TIMES MALANG, MALANG – Selain kaya populasi sapi perah, peternakan kambing perah juga bisa didapatkan di Kabupaten Malang. Jumlahnya belum banyak, namun peternakan kambing perah sudah diminati peternak di beberapa wilayah.
Di Desa Kasri, Bululawang Kabupaten Malang salah satunya, terdapat sentra peternakan kambing perah yang cukup sukses. Peternakan itu dikelola sejumlah peternak muda. Tepatnya, di kadang peternakan Ginasha Farm.
Kepala Kandang di Ginasha Farm Bululawang, Nabil mengungkapkan, usaha peternakan kambing perah yang dikembangkan adalah hasil persilangan kambing indukan impor dan lokal. Yakni, kambing jenis Saanen dari Swiss, dengan kambing lokal Sapera.
"Kambing perah itu tidak asal, harus sesuai spesifikasi. Kebetulan di sini, kita gunakan jenis Saanen dari Swiss, dengan harga indukan jantan Rp 20 sampai 30 juta per ekor," kata Nabil.
Awal memulai usaha peternakan susu kambing di kandang tersebut, pada 2021 lalu. Populasi kambing yang ada masih sejumlah 20 ekor. Tetapi, kini jumlahnya terus bertambah hampir 200 ekor, dari hasil pengembangbiakan yang dilakukan.
Agar tidak sepenuhnya mengandalkan jenis kambing impor, menurutnya dilakukan perkawinan silang dengan kambil lokal Sepera. Dimana, harga indukan lokal ini adalah Rp 5-10 juta/ekor.
Saat ini, lanjut Nabil, ada sejumlah 40 ekor kambing perah yang dalam fase laktasi, artinya bisa diambil susunya. Tiap ekor kambing, bisa menghasilkan 1 sampai 2 liter susu perah perhari, sehingga bisa mendapatkan sampai 60 liter/hari.
Harga jual susu kambing perahnya sendiri, adalah Rp 20 ribu/liter. Dikurangi biaya pemeliharaan dan pakan ternak, menurutnya peternak kambing perah tetap untung, dengan keuntungan bersih antara Rp 8.000 sampai Rp 10.000 per liternya.
Keuntungan Kambing Perah Saanen
Kambing perah jenis Saanen dikenal lebih bagus produktivitasnya dibanding jenis kambing perah lainnya, seperti Etawa. Menurut Nabil, masa laktasi kambing Saanen bisa sampai 1 tahun bahkan bisa lebih, dibanding kambing Etawa yang hanya selama 3 sampai 6 bulan.
Masa produktif kambing Saanen juga diketahui bisa menghasilkan susu perah sampai berumur 5 tahunan. Melewati umur itu, produksi susunya biasa sudah mengering atau afkir.
Setiap ekor indukan kambing Saanen, menurutnya butuh waktu 5 sampai 6 bulan untuk bisa bunting dan beranak, dihitung setelah dilakukan perkawinan.
"Jadi, setiap indukan bisa beberapa kali dilakukan pengawinan, agar bisa memproduksi susu perahnya, sampai kering atau afkir. Sedangkan, anak-anak keturunannya nanti juga produksi susu ketika sudah bisa dikawinkan," terang Nabil.
Pakan Konsentrat dan Silase
Pakan untuk ternak kambing perah seperi di Kandang Ginasha Farm ini, menggunakan pakan campuran konsentrat juga adonan atau cairan silase.
Dikatakan Nabil, pakan kambing perah di kandangnya dibuat sendiri, dari ransum konsentrat. Seperti dari formulasi polar, juga kopra, yang didapatkan dari Blitar, juga campuran lainnya.
Sedangkan, untuk pakan dari rumput, harus dijadikan dulu dalam silase, dengan fermentasi dalam wadah drum selama beberapa hari.
"Sebernarnya, untuk pakan bisa bertahap, menyesuaikan apa yang bisa dimanfaatkan dari lingkungan sekitar. Jadi, beternak kambing perah ini siapapun bisa, yang penting modal awal dan tahu ilmu pengelolaannya," demikian peternak muda lulusan Fakultas Peternakan UMM Malang ini. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Imadudin Muhammad |