TIMES MALANG, MALANG – Di tengah derasnya arus transformasi digital, sebuah terobosan lahir dari kolaborasi unik tiga pemangku kepentingan. Masing-masing PT Jaring eSports Nusantara (JEN), Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh, dan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang.
Mereka menggagas gerakan pendidikan berbasis teknologi yang tak hanya canggih, tapi juga merakyat. Namanya Jaring Digilab dan Digilab Mobile Bus.
Inisiatif ini diperkenalkan dalam ajang Digifest 2025 sebagai jawaban atas tantangan kesenjangan digital yang masih mencolok di Indonesia. Lewat program ini, teknologi tidak hanya hadir di ruang-ruang elit, juga menyapa langsung santri dan pelajar di daerah-daerah yang selama ini nyaris luput dari sentuhan revolusi digital.
Laboratorium AI Pertama Berbasis Pesantren
Sebagai langkah awal, JEN mendirikan laboratorium digital di Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh, Malang. Inilah AI Learning Lab pertama di lingkungan pesantren di Indonesia. Dilengkapi 25 unit komputer berteknologi tinggi, laboratorium ini melayani lebih dari 500 siswa dari jenjang SMP hingga SMA.
Yang istimewa, kurikulumnya dirancang tidak sembarangan. Dengan dukungan akademik dari Fakultas Sains dan Teknologi UIN Malang, terutama dari Program Studi Teknik Informatika berakreditasi Unggul, pembelajaran mencakup Digital Ethics, AI Literacy, Digital Marketing, hingga Smart Farming.
Bahkan, eSports pun masuk sebagai bagian dari media pembelajaran kreatif, dengan kurikulum dari Jack IT Japan.
"Kami ingin membuktikan bahwa pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu agama, tapi juga bisa menjadi pusat inovasi teknologi," ungkap perwakilan dari PT JEN.
DIGILAB MOBILE BUS: Teknologi yang Menyapa Hingga ke Pelosok
Melanjutkan semangat pemerataan akses, PT JEN meluncurkan DIGILAB MOBILE BUS. Yakni, sebuah laboratorium berjalan yang akan keliling ke 100 sekolah di Pulau Jawa selama tiga bulan ke depan. Mobil ini lebih dari sekadar kendaraan.
Di dalamnya, tersimpan potensi perubahan besar. Ada komputer AI-ready dari MSI dan Nvidia, perangkat pertanian urban (urban farming kit), hingga fasilitas pembelajaran berbasis game edukasi.
Bus ini dirancang sebagai ekosistem pembelajaran masa depan: dari coding hingga smart farming, dari literasi digital hingga keseruan eSports sebagai sarana edukatif. Semua dikemas dalam pengalaman belajar yang menyenangkan, inklusif, dan membumi.
“Teknologi adalah hak semua anak Indonesia,” tegas perwakilan PT JEN. “Bukan hanya mereka yang tinggal di kota besar, tapi juga anak-anak di pelosok desa yang penuh semangat belajar.”
Sinergi untuk Masa Depan
Tak hanya bergerak sendiri, JEN juga membuka peluang kerja sama dengan pemerintah daerah. Salah satunya, dengan Pemkot Bogor. Harapannya, DIGILAB MOBILE BUS bisa masuk ke sekolah-sekolah di kota hujan tersebut dan menggugah semangat pelajar agar makin siap menghadapi era digital.
Lebih dari sekadar proyek, gerakan ini membawa misi sosial yang besar: menciptakan generasi cakap teknologi yang tetap menjunjung etika dan nilai lokal. Bahwa AI bukanlah sekadar alat, melainkan media untuk membentuk karakter: mandiri, kreatif, dan bertanggung jawab.
JARING DIGILAB dan DIGILAB MOBILE BUS bukan sekadar infrastruktur, tapi simbol harapan. Harapan bahwa teknologi bisa menjadi jembatan, bukan jurang pemisah. Harapan bahwa setiap anak, dari pesantren di lereng gunung hingga sekolah di tengah kota, punya peluang yang sama untuk belajar, tumbuh, dan berkontribusi di era digital.
Dan dari Malang, langkah itu dimulai. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kolaborasi JEN, UIN Malang, dan PP Bahrul Maghfiroh Hasilkan Jaring Digilab dan Mobile Lab AI, Apa Itu?
Pewarta | : Theofany Aulia (DJ-999) |
Editor | : Deasy Mayasari |