TIMES MALANG, MAJALENGKA – Asal usul nama Desa Parungjaya di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, memiliki kisah yang diyakini bermula dari peristiwa antara kerajaan Cirebon dan Galuh di masa lalu.
Dikutip dari berbagai sumber, bahwa di wilayah Parungjaya itu konon kedua kerajaan tersebut saling bertemu dan terlibat dalam peperangan sengit.
Sebuah pertempuran epik tanpa pemenang akhirnya berujung dengan nama daerah tersebut "Tarung Jaya" diabadikan sebagai simbol semangat perang kemenangan. Namun, seiring berjalannya waktu, lalu nama ini berubah menjadi Parungjaya.
Selama masa penjajahan kolonial Belanda, desa ini menjadi saksi bisu pembangunan pabrik gula. Bukti-bukti sejarah terlihat jelas dari sisa-sisa bangunan monumental dan tembok besar pabrik gula.
Bangunan pabrik itu masih dapat ditemukan di jalur dari Dusun Jebor menuju Dusun Kongsi. Seakan menjadi jendela masa lalu, sisa-sisa ini menciptakan gambaran hidup pada periode kolonial yang telah melintasi waktu.
Keunikan Desa Parungjaya tidak hanya terletak pada jejak sejarahnya. Di desa yang berada di wilayah Kecamatan Leuwimunding ini terdapat fenomena menarik berupa keberadaan dua bahasa daerah yang berbeda.
Di wilayah Jebor, masyarakatnya memakai bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi sehari-hari, sementara di wilayah lainnya, bahasa Sunda menjadi bahasa utama. Keberagaman bahasa ini mencerminkan kekayaan budaya Desa Parungjaya yang menjadi ciri khasnya.
Perjalanan melalui masa lalu dan keberagaman kultur budayanya yang menarik, menjadikan Desa Parungjaya sebagai daya tarik utama di tengah kekayaan cerita dan kehidupan masyarakat Kabupaten Majalengka. (*)
Pewarta | : Hendri Firmansyah |
Editor | : Deasy Mayasari |