https://malang.times.co.id/
Berita

Mengapa Tren Bunuh Diri Meningkat Tajam di Seluruh Dunia?

Jumat, 31 Januari 2025 - 08:35
Mengapa Tren Bunuh Diri Meningkat Tajam di Seluruh Dunia? Ilustrasi - orang bunuh diri

TIMES MALANG, MALANGTren bunuh diri di dunia meningkat tajam beberapa tahun terakhir.

Data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2023 menunjukkan bahwa lebih dari 700.000 orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini menjadikan bunuh diri sebagai penyebab kematian ke-17 secara global.

Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa angka bunuh diri terus meroket?

Di Balik Lonjakan Angka Bunuh Diri Global

1. Dampak Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 tidak hanya mengancam kesehatan fisik, tetapi juga mental. Isolasi sosial, kehilangan pekerjaan, ketidakpastian ekonomi, dan rasa takut memicu lonjakan kasus depresi dan kecemasan.

Sebuah studi dengan judul "Global Prevalence and Burden of Depressive and Anxiety Disorders in 204 Countries and Territories in 2020" yang diterbitkan di The Lancet pada 2021 mengungkap bahwa gejala depresi dan kecemasan meningkat hingga 25% selama pandemi.

Saat itu, banyak orang yang merasa tertekan dan putus asa. Mereka banyak yang memilih bunuh diri sebagai jalan keluarnya.

"Pandemi ini telah membuat banyak negara mulai memperkuat sistem kesehatan mentalnya. Strategi mitigasi seperti meningkatkan kesejahteraan mental, menargetkan faktor-faktor penyebab buruknya kesehatan mental, serta menyediakan intervensi untuk mengobati mereka yang mengalami gangguan mental mulai dilakukan," tulis laporan tersebut.

2. Masalah Kesehatan Mental yang Tidak Tertangani

Depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan bipolar adalah faktor risiko utama bunuh diri. Sayangnya, banyak orang yang tidak mendapatkan perawatan yang memadai.

WHO mencatat bahwa sekitar 90% kasus bunuh diri terkait dengan gangguan mental. Terutama depresi yang tidak diobati.

Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, hanya 10% orang dengan gangguan mental yang menerima perawatan yang layak.

Dr. Ahmed Al-Mandhari, salah satu pejabat WHO mengatakan, bunuh diri adalah tindakan tragis yang berawal dari keputusasaan seseorang. Upaya pencegahannya, membutuhkan perhatian serta perawatan lebih lanjut dari komunitas, anggota keluarga, pengasuh, serta pihak-pihak lainnya yang berkepentingan.

"Tindakan yang tepat waktu dan langkah efektif dari semua pemangku kepentingan, pemerintah, masyarakat sipil, komunitas, keluarga, dan individu, dapat me,perbesar harapan dan mengurangi perilaku bunuh diri," ujar Ahmed Al-Mandhari.

3. Stigma dan Kurangnya Akses ke Layanan Kesehatan Mental

Stigma terhadap gangguan mental masih menjadi penghalang besar. Banyak orang enggan mencari bantuan karena takut dihakimi, dibully, sampai takut malu.

Selain itu, akses ke layanan kesehatan mental yang berkualitas masih terbatas. Terutama di daerah pedesaan atau negara-negara berkembang.

4. Tekanan Sosial dan Ekonomi

Kemiskinan, pengangguran, dan ketidaksetaraan sosial juga berkontribusi pada peningkatan angka bunuh diri.

Krisis ekonomi global, termasuk inflasi dan kenaikan biaya hidup, tambah memperburuk situasi ini. Banyak orang yang merasa terjebak dalam situasi sulit tanpa harapan untuk bisa keluar dari itu.

5. Dampak Media Sosial dan Teknologi

Media sosial sering kali jadi pedang bermata dua.

Di satu sisi, ia menghubungkan orang-orang dari berbagai belahan dunia. Di sisi lain, paparan konten negatif, cyberbullying, dan tekanan untuk mencapai standar hidup yang tidak realistis dapat memicu stres dan depresi, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.

6. Perubahan Iklim dan Bencana Alam

Perubahan iklim dan bencana alam juga turut memengaruhi kesehatan mental. Kehilangan mata pencaharian, migrasi paksa, dan trauma psikologis akibat bencana alam dapat meningkatkan risiko bunuh diri, terutama di komunitas yang rentan.

Data yang Cukup Mengkhawatirkan

Studi WHO berjudul "Suicide Worldwide in 2023: Global Health Estimates" melaporkan bahwa bunuh diri adalah penyebab kematian utama di kalangan remaja dan dewasa muda.

Di beberapa negara, seperti Jepang dan Korea Selatan, angka bunuh diri di kalangan remaja meningkat drastis karena tekanan akademis dan isolasi sosial.

Studi lain yang dilakukan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dengan judul "Suicide Mortality in the United States, 2022" menyebut, pada 2022 di Amerika Serikat, terjadi peningkatan angka bunuh diri sebesar 2,6% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kelompok usia 15-24 tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan.

"Pada 2022, bunuh diri merupakan penyebab kematian ke-11 untuk semua kelompok usia di Amerika Serikat, sama seperti pada tahun 2021. Bunuh diri menjadi penyebab kematian utama kedua untuk kelompok usia 10–14 tahun dan 20–34 tahun, serta penyebab kematian utama ketiga untuk kelompok usia 15–19 tahun," tulis laporan itu.

Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, kasus bunuh diri juga mengalami peningkatan. Data resmi masih kurang terlaporkan karena stigma budaya. Untuk kasus bunuh diri di Indonesia, sebenarnya harus mulai dipikirkan dengan serius.

Kasus Bunuh Diri di Indonesia

Meskipun data resmi tentang bunuh diri di Indonesia terbatas, beberapa penelitian dan laporan menunjukkan bahwa masalah ini perlu ditangani khusus.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Kesehatan, angka bunuh diri di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia.

Namun, angka tersebut mungkin tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. Banyak kasus bunuh diri yang tidak dilaporkan atau dikategorikan sebagai kematian akibat sebab lain.

Data lain menyebut, bunuh diri di Indonesia lebih sering terjadi pada kelompok usia muda (remaja dan dewasa muda) serta lansia.

Remaja sering kali menghadapi tekanan akademis, perundungan (bullying), dan masalah keluarga. Sementara untuk lansia, mereka mungkin merasa terisolasi atau menderita penyakit kronis. (*)

Pewarta : Faizal R Arief
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.