TIMES MALANG, MALANG – Malang memang lekat dengan sejarahnya, termasuk lokasi-lokasi penginapan tua. Hotel tertua di Malang ini berusia hingga ratusan tahun namun tetap eksis hingga saat ini.
Mulai dari wilayah Kabupaten Malang, Kota Malang hingga Kota Batu, seluruhnya memiliki cerita dan sejarah terhadap hotel-hotel yang tetap kokoh berdiri hingga sekarang.
Setidaknya ada empat hotel tertua di Malang yang tetap eksis hingga sekarang. Hotel tersebut di antaranya adalah Hotel Pelangi Kota Malang, Hotel Niagara di Lawang Kabupaten Malang, Hotel dan Taman Rekreasi Selecta Kota Batu dan Hotel Kartika Wijaya Heritage Kota Batu.
Pemerhati sejarah dan budaya Malang, Agung Buana menceritakan bahwa cikal bakal berdirinya tempat penginapan di wilayah Malang ini berawal dari pertumbuhan ekonomi lewat perkebunan kopi yang mulai menginvasi pasca perang Jawa-Belanda sekitar tahun 1830 silam.
Sekitar tahun 1800-an awal, Malang masih menjadi bagian dari Karesidenan Pasuruan yang dimana Belanda saat menjajah Indonesia saat itu masih belum tertarik menempati Malang.
"Setelah perang Jawa tahun 1830, uang pemerintahan Belanda habis terkuras. Akhirnya keluarlah sistem kebijakan tanam paksa dan dari situ, Malang pun di-plotting untuk penerapan kebijakan tersebut," ujar Agung kepada TIMES Indonesia, Rabu (31/8/2022).
Selama jangka waktu tahun 1840 hingga puncak panen kopi di tahun 1870 kala itu, Belanda mulai mengukur eksistensi wilayah Malang untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.
Akhirnya, sarana transportasi pun dibuat untuk menghubungkan Pasuruan-Malang. Awalnya, pertumbuhan ekonomi melalui produksi pohon kopi, bergerak di daerah Penanggungan, Soekarno-Hatta (Suhat), Dinoyo, Sengkaling sampai ke wilayah Pujon.
"Itupun berkembang hingga ke selatan Malang sampai Blitar. Dari situ, Belanda yang awalnya berpusat di Pasuruan membutuhkan tempat penginapan sembari melakukan pergerakan mengangkut hasil-hasil kopi dari Malang untuk dikirim ke Pasuruan, lalu ke Batavia hingga diekspor ke luar negeri," ungkapnya.
Dari situlah, muncul hotel pertama di wilayah Malang dan paling tua se Malang Raya bernama Hotel Pelangi yang bertempat di Jalan Merdeka Selatan Nomor 3, Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
1. HOTEL PELANGI
Sebelum menjadi Hotel Pelangi, gedung tersebut memiliki cerita hingga berganti nama sampai tujuh kali. Bangunan tersebut pertama kali dibangun pada tahun 1860 oleh orang Belanda bernama Abraham Lapidoth dengan nama "Hotel Lapidoth". Kemudian, pada tahun 1870, namanya berganti menjadi Hotel Malang dengan arsitektur rumah joglo yang kental dengan tradisi Jawa.
"Iya Hotel Pelangi itu dibangun mulai 1860 dengan berganti nama beberapa kali," katanya.
Nama Hotel Malang pun tak bertahan lama. Sekitar tahun 1900 namanya berganti menjadi Hotel Jensen, yang mana saat itu Kota Malang hanya ada dua hotel, satunya adalah Hotel Jansen yang terletak di Regentsraat yang sekarang bernama Jalan H Agus Salim.
Sekitar tahun 1920 Hotel Jensen pertama (bukan Hotel Pelangi) dihancurkan dan dibangun menjadi pertokoan. Pada saat itu menjadi pertokoan Mitra dan Gajah Mada Plaza.
"Hotel Jensen dibelakang pos Polisi (kawasan pertokoan Gajah Mada) saat itu berkembang dan Lapidoth pun dibeli hingga menjadi Hotel Jensen II," ungkapnya.
