https://malang.times.co.id/
Berita

Oro-oro Dowo Kota Malang, Riwayatmu Dulu (Bagian 2)

Selasa, 01 Juli 2025 - 08:51
Oro-oro Dowo Kota Malang, Riwayatmu Dulu (Bagian 2) Jalan Ijen-Boulevard di Kota Malang 1950  (FOTO: wikipedia/Sapnor)

TIMES MALANG, MALANG – >Munculnya Kawasan Oro-Oro Dowo (1930-1950)

Dulu, nama "Oro-Oro Dowo" adalah nama jalan yang memanjang di sepanjang Sungai Brantas. Jalan setapak itu terpanjang di Malang, mengalahkan jalan Kawi dan jalan Kajoetangan. Drainasenya jalan jelek sekali, sering becek saat hujan. 

Di abad ke-19, daerah ini masih sepi, tapi mulai ramai setelah jadi pusat perdagangan bibit tebu. Sejak tahun 1923, Oro-Oro Dowo sudah jadi jalur penting pabrik gula Kebon Agung. 

Karena jalur ini mulai penting, akhirnya pemerintah kolonial mulai memperbaiki jalan dengan teknologi aspal biar tidak becek lagi.

Kawasan Oro-Oro Dowo mulai tertata sejak Bouwplan V dilakukan pada tahun 1930-an. Mereka membangun kawasan baru bernama Bergen Buurt. "Bergen" dalam bahasa Belanda berarti "gunung", dan "Buurt" berarti "lingkungan" atau "daerah". 

Jadi, secara harfiah, "Bergen Buurt" saat itu merujuk pada pengembangan pembangunan kawasan baru di kawasan Oro-Oro Dowo dengan ciri nama jalan gunung. Ada Semerustraat, Boeringstraat, Lawoestraat, Merapistraat, dan Bromostraat. Jalan utama dalam Bouwplan V ini ialah Ijen Boulevard yang merupakan salah satu jalan paling indah di antara kota-kota Hindia Belanda saat itu.

Nah, mulai saat itu banyak bangunan beragam mulai muncul. Awalnya memang buat kebutuhan orang Eropa. Rumah-rumah dengan desain vila banyak dibangun saat itu. Lalu dikembangkan dengan membangun stadion dan kolam renang umum (sekarang stadion Gajayana) dan beberapa fasilitas publik lainnya.

Komplek-Perumahan-di-Jalan-Ardjuno.jpgKomplek Perumahan di Jalan Ardjuno, Kota Malang 1929 (FOTO: Leiden, RV-10761-96)

Meski Bergen Buurt bukan kawasan elit Belanda seperti di sekitar Alun-Alun Bundar, toh pemerintah kolonial tetap membangun fasilitas penting buat warga di kawasan Oro-Oro Dowo. Pada tahun 1930 muncul komplek pertokoan elit yang lokasinya di bagian pangkal jalan Oro-Oro Dowo.

Berdasarkan catatan Gemeenteblad van Malang (semacam peraturan daerah), tahun 1934 dibangun pasar baru. Lokasinya di Goentoerweg (timur jalan utama Oro-oro Dowo, sekarang jalan Guntur namanya).

Pasar itu menjual berbagai kebutuhan sehari-hari kebutuhan penduduk di kawasan Oro-oro Dowo. Tahun 1937, pasar ini diperluas lagi dengan penambahan gudang dari Pasar Lowokwaru. Selain buat belanja, pasar itu (sekarang namanya Pasar Oro-oro Dowo) jadi tempat sosialisasi warga.

Kehadiran pasar ini, jadi magnet bagi Bumiputera untuk tinggal di kawasan Oro-oro Dowo. Sekadar catatan, pada tahun 1938, di kawasan ini ada 11.917 penduduk yang tinggal di sana. 9.001 bumiputera, 2.535 Eropa, 351 Tionghoa, dan 20 Arab. 

