TIMES MALANG, MALANG – Tugu Kemerdekaan, Alun Alun Bunder yang berada diantara Gedung DPRD Kota Malang dan Balai Kota Malang ternyata memiliki sejarah dan makna yang dalam. Berdiri tegak di tengah Kota Malang, Tugu Kemerdekaan ini hingga saat ini masih menunjukan pesona dan keindahannya.
Di balik pesona tersebut, Tugu Kemerdekaan, Alun-Alun Bunder Kota Malang memiliki nilai sejarah bangsa Indonesia yang merepresentasikan kepemilikan atas tanahnya sendiri setelah hampir 100 tahun berada di bawah kolonialisme Belanda.
Pakar Sejarah Universitas Negeri Malang, Reza Hudiyanto mengatakan, monumen tersebut dinilai dari perkembangan sejarah di Indonesia, merupakan monumen yang pertama didirikan di Indonesia.
"Ketika kota-kota lain belum mendirikan monumen, Kota Malang sudah membangun monumen yang memperingati berdirinya negara Republik Indonesia," ujar Reza kepada TIMES Indonesia, Kamis (17/6/2021).
Dalam sejarah, pada tahun 1946 dilakukan peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Dularnowo dan Residen Malang, Soenarko, sekaligus menempatkan prasasti dalam fondamen pembangunan tugu dalam memperingati proklamasi kemerdekaan di Kota Malang.
Suasana Tugu Kemerdekaan di Alun-Alun Bunder Kota Malang. (FOTO: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Kemudian pada pembangunan yang telah mencapai 95 persen, terjadi Clash I yang memaksa pembangunan tersebut pun harus dihentikan.
"Pembangunan itu kan sempat terhenti ya, karena agresi militer Belanda di tahun 1947," katanya.
Kemudian dengan keyakinan yang berkembang di masyarakat saat itu selama tugu peringatan proklamasi berdiri, maka perjuangan arek-arek Malang pun tidak dapat dipatahkan.
Namun, petaka pun terjadi ketika tentara Belanda pun mendengar keyakinan tersebut. Pada akhirnya, monumen tersebut pun dihancurkan pada tahun 1948 hingga hanya tersisa pondasi saja.
Setelah perang usai dan kedaulatan kembali ke pemerintahan Kota Malang. Terbentuklah kepanitiaan untuk membangun kembali tugu yang telah hancur dan setelah pembangunannya selesai, di tahun 1953 akhirnya diresmikan oleh Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno.
"20 Mei 1953 monumen itu selesai dan diresmikan oleh Bung Karno. Pembangunan memang tidak cepat karena kita baru selesai perang," ungkapnya.
Selanjutnya, bentuk tugu dalam jarum terdiri dari enam buah bambu runcing yang tinggi. Lalu yang tertinggi diantaranya dalam ujung terdapat sebilah keris yang berhiaskan karangan bunga melati. Semua bentuk tersebut melambangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan pusat pemerintahan di Pulau Jawa.
Keenam bambu runcing tersebut dibalut ataupun diikat dengan empat lapisan pelat yang berpenjuru lima. Itupun mengandung maksud angka 45, yakni tahun proklamasi.
Kemudian diatas empat pelat itu, terdapat bidang relief yang menggambarkan wajah Bung Karno, Bung Hatta sebagai wakil presiden pertama, teks proklamasi dan gambar peta kepulauan Indonesia.
"Padma merupakan semacam struktur berbentuk bunga teratai, itu bermakna sebagai penopang dasar negara, yaitu Pancasila. Ada juga relief kepulauan Indonesia. Itu sebagai tanda bagaimana Malang menjadi titik tumpu utama pada kala itu," jelasnya.
Kemudian kala itu, alun-alun bunder sendiri merupakan space (ruang) yang lebih sering digunakan oleh orang-orang Eropa. Berbeda dengan alun-alun Kota Malang yang memang lebih merakyat yang dimana terdapat banyak orang-orang asli Indonesia yang berjualan dan tempat wisata lokal. "Aktivitas itu sebenarnya malah lebih banyak di alun-alun kota. Untuk di Alun-alun Bunder ini banyak diisi kegiatan orang-orang Eropa seperti halnya parade festival. Apalagi monumen Tugu Kemerdekaan itu adalah monumen international ya. Jadi memang menjadi kebanggaan tersendiri," ungkapnya. (*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Faizal R Arief |