TIMES MALANG, BLITAR – Suasana hening menyelimuti Taman Makam Pahlawan (TMP) Raden Wijaya di Kota Blitar, Sabtu (9/8/2025) sore. Deretan batu nisan berdiri rapi, seolah menjadi saksi bisu perjalanan panjang bangsa.
Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya Sebagai Situs Sejarah
Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya terletak di Jalan Sudanco Supriyadi, Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur. Lokasinya berada di jalur utama akses masuk kota Blitar, tepat di depan Monumen PETA.
Area ini menjadi tempat pemakaman khusus bagi pahlawan kemerdekaan, tokoh berjasa, keluarga veteran, serta anggota TNI dan Polri yang memenuhi kriteria. Baik pemeluk agama Islam maupun non-Islam dapat dimakamkan di sini tanpa pembedaan, yang dibedakan hanya dari bentuk nisannya.
Di dalam kompleks ini juga terdapat replika Candi Panataran, monumen perjuangan PETA, dan Monumen Potlot.
Fadhillio Ibra Farissandro Abriakto yang sedang berziarah di Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)
Fadhillio Ibra Farissandro Abriakto, warga Blitar yang memiliki ketertarikan mendalam pada sejarah mengatakan, berkunjung ke TMP Raden Wijaya bisa menjadi tapak tilas sekaligus belajar tentang perjuangan para pahlawan.
Monumen Potlod dibangun di lokasi tiang bendera yang digunakan Sudanco Parto Hardjono untuk mengibarkan bendera merah putih pada masa pemberontakan PETA. Monumen ini diresmikan oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman pada 16 Juli 1946.
Pengunjung diharapkan mematuhi aturan selama berada di Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya, seperti mengenakan pakaian sopan, menjaga kebersihan, dan menciptakan suasana hening. Tidak terdapat pedagang makanan dan minuman di sekitar area, sehingga tidak dianjurkan membawa konsumsi ke dalam kompleks.
Sejarah dan Kondisi Area Makam
Fadhillio menjelaskan bahwa Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya telah ada sejak masa lampau. Renovasi dilakukan untuk menjaga kelestarian situs, termasuk pengecatan ulang gerbang, perbaikan batu nisan, dan perawatan taman.
Menurutnya, gerbang utama masih menggunakan batu asli buatan masa penjajahan, meskipun catnya telah diperbarui. Peremajaan dilakukan agar struktur tetap kokoh dan area makam terjaga kebersihannya.
Salah satu nisan pahlawan TIDAK DIKENAL yang ada di Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)
Saat berkeliling, Fadhillio menemukan bagian ujung makam yang kurang terawat dan dipenuhi rumput liar. Di lokasi tersebut juga ditemukan botol bekas minuman. diduga benda itu dibawa oleh pengunjung.
“Karena hari Minggu tidak ada petugas, kemungkinan ada pengunjung yang membawa barang tersebut,” ujar Fadhil.
Kegiatan edukasi sejarah juga sering dilaksanakan di sekitar area ini. Setiap 14 Februari, di seberang makam diadakan pementasan teatrikal perang PETA. Acara tersebut menarik perhatian pengunjung, termasuk pelajar yang datang untuk mempelajari sejarah perjuangan bangsa.
Tapak Tilas dan Makna Kunjungan
Fadhillio memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan tapak tilas, menyusuri setiap sudut Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya. Ia melihat langsung monumen dan batu nisan para pahlawan, sekaligus memberikan penjelasan sejarah kepada pengunjung lain.
Ia mengakhiri kunjungan sekitar pukul 16.30 WIB, mengikuti imbauan petugas untuk meninggalkan area sebelum malam. Menurut petugas, pembatasan waktu ini bertujuan menjaga keamanan dan menghormati kesakralan tempat.
Dengan lokasinya yang strategis di pusat kota dan nilai sejarah yang tinggi, Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya menjadi destinasi penting bagi masyarakat yang ingin mengenang jasa pahlawan serta menambah wawasan sejarah. Selain sebagai tempat peristirahatan terakhir para pejuang, area ini juga berperan sebagai media edukasi yang menghubungkan generasi muda dengan nilai-nilai perjuangan bangsa. (*)
Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |