TIMES MALANG, MALANG – Budidaya ikan lele di wilayah Desa Maguan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang sudah terkenal sejak puluhan tahun lalu. Kini, petani atau pembudidaya lele Maguan terancam merosot, jika kurang mendapatkan pendampingan lebih untuk kegiatan usahanya.
Salah satu petani budidaya lele di Desa Ngajum, Heru Cahyono mengungkapkan, mendapatkan keuntungan bersih dari hasil produksi budidaya lele rata-rata sebesar Rp 350 ribu dari per 1 ribu ekor lele setiap kali panen dari kolamnya.
Untuk harga jual lele dari Desa Maguan Ngajum, menurutnya lebih tinggi dibanding hasil produksi daerah lain. Harga jual dari kolam petani lele saat ini bisa mencapai Rp 18.500 per kilogram. Sedangkan, lele hasil panen dari daerah Blitar, lebih rendah, yakni Rp 17.000/kilogram.
Meski harga jual lebih tinggi, kata Heru, petani budidaya lele di Maguan masih kalah untung dibandingkan dengan Blitar. Padahal, untuk bibit lelenya mengambil dari pembenihan kolam di Kabupaten Malang.
Dikatakan, ini karena biaya produksi di tempatnya, jauh lebih mahal, terutama untuk pakan ikan. Menurutnya, selama ini pembudidayaan ikan lele di Maguan lebih banyak mengandalkan pakan pabrikan, yang harganya bisa sampai Rp 400 ribu.
Sementara, dibandingkan dengan di Blitar, bisa menggunakan pakan alternatif. Dimana, banyak budidaya lelenya di lakukan di kolam yang berada di bawah kandang peternakan ayam. Sehingga, biaya untuk kebutuhan pakan bisa lebih ditekan, cukup Rp 200 ribu.
"Ketika petani lele bisa menekan biaya produksi dari pakan, maka keuntungan yang didapatkan bisa lebih besar. Karena itu, kami memang membutuhkan pendampingan dan pelatihan, bagaimana pakan lele agar murah. Selama 2 tahun terakhir belum ada pendampingan lagi," ungkap Heru.
Kendala lainnya yang dialami petani lele di Maguan adalah pada pembibitan, terutama selama musim hujan. Heru berharap, idealnya pembenihan lele dalam kolam tertutu atau close house.
Sejumlah kesulitan dan kendala yang dialami pembudidaya ikan lele di Maguan tersebut, juga sudah banyak disampaikan masyarakat petani saat kegiatan FGD bersama anggota DPRD Kabupaten Malang di Kecamatan Ngajum.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang, Alayk Mubarok menyatakan, sudah mendengar kesulitan para petani lele di Maguan ini.
"Kita sudah mengenai Desa Maguan menjadi sentra budidaya lele sejak dulu. Maka, berbagai kesulitan pembudidaya ini memang harus jadi perhatian Bupati Malang dan jajaran OPD terkait. Jangan sampai produksi lele di Ngajum ini merosot dan habis karena kurang perhatian," tandas Alayk, Kamis (23/1/2025).
Politisi Fraksi Gerindra ini juga mengaku, telah terjun langsung melihat kondisi dan kesulitan petani lele di Maguan.
"Agar produksi lele di Maguan tidak menyusut, petani juga butuh permodalan, terutama untuk indukan yang memang harus bagus. Sehingga, akan menghaskan benih lebih banyak. Masalah pakan yang mahal juga harus kita pikirkan solusinya, perlu pelatihan terkait itu," tandas Alayk Mubarok. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |