TIMES MALANG, MALANG – Baru-baru ini, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menggandeng United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, dan Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk berkolaborasi menyusun Kerangka Zakat Hijau di Indonesia.

Zakat yang telah lama dikenal sebagai pilar solidaritas sosial dalam pengentasan kemiskinan, dalam implementasinya zakat juga dapat memberikan kontribusi besar terhadap agenda lingkungan, iklim, dan keberlanjutan.

Zakat hijau adalah inovasi yang menggabungkan prinsip zakat dalam menyisihkan sebagian harta bagi yang membutuhkan dengan menggabungkan dengan upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. 

Nantinya, alokasi dana zakat hijau akan disalurkan ke proyek-proyek yang mendukung kelestarian alam. Seperti penanaman pohon, pengelolaan sumber daya air, pengurangan limbah, dan program ramah lingkungan lainnya.

Di Balik Zakat Hijau

Zakat hijau muncul sebagai respons terhadap tantangan lingkungan global, seperti perubahan iklim, deforestasi, dan polusi.

Dalam Islam, menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab manusia sebagai khalifah (pemimpin) di bumi. Konsep ini sejalan dengan prinsip maqashid syariah, yang mencakup perlindungan terhadap lingkungan sebagai bagian dari kemaslahatan umat.

Ada beberapa fokus alokasi yang bisa dilakukan oleh Zakat Hijau.

Dalam hal pelestarian lingkungan, alokasi dana zakat bisa disalurkan untuk proyek-proyek yang mendukung kelestarian alam. Dalam pelaksanan proyek tersebut, masyarakat miskin bisa diberdayakan dan dikutsertakan dengan menciptakan lapangan kerja baru. Mereka bisa diikutsertakan dalam program-program ramah lingkungan, seperti pengolahan limbah misalnya.

Dana zakat hijau juga bisa digunakan juga untuk menanam pohon di daerah yang mengalami deforestasi atau daerah rawan bencana seperti longsor dan banjir. Dalam pengelolaan air bersih, dana zakat bisa dimanfaatkan untuk membangun sumur bor atau sistem filtrasi air untuk masyarakat yang kesulitan mendapatkan air bersih.

Dalam hal katahanan pangan dan swasembada pangan, dana zakat hiaju bisa dialokasikan untuk bantuan modal dan pelatihan petani dalam menerapkan pertanian organik atau sistem irigasi hemat air.

Sementara untuk swamsembada energi, dana tersebut bisa dialokasikan untuk pengolahan limbah. Mulai dari membangun fasilitas pengolahan sampah, program daur ulang sampah sampai memanfaatkan sampah jadi eumber energi baru. Atau, bisa juga dana itu untuk membangun instalasi panel surya atau biogas untuk masyarakat miskin yang belum terjangkau listrik.

Masa Depan Zakat Hijau

Tak mudah memang dalam mengimplementasi inovasi zakat hijau ke depan. Ini menyangkut soal kesadaran dan pemahaman masyarakat terkait konsep dan manfaatnya zakat hijau.

Namun, hambatan tersebut bisa diminimalisir bila terjadi kolaborasi dan sinergi yang kuat antara lembaga zakat, pemerintah, dan organisasi lingkungan untuk memastikan program berjalan efektif. Di samping itu, harus ada ketegasan dalam soal transparansi dan akuntabilitas pihak pengelola zakat hijau. Ini diperlukan agar masyarakat percaya dan mendukung program inovatif ini.

Sebenarnya, sudah ada lembaga zakat di Indonesia sudah memulai dan mengadopsi konsep zakat hijau. Kolaborasi Baznas dan BSI misalnya, yang telah meluncurkan program Green Zakat Framework pada akhir 2024 lalu.

Kolaborasi itu adalah bentuk implementasi dan terobosan penting yang menggabungkan nilai-nilai keagamaan dengan upaya pelestarian lingkungan. Dengan mengalokasikan dana zakat untuk proyek-proyek ramah lingkungan, konsep ini tidak hanya memenuhi kewajiban agama tetapi juga berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan umat manusia.

Bagi yang ingin mengeluarkan zakatnya, mulai sekarang coba salurkan zakat Anda di Zakat Hijau (*)