami juga membangun komunitas umum bersama di bawah KMII. Masjid yang ada di Sekolah Republik Indonesia Tokyo juga kami gunakan bersama," jelasnya.

Menurut Prof Suyoto, umat Muslim di Jepang kini semakin diterima oleh masyarakat setempat. Restoran dan perusahaan mulai membuka diri terhadap pekerja Muslim, termasuk mereka yang mengenakan jilbab.

"Sekarang tidak ada lagi kendala. Masyarakat Jepang semakin welcome terhadap komunitas Muslim. Beberapa perusahaan dan restoran bahkan sudah bisa menerima pekerja yang berhijab," ungkapnya.

Salah satu pencapaian penting komunitas Muslim di Jepang adalah pendirian pemakaman khusus Muslim di Ibaraki, yang mampu menampung hingga 680 makam.

"Di Jepang, budaya pemakaman umumnya kremasi. Namun, komunitas Muslim Indonesia berhasil membeli tanah khusus untuk pemakaman Islam," jelas Prof Suyoto.

Proyek ini dikelola oleh komunitas Muslim Jepang dan dikordinasikan oleh Ustadz Sugimoto, seorang mualaf asal Jepang. Biaya pengiriman jenazah ke Indonesia yang mahal serta prosedur administrasi yang rumit menjadi alasan utama dibangunnya pemakaman ini.

"Ibaraki dipilih karena harga tanahnya lebih murah dibandingkan Tokyo. Kini, jika ada Muslim yang meninggal dunia di Jepang, mereka bisa dimakamkan di sini,"  pungkasnya. (*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.