Setelah pemilik Hotel Jensen meninggal, hotel itu dijual dan dijadikan Hotel Palace oleh Pemerintah Hindia-Belanda di tahun 1915. Namun, di tahun 1942, Belanda yang bertekuk lutut oleh tentara Jepang, akhirnya aset Belanda pun diambil alih, salah satunya adalah Hotel Palace tersebut dan diganti nama menjadi Hotel Asoma.
Tak lama ketika Indonesia merdeka di tahun 1945, Hotel Palace yang sempat diambil alih oleh tentara Jepang pun berubah nama menjadi Hotel Merdeka. Kemudian di tahun 1953, bangunan yang memiliki luas 600 meter persegi dan bertingkat dua tersebut berubah nama menjadi Hotel Pelangi.
Kini, hotel yang berusia sekitar 162 tahun tersebut masih tetap eksis dengan memiliki 75 kamar yang terdiri dari empat tipe kamar, yakni standart room, superior room, executive deluxe room dan suite room.
"Hotel itu sempat hancur dibakar saat peristiwa Malang Bumi Hangus. Lalu dibeli oleh pribumi di tahun 1953 itu dengan nama Hotel Pelangi," imbuhnya.
2. HOTEL NIAGARA
Nampak jauh kemegahan Hotel Niagara Lawang, Kabupaten Malang. (Foto: Instagram hotelniagaramalang/TIMES Indonesia)
Hotel Niagar yang berlokasi di Lawang, Kabupaten Malang ini diketahui telah berusia 123 tahun dan pernah dinobatkan sebagai gedung tertinggi se-Asia Tenggara.
Mulanya, Hotel Niagara ini dibangun sebagai Vila oleh Liem Sian Joe. Ia merupakan konglomerat penguasa perdagangan karet yang paling berpengaruh di Jawa Timur pada kala itu.
Bangunan tersebut diarsiteki oleh Fritz Joseph Pinedo di tahun 1884. Dimana Fritz yang berdarah Brasil datang ke Hindia-Belanda akibat resesi di Eropa pasca Perang Dunia I.
"Mulai berdiri sekitar 1899 atau 1900an. Awal pembangunannya itu tentu difungsikan sebagai tempat peristirahatan orang Pasuruan saat mengunjungi wilayah Malang," katanya.
Salah satu yang menjadi keunikan dari Hotel Niagara tersebut, yakni tidak ditopang dengan struktur besi bertulang, melainkan hanya mengandalkan dinding setebal 50 centimeter.
Hotel 5 lantai dengan tinggi bangunan 35 meter itu sebelumnya bernama Hotel Den Heuvel usai sepeninggalan dari Liem Sian Joe yang sebelumnya memfungsikan gedung tersebut sebagai villa.
Lalu, di tahun 1929 terjadilah peristiwa tragis yang mengakibatkan hotel tersebut sempat berhenti beroperasi. Pada 1 Agustus 1931, hotel tersebut dibuka dengan nama Hotel Bloemhove.
Di tahun 1957, bangunan tersebut berpindah kepemilikan pada pengusaha asal Surabaya. Tahun 1960, bangunan tersebut pun secara resmi bernama Hotel Niagara yang masih beroperasi hingga saat ini.
Terdapat cerita-cerita horror yang berkembang dari masyarakat hingga muncul di media sosial. Namun, Agung pun menganggap bahwa hal tersebut adalah mitos belaka.
"Iya benar berganti beberapa nama hingga akhirnya resmi bernama Hotel Niagara. Dan soal seram-seram itu menurut saya mitos. Mungkin ada hal lain yang menjadikan itu sebagai isu belaka selama ini," ungkapnya.
3. HOTEL DAN TAMAN REKREASI SELECTA
Hotel dan Taman Rekreasi Selecta ini terletak di Jalan Raya Selecta No 1 Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Selecta ini didirikan oleh Franciscus de Ruitjer de Wildt pada tahun 1928 dan usianya pun hampir se abad, yakni sekitar 94 tahun hingga saat ini.
