TIMES MALANG, JAKARTA – Ramadan bukan hanya bulan suci dalam Islam yang diisi dengan ibadah puasa, tetapi juga merupakan momentum bagi umat Muslim untuk memperkuat nilai-nilai sosial, termasuk ta'awun atau saling tolong-menolong.
Secara etimologis, ta'awun berasal dari bahasa Arab yang berarti "saling membantu" atau "bekerja sama dalam kebaikan." Dalam Islam, konsep ini mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti tolong-menolong dalam ibadah, ekonomi, sosial, dan pendidikan.
Dalam Islam, konsep ta'awun memiliki makna mendalam sebagai bentuk kepedulian dan solidaritas antar sesama manusia. Ta’awun sebagai aktivitas sosial memilliki korelasi yang tinggi dengan ukhuwah.
Mengutip keterangan dari NU online, Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dalam Qanun Asasi NU, menyatakan bahwa dasar ukhuwah yaitu fainna al-ijtima wa at-ta'aruf wa al-ittihad wa al-taaluf huwa al-amru alladzi la yajhalu ahadun manfa'atah (sesungguhnya pertemuan itu saling mengenal, persatuan dan kekompakan adalah perkara yang tidak seorang pun tidak mengetahui manfaatnya).
Selain sebagai bulan spiritual, Ramadhan juga bulan yang baik untuk perbaikan diri untuk turut berkontribusi menyelesaikan masalah-masalah sosial. Apalagi dalam konteks ke-Indonesia-an.
Tradisi kita menyajikan banyak pesan sosial yang berkaitan dengan kerukunan dan kerjasama antar warga. Tradisi masyarakat yang lebih banyak memasak dan berbuka bersama keluarga serta menjamu kerabat saat merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Peningkatan Konsumsi dan Pentingnya Penguatan BUMDes
Puasa tidak hanya mengajarkan pengendalian diri, tetapi juga menumbuhkan empati terhadap orang-orang yang kurang mampu. Dengan menahan lapar dan haus, seseorang dapat merasakan penderitaan mereka yang hidup dalam keterbatasan.
Hal ini mendorong lahirnya kesadaran sosial untuk membantu sesama, baik melalui sedekah, zakat, maupun berbagai bentuk kepedulian lainnya.
Selama bulan ini, terjadi peningkatan konsumsi dan aktivitas ekonomi yang signifikan, terutama dalam sektor pangan, perdagangan, dan pariwisata religi. Dalam catatan Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa harga pangan selama Ramadan 2024 melonjakan signifikan, dengan inflasi pangan mencapai lebih dari 5% pada bulan puasa.
Meningkatnya konsumsi masyarakat selama Ramadan membuka kesempatan bagi desa untuk mengoptimalkan potensi ekonomi lokal. Dalam hal ini, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) berperan sebagai motor penggerak dalam mengelola dan mengembangkan potensi ekonomi desa secara terstruktur dan berkelanjutan.
Selama Ramadan, aktivitas ekonomi desa meningkat dengan adanya pasar dadakan yang menjual berbagai kebutuhan berbuka dan sahur. BUMDes dapat mengelola Pasar Ramadan ini agar lebih terorganisir, dengan menyediakan tempat yang strategis bagi pedagang, menjaga kebersihan, serta mengatur sistem retribusi yang menguntungkan bagi pedagang dan desa.
Ekonomi desa akan lebih berkembang jika warganya saling mendukung dan bekerja sama dalam sektor usaha dan pertanian. Dengan adanya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta, desa dapat mengembangkan ekonomi lokal berbasis potensi daerah. Semangat gotong royong dan ta’awun (tolong-menolong dalam kebaikan) sangat relevan dalam konteks pembangunan desa.
Selain itu, semangat gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat desa harus terus dipertahankan dan diperkuat, karena menjadi pondasi utama dalam menciptakan desa yang maju, sejahtera, dan harmonis.
Oleh karena itu, mari kita jadikan kerjasama sebagai budaya dan nilai yang terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari demi membangun desa yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Peran Strategis Kolaborasi Mendes PDT dan GP Ansor
Dalam mewujudkan spirit ta’awun inilah kerja sama antara Mendes PDT dan GP Ansor dilaksanakan dengan prinsip saling membantu dalam kebaikan. Kolaborasi ini diharapkan mampu menciptakan dampak positif yang luas bagi masyarakat desa, baik dalam aspek ekonomi, sosial, pendidikan, maupun keamanan.
GP Ansor sebagai organisasi kepemudaan yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran strategis dalam memberdayakan masyarakat desa, baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun pendidikan.
Kolaborasi ini memiliki nilai strategis karena melibatkan dua entitas yang memiliki kekuatan dalam aspek kebijakan (Mendes PDT) dan basis sosial-keagamaan yang kuat di tingkat akar rumput (GP Ansor).
Dengan kolaborasi Kemendes PDT dengan GP Ansor, Mendes Yandri yakin urusan pasar yang selama ini merupakan kendala setelah potensi desa berhasil diproduksi. Oleh karena itu, serangkaian diskusi akan dilaksanakan kedua belah pihak yang diikuti dengan penandatanganan MoU dalam rangka kemandirian ekonomi tingkat desa.
Seperti diketahui, ketahanan pangan merupakan bagian penting visi Presiden Prabowo Subianto agar potensi di 75.265 desa di Indonesia bisa dimanfaatkan dan tidak ada lagi impor untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.
Tidak sebatas itu saja, namun perluasan jangkauan pasar atas setiap produk desa juga harus dilakukan sehingga terjadi perputaran ekonomi yang manfaatnya kembali ke warga.
Salah satu fokus utama kerja sama Mendes PDT dan GP Ansor adalah penguatan ekonomi desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan wirausaha berbasis komunitas. Hal ini sejalan dengan konsep ta'awun, di mana masyarakat desa didorong untuk saling membantu dalam menciptakan kemandirian ekonomi.
Kolaborasi antara GP Ansor dan Mendes PDT merupakan strategi yang sangat potensial dalam pembangunan desa yang lebih maju, mandiri, dan sejahtera. Dengan kombinasi kekuatan pemerintah dalam regulasi dan anggaran serta kekuatan GP Ansor dalam mobilisasi masyarakat desa, kolaborasi ini dapat menghasilkan dampak yang signifikan dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi, sosial, pendidikan, keamanan, dan ketahanan sosial.
Lebih dari sekadar program kerja, kolaborasi ini juga mencerminkan semangat ta’awun atau gotong royong dalam Islam, di mana pembangunan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh masyarakat secara bersama-sama.
Dengan sinergi yang solid, desa-desa di Indonesia dapat tumbuh menjadi pusat ekonomi dan sosial yang lebih maju, inklusif, dan berbasis nilai-nilai kebersamaan. Sehingga Asta Cita Presiden Republik Indonesia, Membangun Desa, Membangun Indonesia bisa segera terwujud.
***
*) Oleh : Dr. H. M. Afif Zamroni, Lc., M.E.I., Staf Khusus Menteri Desa & PDT.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |