TIMES MALANG, JAKARTA – Dalam dunia yang semakin terkoneksi dengan teknologi, dr. Inge Jiemesha, Sp.KFR, seorang dokter spesialis rehabilitasi medik di Bethsaida Hospital Gading Serpong, menggarisbawahi risiko yang muncul dari pola penggunaan gawai yang tak terkendali.
Menurut Dr. Inge ketika seseorang menghabiskan waktu berlebihan dengan kepala tertunduk ke layar perangkat elektronik, mereka dapat mengalami yang dinamakan gadget neck.
“Gadget neck merupakan suatu kondisi yang mengacu pada rasa nyeri yang tercipta karena posisi kepala menunduk terlalu lama, seperti saat menatap layar ponsel atau laptop,” kata dr. Inge dalam keterangan persnya di Jakarta, pada akhir pekan ini.
Dr. Inge memaparkan bahwa postur tubuh yang kurang ideal saat asyik dengan gadget dapat berujung pada tegangan otot leher yang persisten, seterusnya mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Dia sangat menyarankan untuk memodifikasi tata letak kerja Anda dengan alat tambahan seperti keyboard eksternal untuk sesi kerja yang melebihi setengah jam dan menyesuaikan ketinggian layar agar sejajar dengan pandangan mata, sehingga mengurangi kebutuhan untuk menunduk.
Sebagai langkah terapeutik saat gejala sudah terasa, dr. Inge menyarankan penggunaan gawai untuk beristirahat sejenak dan melakukan serangkaian peregangan guna melonggarkan otot.
“Penggunaan obat-obatan seperti analgesik dan relaksan otot dapat dijadikan pilihan sesuai dengan kebutuhan,” ujarnya.
Bagaimanapun, dr. Inge menekankan pentingnya konsultasi dengan dokter spesialis untuk perawatan yang sesuai dan tepat. Diagnostik awal biasanya melibatkan evaluasi menyeluruh pada kondisi otot dan saraf, setelah itu terapi yang disesuaikan dengan kondisi individu dapat dianjurkan. Perawatan ini bisa beragam, mulai dari terapi panas atau dingin, elektroterapi, hingga terapi fisik.
Dalam keadaan tertentu, penggunaan alat-alat canggih seperti terapi Redcord - yang dirancang khusus untuk gangguan otot dan sendi - mungkin direkomendasikan oleh dokter.
“Kehadiran teknologi terapeutik ini menawarkan solusi yang lebih mendalam untuk memperbaiki gangguan yang dibawa oleh era digital ini,” jelasnya. (*)
Pewarta | : Hendarmono Al Sidarto |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |