TIMES MALANG, MALANG – Pemkab Malang terus mewujudkan komitmen terhadap pelayanan kesehatan masyarakat Kabupaten Malang. Salah satunya, meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lawang, Kabupaten Malang, dengan program pembinaan lingkungan sosial 2024.
Direktur Utama RSUD Lawang, dr Nur Rochmah, MMRS menyampaikan, peningkatan pelayanan melalui program pembinaan lingkungan sosial ini dilakukan, dengan dibiayai anggaran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).
"Tahun 2024 ini, RSUD Lawang menerima DBHCHT sebesar Rp 6.273.623.206 untuk program tersebut. Program ini bertujuan meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD Lawang pada pasien,” terang Nur Rochmah, Rabu (13/11/2024).
Adapun penggunaannya, lanjutnya, dibelanjakan untuk pengadaan alat kesehatan untuk sejumlah 197 unit atau set alat kesehatan.
Nur menyebut, dengan kelengkapan sarpras yang dimiliki RSUD Lawang ini, nantinya sejalan dengan tujuan pemenuhan sarana Kelas Rawat Inap Standar (KRIS). Ini seperti tertuang dalam Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) Republik Indonesia, bahwa KRIS akan diterapkan pada 1 Juli 2025 nanti.
Dalam pembelanjaan alat dari DBHCT ini, kata Nur, pihaknya telah membeli alat-alat fasilitas laboratorium, seperti alat hematologi sebagai prasarana untuk bank darah. Kemudian Sentra Sterilisasi, alat operasi laser retina mata, kursi roda, bor operasi tulang dan lain sebagainya.
“Jadi ini sudah terealisasi semua, tapi ada beberapa barang yang masih proses pengadaan. Yaitu laser retina, karena proses e-katalog itu biasanya butuh 3 bulanan,” ungkapnya.
Nur menjelaskan, dengan dilakukan peningkatan sarana dan prasarana tersebut, sehingga fasilitas kesehatan di RSUD Lawang menjadi lebih lengkap dan dapat memberikan pelayanan prima pada masyarakat.
"Diharapkan secara bertahap pasien yang membutuhkan pelayanan RSUD Lawang dapat tertangani semua di RSUD ini," ucapnya.
Karena, menurutnya selama ini ada sebagian pasien yang masuk RSUD Lawang ini harus dirujuk ke RSSA Malang, karena keterbatasan beberapa peralatan medis. Seperti alat untuk pemeriksaan darah.
Nur Rochmah menambahkan kegiatan belanja alat kesehatan dilakukan dua kali. Pada semester pertama, lanjutnya, dibelanjakan bed pasien sebanyak 18 unit dan bedside cabinet sebanyak 48 unit. Ini bagian dari upaya peningkatan fasilitas untuk memberikan kenyamanan bagi pasien.
Selanjutnya, semester kedua dibelanjakan untuk laboratorium sebagai fasilitas pelayanan kesehatan. Diantaranya, ada alat Hematologi untuk pemeriksaan secara lengkap dan pembelian plasma extractor dan ritator, untuk pemenuhan sarana pelayanan bank darah di RSUD Lawang.
Kemudian, anggaran tersebut juga untuk belanja keperluan CSSD (Central Sterile Supply Department) serta belanja keperluan kamar operasi.
Disinggung soal target kedepan, pihaknya akan tetap melakukan pemenuhan kelas rawat inap standar (KRIS), sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Sepert, jumlah maksimal tempat tidur dalam satu kamar, serta ketersediaan nurse call, tabung oksigen, ruangan harus memiliki pencahayaan, ventilasi yang baik dan lain sebagainya.
“Sehingga di 2025, kalau kami memenuhi sejumlah 100 tempat tidur itu, menurut kami kurang efektif. Karena kebutuhan kami tidak hanya tempat tidur, di 2025 nanti kami memprioritaskan KRIS untuk lebih membuat privasi pasien,” ungkapnya.
Nur menambabkan, pihaknya juga akan mengembangkan ICU tingkat lanjut, sehingga tidak perlu merujuk ke RSSA, sebab bisa ditangani di RSUD Lawang.
“Termasuk juga alat-alat di laboratorium akan kami prioritaskan. Misalnya untuk alat pemeriksaan darah, dimana selama ini kami merujuk ke RSSA,” imbuh Nur.
Diketahui, RSUD Lawang menjadi salah satu faskes rujukan masyarakat Kabupaten Malang. Karena itu pula, Pemkab Malang berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di RSUD ini. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |