TIMES MALANG, MALANG – Flushing atau penggelontoran sedimen di Bendungan Sengguruh, Kabupaten Malang dilakukan oleh Perum Jasa Tirta atau PJT 1.
Kegiatan pemeliharaan waduk tersebut dilakukan untuk memperpanjang usia guna bendungan dengan cara mengoptimalkan daya tampung waduk yang menyusut akibat tingginya sedimentasi.
Direktur Operasional PJT I, Gok Ari Joso Simamora menjelaskan, daya tampung air Bendungan Sengguruh memang telah mengalami penurunan cukup drastis akibat sedimentasi.
"Awal beroperasi tahun 1989, kapasitas tampung Bendungan Sengguruh mencapai 21,5 juta meter kubik. Namun karena posisinya berada paling hulu di sistem Brantas, maka bendungan ini menerima sedimen dan sampah dengan volume yang cukup tinggi tiap tahunnya," ujarnya melalui rilis tertulis kepada TIMES Indonesia.
Lebih lanjut dia mengatakan, laju sedimentasi Bendungan Sengguruh di Kabupaten Malang saat ini telah mencapai 1,1 juta meter kubik per tahun. Ini mengakibatkan kapasitasnya turun dan hanya menyisakan 5-6 persennya atau sekitar 900 ribu meter kubik.
Kondisi Bendungan Sengguruh di Kabupaten Malang saat dilakukan Flushing oleh PJT 1. (FOTO: PJT 1 for TIMES Indonesia)
Dia menyebutkan, luas daerah tangkapan air Waduk Sengguruh 1.659 KM persegi mencakup wilayah Malang Raya meliputi Kota Batu, Kota Malang dan sebagian Kabupaten Malang.
"Aktivitas manusia semakin meningkat pasti membutuhkan ruang, ini menyebabkan berkurangnya areal hutan di hulu. Bertambahnya areal pertanian dan pemukiman menyebabkan laju erosi di hulu meningkat dan berakhir menjadi sedimentasi di bendungan ini," terangnya.
Simamora juga menambahkan bahwa kegiatan flushing ini merupakan salah satu bentuk implementasi penggunaan Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air (BJPSDA) yang selama ini telah dipungut oleh PJT I kepada PT. PJB atas penggunaan air dari Waduk Sengguruh untuk pengoperasian PLTA.
"Kegiatan flushing ini juga merupakan bentuk pelayanan kami kepada para pemanfaat, dalam hal ini PT. PJB yang telah membayarkan BJPSDA nya untuk kebutuhan pengelolaan sumberdaya air," ungkapnya.
Proses penggelontoran diawali dengan sosialisasi pada instansi terkait seperti TNI, Polri dan masyarakat sekitar, termasuk pemberitahuan pada Bupati Malang akhir Mei lalu.
Kasubdiv Jasa ASA I/1 PJT I, Hermawan C Nugroho menambahkan, untuk sosialisasi pada masyarakat dilakukan untuk mengamankan agar tidak ada warga yang mendekat dan beraktivitas di hilir bendungan selama proses flushing dilakukan.
Untuk tahap pelaksanaan, di awal pihaknya sudah membuka pintu spillway untuk menggelontorkan air dan sedimen yang ada di dasar bendungan.
Guna mengoptimalkan penggelontoran sedimen yang berwujud lumpur dan pasir, PJT I menurunkan empat alat berat amphibious excavator long arm. Flushing kali ini ditargetkan dapat menggelontor 200 hingga 250 ribu meter kubik sedimen.
"Untuk bisa mengimbangi sedimen yang masuk ke waduk, tidak cukup jika hanya mengandalkan kapal keruk. Dari evaluasi flushing sebelumnya, kegiatan ini dinilai cukup efektif menambah kapasitas waduk hingga 250 meter kubik dalam waktu relatif singkat," jelas Hermawan.
Saat ini proses flushing masih dilakukan untuk memindahkan sedimen dengan eskavator agar larut dan ikut mengalir ke sisi hilir bendungan. "Sampai sekarang masih kami lakukan. Rencananya, flushing akan selesai hari ini. Kalau memungkinkan, sore atau malam nanti, pintu air sudah ditutup dan bisa kembali diisi air," katanya.
Ditanya mengenai daya tampung bendungan setelah digelontor, ia mengaku belum bisa menghitung secara pasti. "Sekarang baru kasat mata saja, tapi hitungan pasti untuk daya tampungnya akan dilakukan pengukuran echosounding lebih dulu oleh tim dari kantor pusat. Segera kami infokan lebih lanjut. Mungkin minggu depan," tuturnya.
Setelah pintu air di Bendungan Sengguruh ditutup, Hermawan memastikan waduk dapat terisi penuh kembali dengan durasi setengah hari. "Untuk pengisian kembali air di Sengguruh bisa 8 sampai 12 jam. Air diisi dari aliran hulu di Sungai Brantas dan Sungai Lesti. Saat ini debit air dari kedua sungai masih normal di kisaran 30-40 meter kubik per detik," ungkapnya.
Untuk mengurangi sedimentasi di Sengguruh, dia juga berharap agar masyarakat lebih memperhatikan kaidah konservasi dalam menjalankan aktivitas kesehariannya.
"Seperti tidak melakukan penebangan pohon di sisi hulu Sungai Brantas, termasuk juga menggunakan terasan dalam mengolah lahan pertanian. Selain itu lebih dimasifkan lagi kegiatan penanaman pohon untuk mengurangi erosi dan tanah longsor," bebernya gamblang.
Menurutnya, PJT I terus mengimbau masyarakat di wilayah hulu, seperti Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang agar tidak membuang sampah ke sungai atau bantaran sungai, agar tidak menumpuk di Bendungan Sengguruh. (*)
Pewarta | : Binar Gumilang |
Editor | : Imadudin Muhammad |