Pemerintah kolonial juga membangun sekolah MULO St. Franciscus Xaverius. Semacam sekolah menengah setara SMA zaman Belanda, khusus lulusan Europese Lagere School (SD Belanda). Sekolah ini juga jadi bukti perkembangan pendidikan di kawasan ini.

Agar kawasan ini makin layak huni, pemerintah kolonial juga membenahi jaringan air bersih (Waterleiding). Sumber air Oro-Oro Dowo dari reservoir Betek, dipasang setelah jaringan di Bergenbuurt (1930) dan Lowokwaru di tahun 1938.

Awalnya cuma orang Belanda saja yang bisa menikmati air ledengnya karena memang saat itu tarifnya cukup mahal. Namun pada 1938, tarif akhirnya diturunkan berkat usulan The Boen Kik (anggota dewan).

Sistem drainase berupa gorong-gorong juga dibenahi untuk antisipasi banjir. Gorong-gorong itu juga berfungsi sebagai sistem sanitasi masyarakat. Pemerintah Gemeente Malang mengeluarkan beberapa peraturan yang mewajibkan masyarakat di perkampungan untuk menggunakan WC dan wastafel agar sungai sungai Brantas dan Soekoen terbebas dari limbah biologis.

Berkembanglah kawasan ini menjadi kawasan yang indah dan tertata rapi. Bahkan arsitek kota Ir. Herman Karsten merancang secara khusus Jalan Ijen jadi jalan paling indah di Kota Malang. Saking indahnya, konon jalan Ijen saat itu ikutsertakan dalam lomba jalan indah tingkat internasional. Bersaing dengan beberapa jalan di Amsterdam, Prancis, London dan jalan di beberapa negara lain.

Memang, saat itu Herman Karsten merancang kota Malang, mirip seperti Paris. Seperti penataan kota Bandung. Jadi, dulu Malang dan Bandung adalah Kota yang memang dirancang mirip Kota Paris.

Namun, mimpi Herman Karsten tak kesampaian. Belanda kalah perang dan mereka pergi meninggalkan kota Malang. Kawasan ini kemudian sepenuhnya dikuasai masyarakat lokal (Bumiputera, Tionghoa dan Arab).

Sekolah-SMP-Negeri-1-dulu-s.jpgSekolah SMP Negeri 1 dulu (FOTO: smpn1-mlg.sch.id)

 

Status kawasan khusus Eropa dicabut dan penduduk lokal mulai meramaikan kawasan ini. Rumah ala vila yang banyak dibangun diambil alih Bumiputera. Perlahan, kawasan ini akhirnya berkembang jadi permukiman multietnis yang cukup padat dengan pasar yang hidup dan fasilitas publik yang lebih modern.

Sekitar 1950-an, pemukiman berkembang semakin beragam di kawasan Oro-Oro Dowo. DAS Brantas mulai padat didiami penduduk. Kawasan-kawasan kampung Bumiputera mulai terbentuk di sana sebagai kelanjutan dari pertumbuhan kawasan. 

Perkembangan tersebut bukan cuma soal bangunan dan tata kota, tapi juga menyentuh kehidupan sosial dan ekonomi warga. Banyak perubahan mulai terjadi saat itu. Baik yang positif dan negatif. 

Pergantian pemerintahan politik dari Belanda, Jepang kemudian Indonesia, membuat rencana Kota Malang sebagai Paris van Java musnah. Begitu pula rencana pengembangan kawasan Oro-oro Dowo. 

Oro-oro Dowo kini jadi saksi panjang pudarnya secara perlahan penataan kota berdasarkan etnis. (Bagian 2)

 

------------------------------------
Sumber: 

1. Skripsi Permukiman di Pinggir Sungai: Sejarah Kawasan Oro-Oro Dowo di DAS Brantas Kota Malang 1930-1950, Ahmad Isyraqul Haq, Universitas Negeri Malang. Program Studi Ilmu Sejarah, 2021. 

2. Kisah Sejarah Kota Malang yang Tak Banyak Terungkap, https://pattiromalang.blogspot.com/2012/04/kisahsejarah-kota-malang-yang-tak.html

Pewarta : TIMES Magang 2025
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.