TIMES MALANG, MALANG – Tanggal 28 November di Tahun Masehi dijadikan dan diperingati masyarakat Kabupaten Malang sebagai Hari Jadi Kabupaten Malang. Seperti apa asal-usul penetapan waktu dan keterkaitan sejarah Hari Jadi Kabupaten Malang ini?
Konon, penetapan Hari Jadi Kabupaten Malang didasarkan pada prasasti Dinoyo. Prasasti ini menyebutkan peresmian tempat suci pada hari Jum`at Legi tanggal 1 Margasirsa 682 Saka, yang bila diperhitungkan berdasarkan kalender kabisat jatuh pada tanggal 28 Nopember 760. Tanggal inilah yang kemudian dijadikan patokan untuk Hari Jadi Kabupaten Malang.
Dikisahkan, Prasasti Dinoyo atau prasasti Kanjuruhan yang bertuliskan tahun 682 Saka atau tahun 760 Masehi ditulis atas perintah dari Raja Gajayana, dan merupakan prasasti tertua di Jawa Timur karena tertulis 760 Masehi. Gajayana adalah salah satu diantara tiga raja yang memerintah di kerajaan ini sebagaimana diberitakan di prasasti bertarikh 760 Masehi tersebut.
Penemuan prasasti Dinoyo itulah yang memperkuat pengungkapan ahli sejarah, bahwa wilayah Malang adalah wilayah tertua di Jawa Timur. Prasasti itu ditemukan di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang dan merupakan bukti adanya pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan yang terletak di lembah Kali Metro.
Prasasti Dinoyo atau Kanjuruhan ini pula yang kemudian dirujuk sebagai sumber tertulis tertua menjadi letak Kerajaan Kanjuruhan sebagai cikal bakal Kabupaten Malang.
Wilayah Kabupaten Malang sendiri tidak bisa dilepaskan dari nama Ki Ageng Gribig, yang aslinya diketahui ada dua versi. Pertama, namanya Raden Ario Pamoetjong, dan versi kedua bernama Raden Mosi Bagono.
Dalam sebuah kesempatan, Ketua Pokdarwis Pesarean Ki Ageng Gribig, Devi Nur Hadianto menuturkan, nama Raden Mosi Bagono ini diyakini dari Mataram.
Dikisahkan, awal mula masuknya Ki Ageng Gribig sebagai penyebar Islam, lalu menetap dan merupakan sosok yang babad tanah Malang. Hingga saat ini, makam Ki Ageng Gribig masih terawat baik di Pemakaman Ki Ageng Gribig di Kelurahan Madyopuro di Kota Malang, dan masih menjadi jujugan para peziarah dari beberapa daerah lain.
Menurut Devi, hingga kini masih banyak hal yang belum sepenuhnya terkuak di komplek pemakaman ini. Penemuan dan bukti sejarah masih terus berkembang karena masih ada ratusan makam tua yang belum teridentifikasi.
Sementara itu, dalam buku Babad Malang, yang ditulis Besar Edy Santoso pada tahun 2016, memuat catatan para adipati atau tumenggung di Malang, dimulai pada tahun 1681.
Dalam catatan Francois Valentyn, yang dikutip dari “Groot Djava”, wilayah Malang Raya pernah dipimpin oleh seorang Tumenggung bernama Djogo Soeta atau Ronggo Soeta.
Dalam buku ini, juga disebutkan secara berturut-turut tentang para Tumenggung di wilayah Malang. Kala itu, wilayah Malang juga meliputi Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang).
Mereka adalah Untung Suropati (1683), Wiromantri (1686), Mas Penganten (1707), Mas Brahim (1723), Pangeran Ario Wirodoningrat (1725), Wironegoro III (1743), Malayakusumo (1763), dan Kertanegara (1767).
Nah, penentuan tanggal Hari Jadi Kabupaten Malang ini sendiri telah dilangsungkan sejak 1984. Dan, tahun 2023 ini, merupakan peringatan Hari Jadi Kabupaten Malang ke-1263.
Sebaliknya, pemerintahan Kabupaten Malang sendiri didirkan secara resmi oleh pemerintah Hindia-Belanda berdasarkan Resolusi Gubernur Jendral tertanggal 9 Mei 1820. Tetapi, catatan ininbukan menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kabupaten Malang.
Berdasarkan catatan resmi Pemkab Malang, seperti dikutip di situs resmi Pemkab Malang, malangkab.go.id, Bupari Malamg pertama adalah Raden Tumenggung Notodiningrat I. Notodiningrat I diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda, berdasarkan resolusi Gubernur Jenderal 9 Mei 1820 Nomor 8 Staatblad 1819 Nomor 16. Notodiningrat I memimpin Malang pada tahun 1819 sampai 12 November 1839.
Mendiang Bupati I Malang, Notodiningrat I, dimakamkan di komplek pemakaman Ki Ageng Gribig, yang ada di Kota Malang. Selain Bupati Malang pertama, juga ada di pemakaman ini makam Bupati Malang kedua dan ketiga. Ada juga makam Bupati Bondowoso, Surabaya dan Probolinggo yang juga dimakamkan di sini.
Bupati Malang saat ini, HM Sanusi, tercatat sebagai Bupati Malang yang ke-20. Bersama wakilnya, Didik Gatot Subroto, visi misi Pemerintah Kabupaten Malang yang dirumuskan adalah 'terwujudnya Malang Makmur (Maju, Agamis, Kreatif, Mandiri, Unggul dan Responsif).
Menurut Sanusi, bahwa secara prinsip seluruh program yang direncanakan oleh Pemerintah ini dikerjakan dengan tujuan meningkatkan ekonomi, yang itu berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Ini sesuai visi misi Pemerintah Kabupaten Malang yaitu terwujudnya Malang Makmur. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Imadudin Muhammad |