TIMES MALANG, YOGYAKARTA – Mengelola keuangan keluarga bukanlah perkara mudah. Banyak rumah tangga terjebak dilema antara memenuhi kebutuhan harian, menyiapkan dana darurat, dan merencanakan masa depan.
Tanpa strategi yang tepat, keuangan bisa berujung pada siklus tak sehat: mulai dari konsumsi berlebihan hingga terjebak utang yang menggerogoti kesejahteraan.
John Maynard Keynes, seorang ekonom besar abad ke-20, menjelaskan bahwa orang menyimpan uang karena tiga alasan utama: untuk transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi. Keynes mungkin berbicara dalam konteks ekonomi makro, tetapi prinsip yang sama tetap relevan untuk mengelola keuangan keluarga.
Strategi Pengelolaan Keuangan Keluarga Berdasarkan Teori Keynes
Mengelola keuangan keluarga bukan hanya tentang mencari pemasukan, tetapi juga tentang bagaimana membaginya dengan cerdas. Dalam konteks rumah tangga, ketiga motif Keynes dapat dijadikan panduan utama untuk menyusun strategi keuangan yang lebih stabil dan efektif.
Pertama, motif transaksi berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari. Ini mencakup belanja bulanan, tagihan listrik, pendidikan anak, dan transportasi. Agar keuangan tetap sehat, keluarga perlu menyusun anggaran yang jelas dan disiplin dalam mengelola pengeluaran. Perencanaan belanja yang baik akan menghindarkan keluarga dari pengeluaran yang tidak perlu dan menjaga stabilitas finansial dalam jangka panjang.
Kedua, motif berjaga-jaga menekankan pentingnya memiliki dana darurat. Hidup penuh ketidakpastian, dan keluarga yang tidak memiliki cadangan dana bisa kesulitan ketika menghadapi keadaan darurat, seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau perbaikan rumah yang mendadak.
Idealnya, keluarga memiliki dana darurat sebesar tiga hingga enam bulan pengeluaran rutin, disimpan di tempat yang mudah dicairkan, seperti tabungan bank atau reksadana pasar uang. Sayangnya, banyak keluarga yang mengabaikannya dan baru menyadari pentingnya ketika sudah menghadapi krisis finansial.
Ketiga, motif spekulasi berkaitan dengan investasi dan pertumbuhan kekayaan. Bagi keluarga, investasi bisa menjadi cara untuk menyiapkan masa depan, seperti dana pendidikan anak atau persiapan pensiun.
Instrumen investasi bisa beragam, mulai dari saham, obligasi, properti, hingga aset digital seperti cryptocurrency. Namun, dalam hal investasi, kehati-hatian mutlak diperlukan. Tanpa pemahaman yang cukup, investasi justru bisa menjadi bumerang bagi keuangan keluarga.
Oleh karena itu, sebelum berinvestasi, penting untuk memahami profil risiko dan tidak hanya ikut-ikutan tren. Sayangnya, banyak orang tertarik berinvestasi hanya karena melihat keuntungan besar dalam waktu singkat tanpa mempertimbangkan volatilitas pasar.
Menerapkan Prinsip Keynes dalam Keuangan Keluarga
Setelah memahami tiga motif utama dalam menyimpan uang menurut Keynes, langkah selanjutnya adalah menerapkannya dalam kehidupan nyata. Tanpa strategi yang jelas, pengelolaan keuangan keluarga bisa menjadi tidak terarah dan berisiko besar.
Langkah pertama adalah menyeimbangkan alokasi keuangan. Keluarga harus menetapkan proporsi yang jelas antara kebutuhan transaksi, dana darurat, dan investasi. Sebagai contoh, 50% pendapatan bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, 20% disisihkan untuk tabungan dan dana darurat, sementara 30% dialokasikan untuk investasi jangka panjang.
Tentu saja, persentase ini bisa disesuaikan dengan kondisi finansial masing-masing keluarga. Namun, banyak rumah tangga yang kesulitan menerapkan aturan ini karena tuntutan gaya hidup dan pengaruh sosial yang besar.
Selain itu, penting untuk menghindari kesalahan umum dalam keuangan, seperti hidup di luar kemampuan, tidak memiliki dana darurat, atau berinvestasi tanpa pemahaman yang cukup. Salah satu jebakan yang sering terjadi adalah terjebak dalam utang konsumtif, seperti membeli barang dengan kredit tanpa mempertimbangkan kemampuan membayar.
Pengelolaan keuangan yang baik bukan berarti harus hidup terlalu hemat dan menekan pengeluaran secara berlebihan, tetapi lebih kepada keseimbangan dalam membelanjakan dan menyimpan uang.
Dalam hal investasi, keluarga harus berpikir strategis dan tidak terburu-buru. Jika ingin mencoba saham atau cryptocurrency, pastikan jumlahnya tidak mengganggu kestabilan keuangan keluarga. Menyebar investasi ke berbagai tempat juga penting untuk mengurangi risiko.
Tidak semua dana harus dimasukkan ke dalam instrumen yang berisiko tinggi; sebagian sebaiknya dialokasikan ke instrumen yang lebih stabil seperti deposito atau reksadana obligasi. Pemahaman yang matang tentang produk keuangan sangat diperlukan agar keputusan investasi tidak sekadar mengikuti tren sesaat.
Namun, dalam praktiknya, tidak semua keluarga memiliki akses ke literasi keuangan yang memadai. Banyak orang masih berpikir bahwa menabung saja sudah cukup tanpa mempertimbangkan bagaimana uang tersebut berkembang.
Oleh karena itu, edukasi keuangan sejak dini sangat penting, baik dalam lingkup keluarga maupun di tingkat sekolah. Kesadaran tentang pentingnya manajemen keuangan harus menjadi bagian dari kebiasaan, bukan sekadar reaksi terhadap kondisi ekonomi yang mendesak.
Pada akhirnya, prinsip Keynes mengajarkan pentingnya keseimbangan antara konsumsi, perlindungan finansial, dan pertumbuhan aset. Dengan menerapkan prinsip ini, keluarga tidak hanya mampu bertahan di masa sulit, tetapi juga membangun masa depan finansial yang lebih aman dan sejahtera.
Mengelola keuangan keluarga dengan bijak bukan sekadar soal memiliki cukup uang, melainkan tentang bagaimana memanfaatkannya dengan strategi yang tepat untuk hidup lebih berkualitas.
Karena itu, mulailah menyusun rencana keuangan keluarga Anda hari ini, sederhana, terukur, dan konsisten. Sebab ketenangan finansial bukan datang dari penghasilan besar, tetapi dari kebiasaan kecil yang dijaga dengan disiplin. (*)
***
*) Oleh : Rusydi Umar, Dosen FTI Universitas Ahmad Dahlan.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |