TIMES MALANG, MALANG – Pidato Perdana Menteri Israel di aula markas PBB di New York, Amerika Serikat, Jumat (26/9/2025) malam nyaris kosong karena banyak delegasi PBB meninggalkan kursi sebelum Benjamin Netanyahu naik podium.
Banyak delegasi PBB yang meninggalkan kursi mereka sebagai protes terhadap Benjamin Netanyahu dan perang genosidanya di Jalur Gaza, yang akan memasuki tahun ketiga.
Dilansir Al Jazeera, media menilai keadaan itu ibarat dunia telah meludahi wajah Israel.
Pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang diburu Pengadilan Kriminal Internasional ini memicu sejumlah reaksi di Israel. Para kritikus mengkritik kinerja Netanyahu dan pidatonya yang digambarkan lemah dan membingungkan.
Netanyahu berpidato dengan memuji dirinya sendiri sebagai 'kebangkitan luar biasa' Israel setelah serangan 7 Oktober, dan berjanji akan "menyelesaikan tugas".
"Israel telah bangkit dari hari tergelapnya untuk memberikan salah satu serangan militer paling menakjubkan dalam sejarah," katanya.
Ia juga menyatakan bahwa negaranya tidak akan berhenti sampai Hamas disingkirkan dan para sandera dibebaskan.
"Tahun lalu, saya berdiri di podium ini dan menunjukkan peta ini. Peta ini menunjukkan kutukan poros teror Iran," ujarnya.
Poros ini mengancam perdamaian seluruh dunia. "Poros ini mengancam stabilitas kawasan kami dan keberadaan negara saya, Israel," kata dia.
Soal serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 Netanyahu menuduh Iran dan sekutunya di seluruh kawasan telah menjerat lehernya dengan tali kematian.
"Namun tahun lalu telah mengubah keseimbangan kekuatan. Poros musuh 'lumpuh'. Kami telah menggempur Houthi, termasuk kemarin. Kita menghancurkan sebagian besar mesin teror Hamas. Kami melumpuhkan Hizbullah, merenggut sebagian besar pemimpinnya dan sebagian besar persenjataannya... dan yang terpenting, kami menghancurkan program senjata atom dan rudal balistik Iran," katanya lagi.
Netanyahu bangga bahwa tentara Israel telah menyita telepon penduduk Gaza dan aktivis Hamas, dan bahwa pidatonya sekarang disiarkan langsung pada perangkat tersebut.
Pidato Netanyahu juga disiarkan melalui pengeras suara yang dipasang dikendaraan yang ditempatkan di perbatasan.
Meludahi Wajah Israel
Pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang diburu Pengadilan Kriminal Internasional ini memicu sejumlah reaksi di Israel. Para kritikus mengkritik kinerja Netanyahu dan pidatonya yang digambarkan lemah dan membingungkan.
Media Israel melaporkan bahwa Netanyahu dan sejumlah anggota delegasinya menempelkan kode QR pada mantel mereka, dan meminta hadirin untuk memindai kode tersebut pada telepon pintar mereka untuk mengakses berkas terkait 7 Oktober 2023, yang mendukung narasi Tel Aviv.
Channel 12 mencatat bahwa kepergian puluhan peserta dari aula Majelis Umum PBB saat Netanyahu memulai pidatonya "merupakan bukti pandangan dunia terhadap Israel."
Ia menjelaskan bahwa delegasi Israel berusaha memperbaiki situasi, sehingga mereka berdiri dan bertepuk tangan. Koresponden saluran tersebut mencatat bahwa aula PBB tempat Netanyahu hadir kini hampir sepenuhnya kosong.
Koresponden Channel 13 berkomentar, "Ketika diplomat asing meninggalkan aula satu per satu segera setelah pidato Netanyahu, mereka tidak meludahi wajah Netanyahu, melainkan meludahi wajah Israel."
Beberapa situs web berita melaporkan bahwa beberapa keluarga tentara ditawan akibat perlawanan juga ditunjukkan di luar gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sementara itu, media Israel melaporkan protes pro-Palestina di Times Square, dekat markas besar PBB, bertepatan dengan demonstrasi besar-besaran yang melibatkan ribuan pengunjuk rasa dari beberapa negara bagian AS. Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan yang menentang kehadiran Netanyahu di podium PBB dan menuduhnya melakukan genosida di Gaza.
Para pengunjuk rasa membawa bendera dan spanduk Palestina yang menolak perang genosida di Jalur Gaza, dan yang lainnya menyerukan diakhirinya perang dan diakhirinya penargetan warga sipil Palestina.
Penuh Tipu Daya
Penampilan Benjamin Netanyahu di PBB itu mendorong pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid berkomentar bahwa dunia sedang menyaksikan "seorang perdana menteri Israel yang kelelahan dan mengeluh hari ini dalam pidato yang penuh tipu daya."
Lapid mencatat bahwa Netanyahu tidak menyampaikan rencananya untuk memulangkan tentara yang diculik, juga tidak menawarkan solusi untuk mengakhiri perang, juga tidak menjelaskan mengapa Hamas belum dikalahkan setelah dua tahun.
Ia menekankan bahwa pidato Netanyahu "telah memperburuk kemerosotan situasi Israel saat ini."
Sementara itu, jurnalis dan analis militer terkemuka Israel, Ron Ben-Yishai, menyoroti "pengabaian total Netanyahu terhadap pernyataan terbaru (Presiden Palestina Mahmoud Abbas), termasuk pengakuan Abu Mazen terhadap Negara Israel."
Mengomentari pidato tersebut, seorang koresponden Channel 12 mengatakan bahwa ia telah mengikuti "setiap pidato Netanyahu di forum internasional selama dua dekade. Saya tidak pernah melihat pidato yang lebih buruk atau lebih tidak berhasil daripada pidatonya hari ini, bahkan dalam hal kegagapan dan kurang lancar.
Situs-situs berita Israel berbeda pendapat mengenai apakah penduduk Jalur Gaza mendengar pidato tersebut. Beberapa situs web melaporkan bahwa pidato Netanyahu "terdengar jelas dari pengeras suara yang dipasang oleh militer Israel," sementara media Israel lainnya menyatakan bahwa beberapa wilayah di Jalur Gaza tidak bisa mendengar suara Netanyahu melalui pengeras suara.
Namun yang jelas saat berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa, ruang sidang nyaris kosong karena banyak delegasi PBB meninggalkan kursi sebagai protes sebelum Benjamin Netanyahu naik podium.(*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Imadudin Muhammad |