TIMES MALANG, MALANG – Membawa semangat keluar dari belenggu metodologi akademik, mahasiswa Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Malang (UM) menggelar pameran seni bertajuk "Titik Jenuh".
Pameran di Gedung Dewan Kesenian Malang (DKM) yang berlangsung dari 25 hingga 29 November 2025 ini menampilkan karya-karya eksperimental mata kuliah Seni Instalasi dan Eksperimental.
Pengunjung mengamati dan berinteraksi dengan instalasi “Dibung–”, karya berbahan kardus yang menampilkan simbol mata, telinga, dan mulut sebagai kritik terhadap terbatasnya ruang berbicara di masyarakat. (foto: Mohammaad Ulil Abshar Maulidi)
Pameran perdana ini tidak hanya menjadi ajang penilaian akademik, tetapi juga upaya membangun dialog yang lebih luas antara kampus dan publik seni. Seluruh rangkaian acara dapat diakses gratis oleh masyarakat.
"Pameran ini ingin membuka ruang diskusi tentang apa itu eksperimental dan bagaimana tema-tema seni rupa kontemporer berkembang di Malang," ujar Agnisa Wisesa, dosen pengampu sekaligus kurator pameran.
Agnisa menjelaskan, pemilihan lokasi di luar kampus (DKM) merupakan strategi sengaja untuk memperluas jangkauan audiens dan menciptakan dinamika baru. Tema "Titik Jenuh" sendiri dipilih untuk mendorong mahasiswa keluar dari teknik konvensional dan mengeksplorasi bentuk-bentuk artistik yang lebih bebas.
Karya-Karya Kritis dan Interaktif
Beberapa karya instalasi yang dipamerkan menawarkan kritik sosial yang tajam. Salah satunya adalah "The Grade Trap", sebuah instalasi bercahaya merah karya lima mahasiswa. Karya ini menggambarkan ketidaksinkronan antara nilai akademik dan nilai-nilai di masyarakat melalui visual benang kusut dan buku nilai yang menjebak tangan seorang guru.
Karya lain, "Dibung–" oleh Nadya Shesylia Putri Kottama dan kelompok, menyajikan instalasi dari kardus yang membentuk mata, telinga, dan mulut. Karya ini menyimbolkan terbatasnya ruang berbicara masyarakat.
Pengunjung ikut berpartisipasi mengekspresikan ide dan respon visual mereka secara bebas pada dinding yang telah disediakan panitia pameran. (foto: Mohammaad Ulil Abshar Maulidi)
"Kardus sengaja dipilih untuk merepresentasikan rapuhnya media dalam menyuarakan pendapat. Sementara coretan tipis seperti vandalisme yang coba 'dibersihkan' melambangkan suara publik yang diredam," jelas Nadya.
Uniknya, karya ini dilengkapi media interaktif berupa spidol dalam kotak bergembok, yang kodenya disembunyikan, sebagai metafora sulitnya masyarakat mengakses ruang ekspresi.
Selama pameran, juga digelar serangkaian acara pendukung. Pada 26-27 November 2025, akan diadakan workshop rajut dan manik-manik. Kemudian, pada 28 November 2025 malam, diselenggarakan artist talk mengenai eksperimentasi seni instalasi yang dipantik Agnisa Wisesa, serta pertunjukan performance art oleh mahasiswa. Acara puncak penutupan akan dilaksanakan pada 29 November 2025. Informasi lengkap dapat diakses di Instagram @titikjenuh.exhibit.
Kolaborasi dengan DKM dan dihadirinya acara oleh seniman dari berbagai daerah, termasuk Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT), menandai pentingnya pameran ini sebagai gerbang bagi mahasiswa untuk terjun ke ekosistem seni yang lebih luas.
Agnisa berharap ini bukan akhir. "Tajuk 'Titik Jenuh' ini mau membuktikan bahwa titik jenuh bukan akhir, tapi titik rotasi. Ketika jenuh, kita mencari hal lain untuk dilakukan," tandasnya. Pameran ini rencananya akan berlanjut ke babak kedua yang diselenggarakan di Fakultas Sastra UM. (*)
Pewarta: Mohammad Ulil Abshar Maulidi
| Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |