https://malang.times.co.id/
Opini

Efisiensi Anggaran Pendidikan, Menghimpit Penelitian?

Rabu, 12 Februari 2025 - 12:31
Efisiensi Anggaran Pendidikan, Menghimpit Penelitian? Aris Munandar, Mahasiswa Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

TIMES MALANG, JAKARTA – Pemangkasan anggaran yang terjadi di berbagai kementerian pemerintah, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), membawa dampak signifikan, terutama bagi dunia penelitian. 

Berdasarkan laporan dari Tempo yang menyebutkan bahwa anggaran Kemendikbudristek dipangkas hingga Rp 22,5 triliun, dengan program riset mengalami pemotongan sebesar 20 persen, situasi ini tentu menimbulkan kekhawatiran di kalangan para peneliti yang sangat bergantung pada dana hibah pemerintah untuk melakukan riset dan inovasi. 

Pemangkasan anggaran pemerintah, yang umumnya bertujuan untuk menekan defisit anggaran negara, memang membawa tantangan besar, khususnya pada sektor riset. Indonesia, yang alokasi anggarannya untuk riset masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara maju, kini harus berjuang lebih keras untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas riset di tengah keterbatasan dana. 

Data dari UNESCO menunjukkan bahwa Indonesia mengalokasikan sekitar 0,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk riset dan pengembangan, jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Singapura (2,2%) dan Korea Selatan (4,8%). 

Pemangkasan ini, yang terjadi dalam konteks upaya pemerintah untuk mengatasi defisit anggaran negara, menantang para peneliti untuk berpikir lebih kreatif dalam menghadapi keterbatasan dana. 

Sementara pada saat yang sama menimbulkan pertanyaan: apakah pemotongan anggaran ini akan menghambat kemajuan riset atau justru memicu inovasi yang lebih efisien?

Bagi banyak peneliti di Indonesia, khususnya yang bernaung di bawah Kemendikbudristek, pemangkasan anggaran yang signifikan ini mengurangi kemampuan untuk menjalankan penelitian dengan optimal. 

Dengan anggaran yang dipangkas hingga Rp 22,5 triliun, tentu banyak program, termasuk hibah riset yang sebelumnya mendanai proyek-proyek besar, kini harus mengalami penyusutan. 

Dari total anggaran yang dipangkas, sekitar 20 persen dialokasikan untuk pengurangan program riset. Hal ini jelas menekan kapasitas penelitian di berbagai universitas dan lembaga riset, yang mayoritas mengandalkan dana hibah dari pemerintah.

Proyek-proyek penelitian yang berskala besar, terutama yang memerlukan pengumpulan data jangka panjang, peralatan canggih, atau tenaga ahli, kini menghadapi ancaman penghentian atau pengurangan skala yang drastis. Bagi saya sebagai peneliti, ini adalah situasi yang sangat memprihatinkan. 

Sebagai contoh, penelitian dalam bidang teknologi dan sains yang membutuhkan investasi jangka panjang-baik dalam hal alat, laboratorium, maupun personel-dapat terhambat karena dana yang terbatas. 

Pemangkasan ini tentu berdampak langsung pada kemampuan peneliti untuk mengakses fasilitas yang memadai atau melanjutkan riset yang memerlukan pendanaan dalam jangka panjang.

Meski demikian, pemangkasan anggaran ini juga memaksa peneliti untuk beradaptasi. Menghadapi keterbatasan dana, salah satu langkah yang mungkin dilakukan adalah memfokuskan penelitian pada topik-topik yang lebih spesifik dan terjangkau, dengan menggunakan sumber daya yang ada. 

Ini mungkin akan mengarah pada efisiensi dalam penggunaan dana dan waktu. Di sisi lain, dengan mengurangi pembiayaan untuk riset yang besar dan kompleks, kita berisiko kehilangan momentum dalam pengembangan bidang-bidang yang membutuhkan perhatian dan investasi lebih besar.

Namun, adaptasi ini tidak selalu mudah. Keterbatasan dana untuk penelitian berarti peneliti juga harus mempertimbangkan pengurangan jumlah publikasi atau penyederhanaan eksperimen yang seharusnya memberikan hasil yang lebih mendalam. 

Meskipun ada upaya untuk berkolaborasi dengan universitas atau lembaga internasional, ketergantungan pada dana pemerintah dalam skala yang cukup besar masih menjadi kenyataan yang sulit untuk dihindari. 

Pemangkasan anggaran yang terlalu tajam akan berdampak pada kualitas hasil riset, dan pada gilirannya mengurangi kemampuan Indonesia untuk bersaing dalam kancah global.

Pemangkasan Anggaran: Apakah Memacu Inovasi atau Justru Menghimpit?

Salah satu argumen yang berkembang dalam perdebatan tentang pemangkasan anggaran adalah bahwa efisiensi anggaran dapat memacu inovasi. Dengan pengurangan dana, peneliti dituntut untuk berpikir lebih kreatif dan mencari cara-cara baru untuk menjalankan riset tanpa mengorbankan kualitas. 

Berfokus pada teknologi yang lebih murah namun efektif, menggunakan sumber daya terbuka, atau meningkatkan kerja sama antarpeneliti mungkin bisa menjadi solusi dalam menghadapi pemotongan ini. Dalam situasi seperti ini, peneliti juga bisa mencari alternatif pendanaan, misalnya melalui kerja sama dengan sektor swasta atau mitra internasional.

Namun, dalam kenyataannya, meskipun ada potensi untuk inovasi yang muncul dari keterbatasan ini, pemotongan anggaran yang terjadi pada program riset justru berisiko menghambat kemajuan jangka panjang. 

Dengan pemangkasan sebesar 20 persen pada program riset, banyak proyek yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan hasil riset yang signifikan-seperti yang biasa terjadi dalam penelitian bidang kesehatan, teknologi, dan pendidikan tinggi-akan terhenti atau tidak dapat dilaksanakan sesuai rencana. 

Program riset yang telah direncanakan sebelumnya dengan dana yang cukup sering kali harus dipangkas atau dibatalkan demi efisiensi anggaran, dan hal ini akan berdampak pada kualitas riset di Indonesia.

Risiko terhadap Pengembangan Riset Jangka Panjang

Penurunan anggaran dalam jangka pendek mungkin tidak langsung terlihat dampaknya, namun dalam jangka panjang, pengurangan anggaran untuk riset berisiko menurunkan kapasitas Indonesia untuk mengembangkan inovasi dan teknologi.

Penelitian yang membutuhkan investasi besar, baik dalam hal alat, data, maupun penelitian lapangan, membutuhkan dana yang cukup dan berkelanjutan. 

Jika pemangkasan anggaran ini terus berlanjut, kita akan kesulitan untuk menghasilkan temuan riset yang dapat bersaing di tingkat internasional, terutama di bidang-bidang yang membutuhkan pendanaan besar dan waktu lama untuk berkembang.

Selain itu, riset adalah pilar utama yang mendukung pengembangan kurikulum pendidikan tinggi. Jika anggaran penelitian berkurang, kualitas riset dalam pendidikan tinggi juga akan terpengaruh. 

Hal ini bisa berakibat pada stagnasi kualitas pengajaran dan rendahnya kemampuan perguruan tinggi Indonesia dalam menghasilkan lulusan yang memiliki kapasitas riset yang tinggi. Jika kualitas pendidikan dan riset terhambat, Indonesia akan tertinggal dalam daya saing global di dunia pendidikan dan teknologi.

Alternatif untuk Menghadapi Pemangkasan Anggaran

Sebagai peneliti, saya meyakini bahwa ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk memitigasi dampak pemangkasan anggaran ini. Pertama, penting untuk memperkuat kolaborasi riset internasional dan dengan sektor swasta. Kerja sama ini dapat membuka peluang pendanaan baru dan membantu mendiversifikasi sumber dana penelitian. 

Kedua, efisiensi dalam pengelolaan dana riset perlu diterapkan lebih optimal, misalnya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan platform riset terbuka yang dapat mengurangi biaya operasional.

Pemerintah juga dapat mempertimbangkan untuk meninjau kembali kebijakan pemangkasan ini agar lebih fokus pada pengurangan pembiayaan yang tidak vital, sementara tetap mempertahankan pendanaan untuk riset yang memiliki dampak langsung terhadap pembangunan nasional. 

Membangun sistem pendanaan yang lebih berkelanjutan dan berbasis pada kolaborasi jangka panjang antara lembaga riset dan sektor swasta bisa menjadi solusi untuk menghadapi pemangkasan anggaran ini.

Pemangkasan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, adalah upaya untuk mengelola defisit anggaran negara. Namun, dampaknya terhadap dunia penelitian sangat nyata, mengingat ketergantungan yang tinggi terhadap dana hibah pemerintah. 

Walaupun ada potensi untuk mendorong efisiensi dan inovasi dalam menghadapi keterbatasan anggaran, pemotongan sebesar 20 persen pada program riset bisa menghambat riset-riset yang memerlukan investasi jangka panjang dan pengembangan yang mendalam. 

Untuk itu, penting bagi pemerintah untuk menjaga keseimbangan antara efisiensi anggaran dan keberlanjutan riset, agar Indonesia tidak tertinggal dalam persaingan global di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

***

*) Oleh : Aris Munandar, Mahasiswa Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.