TIMES MALANG, MALANG – Kabupaten Malang kembali menorehkan prestasi dari dunia sepak bola usia 15 tahun. Kali ini datang dari Sekolah Sepak Bola (SSB) Karlos, yang sukses melangkah hingga ke kancah nasional.
Tim SSB yang lahir tahun 2009 itu memastikan langkah ke Kejuaraan Youth Champion Road to Seri Nasional di Jakarta International Stadium (JIS), usai mengunci tiket emas dari nasional Champion 2025 Lumajang.
Kisah SSB Karlos bukan sekadar soal kemenangan di lapangan hijau. Lebih dari itu, ini adalah cerita kolektif tentang mimpi, perjuangan, dan solidaritas.
Pertandingan Penentu di Lumajang
Perjalanan tim Karlos di Lumajang berakhir dengan penuh kebanggaan. Pada partai grand final, skuad muda ini menghadapi Tunas Putra Jember dalam laga ketat penuh tensi dan drama. Sayangnya, SSB Karlos kebobolan di menit krusial, dan skor 1-0 bertahan hingga peluit panjang menutup pertandingan.
Keberhasilan itu bukan hanya sekadar angka. Di balik teriakan riuh para orang tua dan pendukung di pinggir lapangan, ada rasa haru dan bangga yang tak bisa ditutupi.
Pasalnya, hasil itu mengantar SSB Karlos menuju tiket emas menuju Jakarta, kesempatan langka yang tak semua tim bisa dapatkan.
Dari Malang ke JIS Jakarta
Bagi anak-anak SSB Karlos, Stadion JIS mungkin selama ini hanya terlihat di televisi atau layar gawai. Kini, mereka akan benar-benar menginjakkan kaki di salah satu stadion termegah di Asia Tenggara. Agenda bergengsi ini dijadwalkan berlangsung pada 24–26 Oktober 2025.
“Semoga nanti di Jakarta anak-anak kami bisa mewakili Kabupaten Malang dengan maksimal,” ungkap Coach David Sitangga, Senin (15/9/2025) pelatih yang membesut tim dengan penuh mentalitas.
David tidak hanya sekadar melatih teknik dan strategi. Ia juga mendidik anak-anak agar mencintai proses, menjaga sportivitas, dan berani bermimpi tinggi. Filosofi itu yang membuat tim berpretasi dari Kabupaten Malang ini tampil penuh determinasi.
Di lapangan, skuad Karlos dipimpin oleh sosok mungil penuh karisma: Enzo, kapten tim bernomor punggung 19. Meski berusia sangat muda, kepemimpinan Enzo sudah terlihat jelas. Ia bukan hanya memberi semangat pada rekan-rekannya, tetapi juga menjadi jangkar permainan.
“Kalau lihat Enzo teriak-teriak memberi instruksi, rasanya seperti melihat kapten profesional,” tutur David sambil tersenyum bangga.
Kehadiran Enzo menjadi simbol bahwa sepak bola bukan hanya urusan fisik, tetapi juga soal jiwa kepemimpinan yang terbentuk sejak dini.
Semboyan SSB Karlos untuk Berprestasi
Di balik gemerlap kemenangan, SSB Karlos punya semboyan sederhana. “Kami ada karena urunan.”
Kalimat itu lahir dari kenyataan bahwa SSB Karlos tumbuh bukan dari sokongan dana besar atau sponsor melimpah, melainkan dari keringat dan kebersamaan para orang tua. Setiap perjalanan, perlengkapan, hingga kebutuhan latihan ditopang dari urunan wali murid yang rela menyisihkan rezekinya.
“Tanpa kebersamaan orang tua, kami tidak mungkin bisa sampai sejauh ini. Tim ini adalah buah gotong royong,” jelas David dalam keterangannya.
Semangat ini sekaligus menjadi cermin kultur masyarakat Malang yang dikenal guyub. Bahwa untuk mencapai mimpi, tidak perlu menunggu kaya atau besar. Yang diperlukan adalah niat, solidaritas, dan keberanian melangkah.
Menurut David, SSB Karlos tidak ingin sekadar mencetak atlet. Baginya, sepak bola adalah media pendidikan karakter. Anak-anak belajar disiplin, kerja sama, dan tanggung jawab.
"Mereka ditempa bukan hanya untuk menjadi pemain hebat, tetapi juga pribadi yang siap menghadapi tantangan hidup," tuturnya.
Bagi David, melihat anak-anak didiknya berlari di lapangan hijau dengan seragam penuh kebanggaan adalah hadiah yang tak ternilai.
“Ini pengalaman yang tidak semua anak bisa rasakan. Kami bersyukur mereka belajar arti kerja keras sejak dini,” imbuhnya.
Mimpi yang Baru Dimulai
Golden tiket menuju JIS Jakarta memang sebuah pencapaian besar. Namun bagi SSB Karlos, ini baru langkah awal. Mereka sadar bahwa di ibu kota nanti, lawan-lawan yang akan dihadapi jauh lebih kuat, dengan persiapan lebih matang.
“Yang penting anak-anak bermain lepas, menikmati pertandingan, dan membawa nama Malang dengan penuh kebanggaan. Kemenangan adalah bonus," tegasnya.
Meski sudah membuktikan kapasitas, tantangan ke depan tidak ringan. Selain persiapan teknis, kebutuhan logistik juga menjadi pekerjaan besar. Dari transportasi, akomodasi, hingga perlengkapan semuanya tetap bersandar pada semangat urunan.
Inilah momentum yang seharusnya bisa mengetuk hati banyak pihak. Bahwa tim kebanggaan Malang ini telah memberi bukti, dan kini saatnya mereka mendapat dukungan lebih luas agar bisa membawa nama daerah di panggung nasional. (*)
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |