TIMES MALANG, MALANG – Ikhtiar yang paling tepat dalam memaknai kemerdekaan adalah memerdekakan diri sendiri. Lantas, bagaimana caranya untuk mencapai itu semua?
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendeteksi seseorang inkonsistensi antara ucapan dengan tindakan. Tidak heran, jika fenomena diskoneksi ini juga terkadang ada pada diri orang-orang yang selayaknya kita hormati, misalnya para pemimpin bahkan mungkin orang-orang yang ada disekitar kita.
Kemudian apa yang harus kita lakukan untuk menyikapi inkonsistensi tersebut. Apalagi di era sekarang banyak para tokoh di negeri ini yang mempertontonkan karakter yang kurang terpuji.
Saat ini sangat sulit mencari sosok-sosok mulia teladan bangsa, kecuali jika kita menengok ke belakang, melihat jejak sejarah kehidupan para pejuang dan para pendiri bangsa ini. Mayoritas mereka adalah teladan sejati.
Di era digitalisasi diperlukan filter yang tinggi untuk memaknai jiwa merdeka. Kita jangan terlampau berharap pada orang lain. Menuntut orang lain untuk selalu arif dalam segala hal. Tak ada manusia sempurna di dunia ini. Apalagi sempurna di mata orang lain, sangat mustahil.
Nabi Muhammad SAW sekali pun manusia terbaik, selalu dipandang buruk di mata para pembencinya. Alhasil, jika Anda dibully, dilecehkan, bahkan dicaci-maki para pembenci, jangan mudah baper. Sikapi dengan biasa saja.
Kembali pada persoalan bagaimana cara memerdekakan diri? Rumusnya sangat sederhana, mulailah dari diri sendiri. Kita boleh saja berharap kebaikan dari orang lain. Namun pada saat yang sama, seyogyanya, muncul pula kesadaran bahwa harapan yang sama juga akan disematkan orang lain pada diri kita.
Begitulah sejatinya hidup. Ada hukum (alam) yang harus dipatuhi. Untuk bisa menerima, kita harus memberi. Untuk bisa memetik, kita harus menanam.
Pernahkah kita punya suatu pendapat, tetapi memilih untuk mengurungkan bicara karena pendapat kita berbeda dengan orang lain. Bahkan memilih menyukai sesuatu yang sebenarnya tidak kita sukai hanya karena orang-orang menyukainya.
Saat kita memutuskan untuk menjadi diri sendiri, pastinya kita tidak akan takut mengekspresikan diri. Hal ini terjadi karena kita tidak lagi takut pada opini orang lain.
Memulai dari diri sendiri itulah kuncinya. Sebagai salah satu contoh Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah ke muka bumi untuk memuliakan manusia melalui perbaikan budi pekerti (akhlak). Dalam hal ini, Nabi sendirilah yang menjadi teladan, bagaimana memanifestasikan karakter yang diinginkannya.
Untuk merdeka mulailah dari diri sendiri, artinya kita dituntut untuk mempunyai komitmen yang menunjukkan sikap yang terpuji. Contohnya memulai dari hal-hal yang sederhana seperti bagaimana cara berbicara, cara menyampaikan pikiran melalui tulisan di media sosial, dan semua hal yang biasa kita lakukan sehari-hari.
Kalau semuanya kita lakukan dengan benar, tanpa mengusik kenyamanan orang lain, itulah hakikatnya merdeka bagi diri sendiri.
Menjadi diri sendiri bukan berarti kita mengabaikan apa yang dibutuhkan oleh orang lain, karena sejatinya kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Meski hanya sekedar pengakuan mereka terhadap keberadaan kita.
Maka dari itu, jangan pernah menyalahartikan be yourself sebagai cara kita melepaskan diri dari pengaruh orang lain. Justru arti be yourself yang hakiki adalah cara kita berkontribusi terhadap orang lain dengan cara kita sendiri.
Be yourself berarti mengekspresikan diri sendiri, bukan ekspresi orang lain. Jangan pernah meragukan diri sendiri. Mungkin kita tidak seperti apa yang orang lain harapkan, itu bukan masalah.
Setiap orang pasti memiliki kekurangannya masing-masing dan itu bukan masalah serius. Justru kekurangan itulah yang akan membuat kita menyadari, bahwa manusia itu tidaklah sempurna. Namun, jangan sampai ini menjadi beban hidup. Jika kita ingin menerapkan be yourself, berarti kita harus mampu menilik kembali dan memperbaiki kekurangan diri, sehingga kita menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
Seperti kata Gordon Allport, manusia yang sehat secara psikologis akan terus mengembangkan dirinya menjadi versi yang lebih baik. Karena banyak orang yang tidak menyadari bahwa sesungguhnya dalam dirinya sendiri terdapat berbagai penjajahan yang sangat sulit dihilangkan.
Untuk itu, menjadi orang yang merdeka dan berdaulat atas dirinya, paling tidak ada beberapa hal yang dapat dijadikan senjata yaitu goal setting dan perjuangan. Jika tidak pernah mencoba berjuang memerdekakan diri, maka tidak akan ada makna kemerdekaan itu. Merdeka yang sesungguhnya adalah berdaulat atas dirinya sendiri, be yourself.
***
*) Oleh: Ratnawati, S.Pd, Pengajar Sejarah SMAN 1 Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : |
Editor | : |