TIMES MALANG, MALANG – Bagi sebagian mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (UM), menyampaikan keluhan atau gagasan kepada pimpinan fakultas bukanlah hal yang mudah. Jalur komunikasi yang terbatas sering kali membuat aspirasi mereka berhenti di tengah jalan. Dari kegelisahan itulah, muncul semangat untuk membuka ruang dialog yang lebih terbuka dan kritis.

Semangat itu terwujud dalam forum Dialog Interaktif Kritis Mahasiswa (DIKSI) 2025, yang digagas oleh Dewan Mahasiswa Fakultas Sastra (DMFS) pada Rabu (8/10/2025). Forum ini menjadi jembatan bagi mahasiswa dan pimpinan fakultas untuk duduk bersama, membicarakan berbagai persoalan kampus, dan mencari solusi nyata.

Dengan mengusung tema “Dari Aspirasi ke Aksi: Menumbuhkan Sinergi Menuju Perubahan yang Berkelanjutan,” DIKSI tahun ini menekankan pentingnya tindak lanjut dari setiap masukan yang disampaikan. Tak hanya berhenti pada diskusi, hasil pembahasan dirangkum dalam notulensi yang akan ditindaklanjuti oleh pihak fakultas secara bertahap.

Ketua pelaksana, Tasya Syafira Rizkyyazahif Syaifuddin, mengapresiasi partisipasi mahasiswa yang aktif menyampaikan aspirasinya.

“Harapannya mahasiswa berani berdialog, menyampaikan aspirasi, dan itu terlaksana cukup baik hari ini,” ujarnya.

Berbeda dari tahun sebelumnya, DIKSI 2025 mencatat kehadiran lebih banyak pimpinan fakultas yang turut berdiskusi langsung bersama mahasiswa. Isu-isu yang muncul pun beragam, mulai dari sistem administrasi, fasilitas kampus, hingga optimalisasi sistem digital seperti event UM. Para dosen berusaha menanggapi satu per satu keluhan mahasiswa dengan solusi yang realistis dan terukur.

Forum berlangsung dinamis. Mahasiswa saling bergantian mengemukakan pendapat, sementara pihak fakultas mencatat setiap masukan sebagai bahan evaluasi.

Di akhir acara, panitia memberikan penghargaan bagi mahasiswa yang paling aktif menyuarakan aspirasinya. Penghargaan ini menjadi simbol kecil dari semangat keterbukaan yang terus dijaga. (*)