TIMES MALANG, MALANG – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia terasa semakin semarak di Kota Malang dengan digelarnya Road to Malang Walking Race (MWR) 2025 pada Minggu Pagi (17/8/2025).
Acara yang berlangsung di titik start Kozi Cafe Malang ini diikuti oleh 83 tim, masing-masing beranggotakan dua orang. Tidak sekedar berjalan kaki, kegiatan ini dikemas dengan konsep berbeda, yakni peserta harus memecahkan soal untuk menemukan titik checkpoint sekaligus melakukan selfie bersama pasangan tim di setiap lokasi.
Sehari sebelum pelaksanaan, Sabtu malam (16/8), panitia menggelar technical meeting yang wajib diikuti seluruh peserta. Dalam forum tersebut, peserta mendapat arahan seputar kegiatan. Antusiasme peserta begitu peserta, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan terkait persiapan maupun teknis kegiatan.
Para peserta tampak mengantre untuk mengumpulkan hasil jawaban mereka di pos panitia. (FOTO: Tasya Luthfiany Widyadhana/TIMES Indonesia)
Pada hari perlombaan, lima menit sebelum start, setiap tim menerima soal dari panitia yang kemudian mereka pecahkan bersama pasangan timnya.
Bentuk pertanyaan pun bervariasi, mulai dari sejarah perjuangan kemerdekaan, nama pahlawan nasional, hingga penentuan titik koordinat, sehingga menuntut kerja sama antar tim, ketelitian, dan daya nalar.
Tantangan ini menjadikan kegiatan lebih seru dan menegangkan, karena tidak hanya mengandalkan fisik tetapi juga kemampuan berpikir cepat.
Menurut Pungky Real, panitia kegiatan, konsep ini dirancang untuk mengajak masyarakat mengenal dari dekat landmark serta bangunan bersejarah di Kota Malang.
Sejak pertama kali digelar pada tahun 2022, MWR rutin dilaksanakan setiap bulan Desember. Sementara Road to MWR menjadi edisi pemanasan sekaligus ajang persiapan menuju lomba utama di akhir tahun.
Kisah paling mencuri perhatian datang dari sepasang suami istri asal Jember, Teguh dan Resita, yang berhasil meraih juara pertama dalam Road to Malang Walking Race 2025.
Sang istri awalnya mengetahui informasi kegiatan ini lewat media sosial dan langsung mengajak suaminya untuk ikut serta, mengingat di Jember belum ada kegiatan serupa. Antusiasme mereka begitu besar, meski sejak awal tak pernah menargetkan untuk menjadi juara.
Bahkan, di tengah perjalanan keduanya sempat hampir menyerah karena kesulitan menemukan jawaban dari salah satu soal.
Foto para panitia Road to Malang Walking Race 2025 yang terpancar bahagia atas kelancaran jalannya acara. (FOTO: Tasya Luthfiany Widyadhana/TIMES Indonesia)
Bagi mereka, kunci keberhasilan bukan semata kecepatan, melainkan komunikasi yang baik antara pasangan tim.
“Acara ini benar-benar memberikan pengalaman berharga sekaligus menaikkan nilai sebuah kota. Dengan adanya Road to MWR, kita bisa mengenal monumen dan sejarah Malang dari dekat,” ujar Teguh.
Pasangan ini pun mengucapkan terima kasih kepada komunitas penyelenggara yang telah menghadirkan acara kreatif seperti ini, sekaligus berharap kegiatan serupa akan terus diselenggarakan di tahun-tahun mendatang.
Harapan juga datang dari para panitia penyelenggara Road to Malang Walking Race 2025. Angga menekankan bahwa olahraga adalah kebutuhan penting bagi masyarakat, sehingga ia berharap kegiatan seperti ini bisa digelar di berbagai kota lain
. Dengan begitu, masyarakat tidak hanya berolahraga, tetapi juga dapat lebih mengenal sejarah kota tersebut.
Bondan menambahkan harapannya agar jumlah peserta di tahun-tahun mendatang terus meningkat. Ia juga mengingatkan pentingnya peserta untuk lebih cermat membaca setiap instruksi lomba, agar kegiatan berjalan lancar.
Dengan paduan olahraga, edukasi, dan hiburan, Road to Malang Walking Race 2025 bukan hanya menjadi ajang memperingati kemerdekaan, tetapi juga sarana membangun kebersamaan dan literasi sejarah. Malang sekali lagi membuktikan diri sebagai kota yang mampu menghadirkan perayaan kreatif dan penuh makna. (*)
Pewarta: Tasya Luthfiany Widyadhana
Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |