TIMES MALANG, JAKARTA – Selat Taiwan tegang, usai latihan selama tiga hari kepung Taiwan, China keluarkan peringatan keras bila tetap ingin memerdekakan diri
Ketegangan di Selat Taiwan itu meningkat usai pasukan Xi Jinping itu melakukan latihan besar-besaran mengepung Taiwan selama tiga hari.
Latihan perang itu mensimulasikan pengepungan dan serangan terhadap Taiwan bila merdeka. Sebuah laporan media pemerintah mengatakan, lusinan pesawat telah melakukan "blokade udara".
Kementerian mengatakan 35 pesawat yang terdeteksi melintasi garis median Selat Taiwan dan memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.
Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan menyebutkan telah mendeteksi 70 pesawat militer China dan 11 kapal di sekitar Taiwan.
Tentara Taiwan juga memantau latihan dan pesawat, kapal angkatan laut dan sistem rudal darat ditugaskan untuk menanggapi mereka.
China telah memperingatkan, perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan kemerdekaan untuk Taiwan adalah "saling eksklusif".
China menyelesaikan tiga hari latihannya dengan tembakan langsung di dekat Taiwan itu sebagai tanggapan atas kunjungan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen baru-baru ini ke Amerika Serikat.
"Jika kita ingin melindungi perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, kita harus dengan tegas menentang segala bentuk separatisme kemerdekaan Taiwan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin dalam sebuah pengarahan pada hari Senin seperti dilansir Al Jazeera.
Selama ini China menganggap Taiwan adalah bagian dari provinsi wilayah China dan dikuasai kaum sparatis.
"Latihan itu secara komprehensif menguji kemampuan tempur gabungan terpadu dari berbagai cabang militer China dalam kondisi pertempuran yang sebenarnya," kata Komando Timur Tentara Pembebasan Rakyat dalam sebuah pernyataan.
Juru bicara Komando Teater Timur, Shi Yi mengatakan, militer China telah siap setiap saat untuk mengalahkan segala bentuk kemerdekaan Taiwan dan campur tangan asing.
Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen mengatakan latihan militer Beijing berisiko terhadap stabilitas karena pihak berwenang mengatakan delapan kapal China masih berkeliaran di sekitar pulau, Selasa pagi.
Tsai mengutuk China atas latihan militer tiga hari di sekitar pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu dengan menyatakan China tidak bertanggung jawab dan merupakan ancaman bagi stabilitas regional
Tsai yang digambarkan China sebagai "separatis" mengatakan, kunjungannya ke negara-negara sahabat adalah sudah lama dilakukan dan rakyat Taiwan memang mengharapkan itu..
"Namun China menggunakan ini untuk meluncurkan latihan militer, menyebabkan ketidakstabilan di Taiwan dan kawasan. Ini bukan sikap bertanggung jawab untuk negara besar di kawasan ini," tulisnya di halaman Facebook-nya pada Senin malam.
Jepang, Filipina Terusik dengan Latihan Perang China
Latihan tersebut tampaknya tidak dalam skala yang sama dengan aktivitas militer setelah kunjungan Ketua DPR AS saat itu Nancy Pelosi ke Taiwan pada Agustus tahun lalu, tetapi juga menyebab Jelang dan Filipina terusik.
Pulau paling selatan Jepang letaknya dekat dengan Taiwan, dan menampung pangkalan udara utama AS di Okinawa.
Dilaporkan Reuters, Menteri Pertahanan Jepang, Yasukazu Hamada menggambarkan, latihan itu sebagai "pelatihan yang mengintimidasi" untuk merebut kendali laut dan udara di sekitar pulau itu," lapor kantor berita Reuters.
"China tampaknya telah menunjukkan sikap tanpa kompromi terkait masalah Taiwan melalui latihan tersebut," tambah Hamada.
Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr juga juga mengatakan negaranya tidak akan membiarkan "tindakan ofensif" diluncurkan dari pangkalan yang telah dibuka untuk pasukan Amerika Serikat.
"Kami tidak akan mengizinkan pangkalan kami digunakan untuk tindakan ofensif apa pun," katanya, Senin, seminggu setelah Manila mengizinkan militer AS menggunakan empat pangkalan tambahan di negara itu.
"Ini hanya ditujukan untuk membantu Filipina kapan pun kami membutuhkan bantuan," tambahnya.
Beijing telah meningkatkan tekanan terhadap Taiwan sejak Tsai pertama kali terpilih sebagai presiden pada 2016.
Kunjungannya ke Amerika Tengah termasuk perjalanan ke Guatemala dan Belize, sekutu resmi Taipei yang tersisa di kawasan itu setelah Honduras, mengumumkan bulan lalu akan beralih ke Beijing.
Namun Tsai mengatakan terserah rakyat Taiwan untuk memutuskan masa depan mereka, sebelumnya menuduh Beijing melakukan "diplomasi dolar" dengan jumlah sekutu formal Taiwan turun menjadi 13, dibandingkan dengan 22 ketika dia menjabat.
Meskipun demikian, pemerintah pulau itu mempertahankan hubungan informal yang kuat dengan banyak pemerintah dan menyambut aliran legislator dari negara-negara termasuk Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Republik Ceko.
Pada tahun 2021, Taiwan juga membuka kedutaan de facto di Lituania , yang pertama di Eropa dalam 18 tahun, dan inipun memicu kemarahan Beijing.
Dalam pesan Facebooknya, Tsai Ing-wen berterima kasih kepada militer Taiwan karena telah mempertahankan pulau itu.
Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan mengatakan, setelah latihan pengepungan itu, akan terus mengawasi pergerakan angkatan laut China di sekitar pulau itu. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Usai Latihan Militer, China Keluarkan Peringatan Keras ke Taiwan
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |