https://malang.times.co.id/
Berita

Inflasi Mengintai Pasca Diskon Listrik Usai

Senin, 10 Februari 2025 - 18:15
Inflasi Mengintai Pasca Diskon Listrik Usai Kepala Riset Ekonomi Makro dan Pasar PermataBank, Faisal Rachman (kanan atas) dalam Media Briefing PIER Economic Review: FY 2024 secara daring di Jakarta, Senin (10/2/2025). (FOTO: Tangkapan layar)

TIMES MALANG, JAKARTA – Kepala Riset Ekonomi Makro dan Pasar PermataBank, Faisal Rachman, memprediksi inflasi di Maret 2025 akan kembali meningkat sebagai akibat dari berakhirnya insentif tarif listrik di akhir Februari 2025.

Menurut laporan terkini dari Badan Pusat Statistik (BPS), Januari 2025 mengalami deflasi 0,76 persen dari bulan sebelumnya (month to month/mtm), didorong secara signifikan oleh pemotongan tarif listrik tersebut.

Faisal memaparkan dalam Media Briefing PIER Economic Review: FY 2024 yang berlangsung secara daring dari Jakarta, Senin (10/2/2025), bahwa inflasi yang relatif rendah pada Januari dan Februari bisa berubah menjadi kenaikan tajam pada bulan Maret.

“Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari, yang umumnya naik akibat kenaikan harga pangan selama musim hujan, justru tercatat rendah dan jauh di bawah ambang 1,5 persen yang ditargetkan oleh Bank Indonesia, terutama sejak diberlakukannya potongan tarif listrik,” jelas Faisal.

Tahun ini, kata Faisal, deflasi tersebut patut diperhatikan karena kelompok harga yang diatur oleh pemerintah (administered price) mengalami penurunan drastis hingga 7,38 persen.

Sebagai contoh, kelompok harga perumahan, air, listrik, dan gas mengalami deflasi tahunan hingga 8,75 persen, dengan kontribusi deflasi mencapai 1,39 persen.

Faisal menekankan bahwa jika tidak ada pemotongan tarif, inflasi akan tetap berada di atas 1,5 persen, dengan potong tarif listrik menjadi penyebab utama penekanan harga.

“Dengan kembali ke tarif listrik normal serta tanpa perpanjangan program diskon, diharapkan inflasi akan kembali meningkat, terlebih dengan datangnya bulan Ramadhan pada Maret 2025 yang akan meningkatkan permintaan secara tradisional,” jelasnya.

Di sisi lain, kelompok makanan, minuman, dan tembakau tetap mencatat inflasi sebesar 3,69 persen dengan kontribusi 1,07 persen terhadap inflasi. Secara keseluruhan, prediksi PermataBank menunjukkan bahwa inflasi di Indonesia akan berada di sekitar 2 persen pada tahun 2025.

Faisal juga menggarisbawahi potensi inflasi yang berasal dari impor sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang terus menerus. Pelemahan ini dapat meningkatkan biaya impor dan secara tidak langsung mempengaruhi harga pada tingkat konsumen.

“Sejalan dengan tekanan ekonomi global yang berkelanjutan, ruang untuk pemotongan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) akan terbatas,” tegasnya. (*)

Pewarta : Hendarmono Al Sidarto
Editor : Hendarmono Al Sidarto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.