Ruitjer de Wildt adalah seorang Belanda kelahiran Banyumas 24 Februari 1891. Ia merupakan putra Jacobus Franciscus de Ruitjer de Wildt, seorang administrator Pabrik Gila Klampok di Banyumas.
Awalmulanya, infrastruktur yang dibangun di dalam taman rekreasi tersebut adalah kolam renang. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Nyonya De Ruijter de Wildt.
Nama Selecta sendiri bermula saat Nyonya De Ruijter berkata agar kolam renang tersebut kelak menjadi lokasi pilihan (selecte) yang indah. Dari kata itulah, akhirnya kini bernama Selecta. Di tahun 1934, ditambah dengan tujuh bangunan berupa bungalow dan di tahun 1937 diperluas lagi menjadi hotel dengan sebuah paviliun.
Setelah mengalami kerusakan pada era Revolusi tahun 1950, taman rekreasi tersebut mulai dibangun kembali oleh 47 tokoh masyarakat yang kemudian dikenal sebagai pendiri pembangunan dengan nama PT Selecta.
Ada sebuah peristiwa penting yang menjadi jejak sejarah di Hotel dan Taman Rekreasi Selecta tersebut, yakni pada 1 Maret 1955, Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno pernah berkunjung ke Selecta.
Ia digadang-gadang pernah menginap di salah satu vila di area Selecta, yakni Bima Shakti. Dalam kunjungannya, Ir Soekarno sempat meninggalkan secarik kertas bertuliskan harapan agar Selecta tetap maju.
Begitu pula dengan Wakil Presiden RI, Moh Hatta yang pernah berkunjung pada 14 November 1956. Beliau juga meninggalkan secarik kertas bertuliskan keinginannya agar Selecta terus berkembang.
Menurut Agung, Selecta ini memiliki bangunan yang memang sama sekali tak berubah sejak awal pembangunan hingga saat ini. Seperti halnya Kolam Renang dan tempat seluncuran yang semuanya masih tetap sama hingga sekarang.
"Dari catatan peristiwa, Kongres KNIP yang dihadiri beberapa delegasi juga menginap di Selecta. Tempat menginap dan rekreasi yang masih beroperasi sampai saat ini, bangunannya tetap sama. Kolam dan seluncuran itu tetap sama semua," tuturnya.
4. HOTEL KARTIKA WIJAYA HERITAGE
Vila Bima Shakti di Hotel dan Taman Rekreasi Selecta yang pernah dikunjungi Ir Soekarno. (Foto: Dok. TIMES Indonesia)
Hotel yang bertempat di Jalan Panglima Sudirman, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Batu ini dibangun oleh seorang bangsawan bernama Martyrose Ter Martin Sarkies pada tahun 1891 silam.
Hotel tersebut pernah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur, Wahono pada 18 November 1986. Sebelum menjadi sebuah villa keluarga, dulunya bangunan tersebut sempat menjadi tempat penyimpanan senjata pada masa kolonial Belanda.
Martyrose sendiri merupakan seorang pengusaha perhotelan yang ternama dan memiliki beberapa hotel besar di Asia Tenggara, seperti Rafless Hotel di Singapura, Hotel Strand di Birma dan Hotel Oranje atau yang sekarang dikenal sebagai Hotel Majapahit di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
"Iya, pemiliknya atau yang pertama kali membangun itu sama dengan Hotel Majapahit, Surabaya," tegas Agung saat memastikannya.
Bangunan yang berdiri di atas tanah hampir 2 hektar tersebut dikenal sebagai Jambe Dewe. Jambe Dewe sendiri berarti pohon pinang yang melambai-lambai. Pohon tersebut tumbuh tegak di halam hotel hingga saat ini.
Hotel yang memiliki sekitar 115 kamar tersebut sempat dilakukan pengembangan pada sisi kanan dan kiri bangunan utama.
Salah satu hotel tertua di Malang itu merupakan hotel bersejarah di Kota Batu selain Selecta. Apalagi usia bangunannya pun melebihi Selecta, yakni berusia sekitar 131 tahun dan masih tetap beroperasi hingga saat ini. (*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Ronny Wicaksono |