TIMES MALANG, JAKARTA – Israel akan memulai melaksanakan operasi militer besar-besaran di wilayah jalur Gaza setelah mereka melihat bahwa warga sipil telah pergi.
"Hal penting yang harus kita fokuskan di sini adalah bahwa kita akan memulai operasi militer yang signifikan hanya setelah kita melihat bahwa warga sipil telah meninggalkan daerah tersebut,” kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Letkol Jonathan Conricus.
"Sangat penting bagi masyarakat Gaza untuk mengetahui bahwa kami sangat bermurah hati dengan waktu yang diberikan. Kami telah memberikan peringatan yang cukup, lebih dari 25 jam. Saya tidak bisa menekankan lebih dari cukup untuk mengatakan bahwa sekarang adalah waktu bagi warga Gaza untuk meninggalkan Gaza," tambah Conricus seperti dilansir CNN.
"Ambil barang-barangmu, pergi ke selatan. Pertahankan hidupmu, dan jangan jatuh ke dalam perangkap yang Hamas siapkan untukmu," begitu penegasannya.
Lebih dari separuh dari 2 juta penduduk Gaza tinggal di bagian utara yang diperintahkan Israel untuk dievakuasi.
Banyak keluarga, beberapa di antaranya sudah menjadi pengungsi internal, kini berdesakan di wilayah yang lebih kecil lagi dari wilayah seluas 140 mil persegi tersebut.
Puluhan ribu warga Palestina telah melarikan diri ke selatan melalui jalan-jalan Gaza yang rusak setelah militer Israel menyuruh mereka meninggalkan wilayah utara, jalur yang padat penduduk tersebut.
"Bagian selatan kini menjadi semakin padat," kata warga Gaza, ketika gelombang warga Palestina meninggalkan rumah mereka setelah pernyataan Israel yang akan melakukan serangan darat besar-besaran.
WHO Mengutuk Israel
Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia, WHO mengatakan memaksa ribuan pasien rumah sakit untuk mengungsi ke rumah sakit yang sudah penuh sesak di Jalur Gaza selatan mungkin merupakan “hukuman mati.”
Israel telah memperingatkan warga Palestina untuk mengungsi dari Gaza utara menjelang serangan darat terhadap Hamas, satu minggu setelah serangan paling mematikan dalam sejarah Israel.
"WHO mengutuk keras perintah berulang-ulang Israel untuk mengevakuasi 22 rumah sakit yang merawat lebih dari 2.000 pasien rawat inap di Gaza utara itu," kata badan kesehatan PBB dalam sebuah pernyataan.
"Evakuasi paksa terhadap pasien dan petugas kesehatan akan semakin memperburuk bencana kemanusiaan dan kesehatan masyarakat saat ini," katanya.
Memindahkan 2.000 pasien ke Gaza selatan, dimana fasilitas kesehatan sudah beroperasi pada kapasitas maksimum dan tidak mampu menampung peningkatan jumlah pasien secara dramatis, bisa sama saja dengan hukuman mati," tegas WHO.
Menurut Conricus, kawasan di sekitar Jalur Gaza saat ini padat dengan ratusan ribu unit cadangan pasukan Israel yang sedang mempersiapkan diri dengan berbagai misi.
"Lebih dari 360.000 tentara cadangan kami, baik di selatan maupun di utara, siap menjalankan misi. Mereka diperlengkapi, dipersiapkan, ditugaskan, dan siap untuk tugas apa pun yang akan mereka terima untuk hari-hari ke depan ini," kata dia. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kapan Israel akan Menyerbu Gaza? Begini Skenarionya
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |